31 Mar 2012

Perhatikan Nasib Guru Honorer

Oleh M. Feri Firmansyah

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Kata pepatah ini yang sering kita dengar dalam proses belajar mengajar. Namun yang terjadi sekarang ini nasib guru masih kurang dihargai oleh bangsa Indonesia, padahal nasib suatu bangsa itu tergantung dari seberapa ia menghargai seorang guru, lihat saja negara Jepang,
ketika perang ke-2, dua pulaunya habis dibombardir oleh Tentara Sekutu. Namun yang pertama ditanya oleh presiden Jepang bukan jumlah pasukan ataupun yang lainnya. Tapi berapa jumlah guru yang tersisa. Begitu juga dengan Muhammad bin Abdillah (dalam istilah Islam Rasulullah Saw), menebus kebebasan para tahanan dengan mengajarkan orang Islam membaca menulis. Selain itu, Khalifah Umar Bin Khatab begitu khawatir ketika perang banyak yang mati dari kalangan orang Hufazh (penghafal Al-Quran).
Dari uraian yang telah paparkan oleh penulis, secara langsung menjelaskan bahwa guru mempunyai peran yang cukup sentral (penting) bagi kemajuan suatu negara. Jika dalam negara tersebut seorang guru tidak ada, maka sudah tentu negara itu akan terbelakang, terlebih lagi kalau tidak guru itu tidak dihargai. Fenomena inilah yang terjadi Indonesia, yang mana bangsa Indonesia tidak terlalu menghargai guru-guru yang telah berdedikasi pada bangsa ini, terutama guru honorer.  Padahal jasa guru honorer sama besarnya dengan jasa para guru PNS (Pegawai Negeri Sipil), cuma yang menjadi perbedaan mendasar adalah mereka tidak mendapat tunjangan dari pemerintah. Jadi dengan kata lain, mereka hanya dapat gaji dari lembaga pendidikan yang terkait.
Dan yang lebih menyayat hati ketika para guru honorer tidak mendapat penghasilan yang layak, padahal waktu mereka kerja sama dengan yang Pegawai Negeri Sipil (PNS), yakni bekerja dari Senin hingga Sabtu, hanya memperoleh penghasilan Rp 200.000 per bulan. Ini jelas merupakan apresiasi yang kurang wajar kepada para guru yang telah berdedikasi dengan sepenuh hati kepada pendidikan Indonesia.
Fenomena di atas merupakan pelecehan terhadap profesi guru. Memang banyak guru yang sangat tulus mengabdi berapa pun honor yang diterima. Tetapi, itu tidak manusiawi dan sangat tidak layak, dibandingkan dengan kebutuhannya sebagai manusia, apalagi sudah berkeluarga dan harus menyekolahkan anaknya.
Koordinator Pusat Federasi Guru Swasta Indonesia (FGSI) Muhammad Fatah Yasin menyatakan, serikat organisasi guru se-dunia (Education International/EI) pada peringatan Hari Guru Sedunia tahun 2007 menyerukan kepada seluruh pemerintahan di dunia bahwa memperbaiki kondisi kerja guru sama artinya dengan memperbaiki kondisi belajar anak. Oleh karena itu, jika negara, dalam hal ini pemerintah tidak melakukan perbaikan terhadap kondisi kerja guru, maka berarti pemerintah mengabaikan hak-hak anak untuk memperoleh kondisi belajarnya dan pengetahui yang terbaik.
Ini sudah tentu bumerang bagi negara tersebut apabila tidak memperhatikan nasib para guru sama dengan Negara itu melakukan pembodohan sistematis. Padahal mencerdasakan kehidupan berbangsa dan bernegara itu menjadi tugas negara Indonesia, sebagai mana yang telah tercantum dalam pembukaan UUD 1945, lalu bagaimana cara Pemerintah mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara?. Salah satunya yakni dengan cara memperhatikan kesejahteraan pendidik (guru), karena dengan begini akan berdampak pada psikis guru (pendidik) untuk lebih semangat mengajar, maka sudah tentu ini juga berdampak pada bangsa Indonesia sendiri.
Guru adalah bagian yang tak terpisahkan dari komponen pendidikan lainnya seperti peserta didik, kurikulum/program pendidikan, fasilitas, dan manajemen pendidikan. Maka sudah tentu kesejahteraan mereka juga harus diperhatikan walaupun itu adalah guru honorer. Ingat, banyak orang sukses berkat kesabaran guru honorer yang tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah, peserta didiknya berhasil ini berkat kesabaran dan keikhlasan mereka, untuk itu pemerintah sudah saatnya untuk menghargai mereka.
Memang sekarang para guru sudah diberi sertifikasi oleh pemerintah, akan tetapi apakah sertifikasi itu sudah cukup memberikan kesejahteraan bagi para guru secara merata, terutama di daerah-daerah terpencil. Terkadang dalam sertifikasi guru honorer dipenuhi dengan kecurangan dari para birokrat itu sendiri. Seperti yang terjadi pada kasus Bu Dwi, guru Sekolah Islam Terpada (SIT) Al-Ma’un, Malang. Ia begitu dipersulit oleh salah satu pegawai Unit Pelayanan Tingkat Daerah (UPTD) yang bernama Wawan, menurut infonya apabila ia dikasih uang seratus ribu rupiah maka ia akan dipermudahkan untuk mencari data-data sertifikasi guru.
Tidak hanya itu, biasanya guru yang lolos sertifikasi kebanyakan dari orang-orang yang baru lulus kuliah ataupun dari golongan tertentu. Sedangkan yang telah mengabdi selama puluhan tahun, masih harus menunggu kapan dia akan di sertifikasi.
Hingga saat ini jumlah guru honorer mencapai 20 persen dari total guru yang ada atau mencapai 437 ribu guru. Sehingga wajar apabila para guru honorer minta kenaikan gaji untuk kelayakan hidup mereka. Tidak hanya gaji, tetapi segala yang meliputi hak-hak dasar guru yang mesti terpenuhi tetapi juga termasuk di dalamnya lingkungan kerja yang kondusif, sehat, aman yang dapat secara langsung berdampak pada penyelenggaraan pembelajaran yang terbaik bagi anak-anak didik. Akan tetapi sepanjang perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan RI, sampai saat ini para guru honorer belum memperoleh kondisi kerja yang terbaik.
Ini yang sangat disesalkan kepada para pemerintah yang kurang memperhatikan nasib para guru honorer, mereka juga layak mendapatkan kesejahteraan dari kalian. Seperti lingkungan yang kondusif, sehat, jaminan di masa tua dan lain-lain.

Hakikat kesejahteraan guru honorer
Hakikat kejesahteraan itu bagi seorang pendidik merupakan suatu yang sangat mahal harganya. Karena kesejahteraan itu susah sekali untuk didapatkan, ini dapat kita lihat dengan banyaknya honorer yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah, mulai dari masalah gaji hingga hidup mereka yang terkadang memprihatinkan yakni dengan cara mencari penghasilan lain, selain menjadi guru.
Padahal ketua umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo mengatakan, sesuai dengan Pasal 39 UU Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa guru berhak memperoleh penghasilan yang wajar. Ini sudah jelas bahwa seorang guru itu harus mempunyai kehidupan yang layak, minimal seorang guru itu mendapatkan sebuah laptop gratis, ini bertujuan untuk mempermudahkannya dalam mengebdikan diri untuk mencerdaskan anak bangsa ini.
    Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa seorang guru itu mempunyai jasa yang besar untuk kemajuan bangsa Indonesia, tanpa guru kemungkinan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli. Dan yang lebih memprihatinkan lagi kemungkinan besar bangsa Indonesia akan menjadi bangsa terjajah. Ini sudah tentu karakter bangsa Indonesia akan terkebiri atau hilang karena tidak menghargai para guru.
    Inti pendidikan yaitu membentuk karakter peserta didik, dan yang dapat membentuk karakter peserta didik adalah pendidik (guru). Karena guru itu mentranferkan ilmu (knowledge), nilai (value) dan pengalaman (experiment). Dengan tiga kombinasi itu maka suda tentu karakter peserta didik itu akan terbentuk, ini yang kurang diperhatikan oleh pemerintah Indonesia.
Kesimpulannya dari penulis bahwa kesejahteraan yang harus diperhatikan pada seorang guru antara lain: Pertama, kehidupan mereka. Sudah saatnya kehidupan para pendidik (guru) itu diperhatikan seperti makan, rumah dan gaji yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pokok seorang guru. Kedua, berilah mereka fasilitas yang menunjang pembelajaran. Berilah rasa nyaman pada seorang guru dalam mengajar, seperti pemberian fasilitas-fasilitas yang menunjang pekerjaan mereka seperti laptop, buku tunjangan dan lain-lain. Ketiga, hargai mereka. Ini yang terpenting diantara poin yang telah dijabarkan, poin ketiga ini merupakan cambuk dan motivasi bagi guru dalam berdedikasi. Penghargaan untuk mereka bisa berupa poin satu dan dua tadi dengan begitu maka sudah tentu seorang guru (pendidik) akan bersemangat dalam mengajar. Dan Alhamdulillah dengan adanya sertifikasi ini menambah semangat seorang guru untuk terus berdedikasi pada bangsa Indenesia.

.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata