6 Okt 2012

Kebahagian Murni

Oleh M. Feri Firmansyah


Subuh menyambut, nyanyian burung bersahut-sahutan menggambarkan keindahan di pagi hari. Matahari bangun dengan warna merah,
suasana di Pantai Kuta masih sepi tidak ada orang walaupun sebatang kara.
Dahlan tersadar dari tidurnya lalu bangkit, dan berjalan mengelilingi Pantai Kuta. Dia berdiri di pinggir pantai melihat gulungan ombak yang saling berkejar-kejaran. Untuk melampiaskan suasana hatinya, Dahlan mengambil pasir kemudian melemparnya ke pantai dan berteriak,
“Murni, I Love Youuuuuuuuuuuuuu”
Tanpa di sadari ada tangan yang memeluk dari belakang,
“I Love You to mas”,
Dahlan terheran kemudian menoleh, ternyata Murni di belakangnya,
“Sayang sejak kapan kamu kesini?” Tanya Dahlan
“Tadi mas, ketika mas keluar kamar, tanpa sengaja Murni lihat pean kemudian Murni ikut karena penasaran, takutnya mas selingkuh nanti” jawab Murni
Dahlan menoleh diam beribu bahasa, membiarkan pundaknya menjadi sandaran dagunya Murni,
“Kalau aku selingkuh, bagaimana dengan dirimu?” Tanya Dahlan
“Saya akan bunuh perempuan jalang itu?” jawab Murni
“Terus, kalau dia mati?” Tanya Dahlan
“Biarin, emang Murni pikirin yang penting Kang Mas hanya buatku seorang” kilah Murni
“mmm,, yang benar?” Tanya Dahlan
“pasti dong” jawab Murni
Kemudian Dahlan menoleh dan mencium Murni dengan penuh khidmat dan hati ikhlas, sehingga terjadilah kemesraan antara mereka berdua.


***
Jam 09.00 WIB, matahari langsung tersenyum dengan hangat melihat mereka berdua. Dengan begitu mereka langsung menghentikan kemesraannya.
“Ni, ayo kita pulang” ajak Dahlan,
Murni mengangguk lalu mengikuti kemauan Dahlan dan terus mengapit tangan Dahlan dengan manjanya, Murni berharap kemesraan ini jangan cepat berakhir. Setibanya di rumah (penginapan), Dahlan dan Murni langsung berhamburan ke tempat pegawainya berkumpul, Dahlan langsung bertanya,
“teman-teman kita pulang jam berapa?” Tanya Dahlan
Mereka bingung, kemudian saling tatap satu sama lain,
“gak tahu, kan boss yang ngatur” jawab Sukiman
“oke, ntar sore, jam 5” kata Dahlan
Semuanya langsung teriak “horee”, karena gembira. Tapi,
“Pak, kenapa gak besok aja?” tanya Susi
“terserah kalian, cumaa saya gak nanggung transport bagi yang nginap di sini” jawab Dahlan
Jam 17.00 WIB, mereka bersiap-siap untuk kembali ke Malang. Perjalananpun dimulai, keceriaan, tawa canda menghiasi ruang Bus Titian Mas. Karena suasana itu perjalanan jadi menyenangkan tanpa terasa jam menunjukkan pukul 19.00 WIB, mereka pun tiba di Malang langsung menuju kantor PT Molen Tiga Warna. Tatkala di kantor PT tersebut, mereka langsung mengadakan rapat evaluasi. Setelah itu mereka langsung pulang ke rumahnya masing-masing. Dahlan dan Murni langsung menuju ke rumah Dahlan.

 ***
Malam nan sunyi, Murni bangun kemudian ia memasak air, untuk minum susu hangat sambil menunggu air masak ia menyalakan TV, terpampanglah film Bruce Lee. Dengan sangat terpaksa Murni menonton film itu, angannya pun melayang. Seandainya ia menikah dengan Dahlan dan mempunyai anak-anak yang imut, lucu dan menggemaskan tentu ia akan bahagia. Tanpa ia sadari, handphone memekik di atas meja, terpampanglah nama Arumi memanggil, jantung Murni langsung berdetak dan darahnya langsung naik. Dengan segera Murni mengangkat telepon itu. Murni belum bersuara, panggilan mesra langsung merasuk telinga,
“sayaaang, I feel Hot” nada Arumi mesra
“Maaf ini dengan siapa?” cemburu Murni langsung menguap
“aku tunangannya mas Dahlan" jawab Arumi
"ini dengan siapa?” Arumi keheranan
Murni mematikan HP itu. Dan Murni menangis sejadi-jadinya, Murni berlari ke kamar Dahlan dan memukul Dahlan laksana orang keserupan dengan tangis meledak, Dahlan langsung bangun mendengar tangisan dan merasakan pukulan itu, setengah sadar Dahlan bangun mengucek matanya
“mas, mas jahat”,
“sayang, ada apa?”
“Mas jahat, mas selingkuh yaa?” Murni menutup mata dengan kedua tangannya
"Kok bilang begitu?" Dahlan heran
"Tuh,, selingkuhannya mas nelpon" jawab Murni masih memegang muka dengan kedua tangannya
“siapa yang nelpon?” tanya Dahlan
“Arumi” Murni masih menutup mata dengan tangannya
“oo Arumi ta? Itu adalah mantanku dulu gak usah diurus” jawab Dahlan acuh
“yo opo seh mas, pokok e Mas harus ngomong ma wong iku?”
“ya, aku tidur dulu” jawab Dahlan
Murni belum bisa menerima hal itu, ia terus menangis dan menangis hingga tidurnya terjaga menjelang pagi dan tangannya masih memegang tangan Dahlan
Pagi indah itu Murni murung sangat murung, tidak bicara walaupun ditanya dengan diam. Tidak terasa Dahlan bangun dan mencium keningnya Murni, lalu menuju dapur,
“Mas,” Murni memanggil
“Ya” Dahlan berbalik lihat Murni
“Beneran Mas gak ada hubungan dengan wanita ganjeng itu?” tanya Murni menatap hampa
“Ya” Jawab Dahlan
Murni tersenyum kemudian memeluk Dahlan. Ada kebahagian tersendiri dalam hati Murni dengan berita itu. Dia terus memeluk Dahlan tanpa mau melepasnya. Sementara Dahlan langsung membimbing Murni ke dapur untuk membuat Kopi,
“Kamu tahu gak bedanya kamu dengan Monyet?” tanya Dahlan
“gak tahu” jawab Murni
“kalau Monyet itu berkeliaran di hutan, terus kalau Murni berkeliaran di hatiku” Gombal Dahlan
“Beneran?” tanya Murni menatap dengan rasa sayang
“ya, masa gak?”
Hening lima menit,
“Ni, ntar kita ke rumahmu ya” Kata Dahlan
“Untuk apa?” Murni keheranan
“agar orang tuamu tidak khawatir” kata Dahlan
“Gak Mas, Murni malu” jawab Murni cemberut
“Jangan gitu, Murni harus ikut ya” Dahlan memohon
Murni mengangguk pasrah. Setibanya di dapur Dahlan langsung berkilah,
“Baik sayangku, kamu mau apa?”
“Terserah masku sayang” jawab Murni
“Coba kamu tutup matamu” titah Dahlan
“Ada apa Mas?” Murni heran
Tanpa banyak bicara Dahlan langsung membimbing Murni menuju sebuah ruangan super megah yang telah dirancang sebelumnya, “sekarang kamu buka matamu” perintah Dahlan. Begitu Murni membuka matanya terlihatlah desain kejutan yang super megah plus indah. Dahlan langsung berujar,
Happy birthday to you, Happy birthday to you, happy birthday Murni
Murni mengusap air matanya, lalu meniup lilin serta memberi Dahlan kue itu. Begitu Dahlan dapat kue, langsung timbul keisengan untuk menjaili Murni dengan melempar air minum sirup ke kepalanya. Tidak hanya itu Dahlan juga menumpahkan Terigu hingga Murni kelihatan seperti Pocong berjalan di siang bolong.
“mas, mas jahat” Murni cemberut padahal bahagia
Dahlan tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Murni berlepotan terigu. Dengan sekuat tenaga Murni mengejar Dahlan, tapi yang dikejar lebih sigap dan berteriak,
“ti dak bisaa, ti dak bisaaa”
Langkah terayun kencang Murni mengejar Dahlan dan akhirnya dapat juga ia membalas sikap iseng dari Dahlan,terigu, kue langsung tertumpah di badan Dahlan. Ia langsung memeluk Murni, mengusapkan terigu di badan Murni. Mereka berbahagia bermandi keringat dan kebahagian hilir mudik dalam ruangan. Mereka saling berkejar-kejaran hingga kelelahan. Murni pura-pura cemberut untuk meminta perhatian Dahlan. Melihat tingkah Murni seperti itu Dahlan langsung menghampirinya kemudian bertanya
“Ada apa?” Tanya Dahlan keheranan
“Mas, gendong aku” pinta Murni manja
“gaak”
“Ayolah mass, gendong yaa” pinta Murni
“Oke, ada syaratnya” kata Dahlan
“apa?”
“Muni berteriak AKU JELEEEEKK”
“Gak mas, wong aku ayu kok” bantah Murni
“Ya udah, kalau gitu” Jawab Dahlan membalikkan badannya
“Mas” Panggil Murni kemudian menarik napasnya “AKU JELEEEKKK”
Dahlan langsung tertawa melihat ekspresi Murni yang setengah terpaksa. Dengan begitu Dahlan langsung menggendong Murni,
“Tuan Putriku yang cantik, mau kemana?” Tanya Dahlan
“Kemana aja, yang penting heppi”
“Oke” Dahlan menganggukkan kepalanya “aku taruh Murni di kandang Kerbau”
“Tidak bisaa, kalau mas berani saya akan bunuh diri”
“Jangan ntar mayatmu saya goring loh”
Murni cemberut menatap gemas dan mereka langsung bercanda ria memamerkan kebahagian yang tidak terkira.


***
Setibanya di rumah, terpampanglah rumah dengan arsitektur mirip Candi Brobudur, di depannya dikelilingi bunga matahari dan Lili liar dan beberapa pohon Mangga yang rindang. Ketika mereka berdua memasuki halaman rumah itu, hawa sejuk dan rindang merasuki ubun-ubun kepala Murni dan Dahlan,
“Mas, inilah rumahku. Silahkan masuk” Murni mempersilahkan dengan raut muka sendu
Dahlan manut (taat) saja dengan ajakan Murni. Begitu di depan pintu, Murni langsung memencet bell. Lima menit berlaku pintu terbuka. Ketika terbuka, Murni langsung memeluk wanita setengah baya itu, rambut gelombang, tingginya sebahu. Namanya Mahni, tangis mereka langsung meledak.
“kemana saja kamu selama ini?” Tanya Mahni
Murni diam beribu bahasa,
“Pak ini Uni dah pulang” teriak Mahni
Uni ternyata nama panggilan dari Murni ketika kecil. Bapaknya Murni langsung turun dan berhamburan memeluk Murni, suasana haru itu terjadi depan pintu hingga Dahlan pun terbawa dengan suasana itu.
“Mas Dahlan” jawab Murni
Ayah Murni langsung melepaskan pelukannya lalu pergi ke depan Dahlan. Di depan Dahlan tanpa tedeng aling ayah Murni langsung memukul Dahlan dengan umpatan-umpatan kasar
“kamu ya yang telah menghamili Uni, akan kubunuh kau” sembur Ayah Murni.
Dahlan tidak bisa menjawab karena pukulan sudah melayang pada wajah dan badannya, Ayah Murni terus memukul dan memukul,
“Stoooop” teriak Murni “Pak, jangan pukul Mas Dahlan, dia yang telah menampung Murni akibat ditipu oleh Mas Karyo”
Ayah Murni sangat terkejut mendengar pengakuan yang tidak terduga dari Murni. Ibarat kata ya, Murni tertampar akan kemarahannya sendiri dan seketika itu langsung reda. Ayah Murni langsung memeluk Dahlan dengan erat.
Dahlan berusaha tersenyum walaupun hatinya gusar tak terkira. Dahlan berusaha untuk menerimanya,
“Ya pak tidak apa-apa” jawab Dahlan menahan sakitnya
“Mak cepat ambil air hangat untuk menghilangkan memar di mukanya” Titah ayah Murni
Ibunya langsung berlari ke dapur sementara Murni langsung duduk di samping Dahlan seraya memegang memar di pipinya
“Mas sakit a?” Murni terus memegang pipi Dahlan kemudian menciumnya
“Ni, udah gak apa-apa?” Kilah Dahlan
Murni tidak tahan lagi untuk meneteskan air matanya, ayah Murni terdiam, sulit untuk mengungkapkan kata maaf dari mulutnya hanya terdiam tanpa ekspresi. Untuk mengawali pembicaraannya, ayah Murni bermohon maaf atas segala tindakannya. Dahlan hanya menjawab dengan anggukan senyum setengah ikhlas. Suasana langsung cair dengan candaan-candaan dari Ibu Murni terutama ketika ia menceritakan.
“Nak Dahlan, Murni itu waktu kecil kira-kira umur tujuh tahun masih ingusan dan ngompol di celana” ungkap Ibu Murni
“Maak” teriak Murni manja “Jangan”
Mahni (ibu Murni) tertantang menceritakan banyak hal tentang Murni kecil kepada Dahlan. Murni hanya menunduk mendengar cerita itu sementara Dahlan hanya senyam-senyum mendengar cerita Murni kecil,
“Gak apa-apa Bu, Murni tetap terlihat cantik walaupun ia ngompol hingga sekarang” kata Dahlan
“Mas” bisik Murni mencubit paha Dahlan dengan manjanya
Suasana langsung tegang ketika ia menceritakan pengalaman pahitnya dengan Karyo. Waktu itu, Murni mengerjakan tugas di kostnya Dahlan. Hujan deras langsung mengguyur kota dingin malang, jadilah Murni tidak bisa pulang ke kostnya, dengan terpaksa Murni menunggu hingga pukul sebelas malam. Murni mengangguk,dibalik tawaran itu ternyata Karyo berbuat curang dengan menaruh obat penidur dalam minumannya, jadilah ia dijamahin sang playboy. Begitu bangun Murni air matanya langsung mengalir deras. Karyo cuek dengan tangisan Murni, ia hanya memberi minum dan mengantarnya pulang. Mereka pulang, tatkala di rumah Murni langsung masuk ke kostnya tanpa berbicara sedikitpun. Betapa pilunya hati Murni kala itu hingga hubungan itu terus menerus berlanjut, sampai waktu itu ia telat tiga minggu kemudian ia meminta pertanggung jawaban Karyo atas perbuatannya itu. Dengan segala kesombongannya, Karyo berkata “Aku tidak akan menikahi perempuan murahan kayak kamu, dasar pelacur”
“tapi, mas kan yang menghamiliku” jawab Murni
“Biarin” Karyo langsung meninggalkan Murni
Cerita berakhir, hening dengan seribu nada. Ayah dan ibu Murni terdiam. Dahlan hanya bisa memegang tangan Murni sebagai bentuk perhatian dan motivasinya dalam ujian kehidupan yang dia lalui.
“Terus Karyo itu dimana sekarang?” Tanya Mahni (Ibu Murni)
“Saya gak tahu bu, tapi biarlah kan sudah ada mas Dahlan” jawab Murni mengapit tangan Dahlan
“ Nak Dahlan ketemu Murni dimana?” Tanya Murni
“Di Malang pak, dan saya datang kesini mau mengantar Murni sekaligus melamarnya”
“Tapi Uni kan sudah tidak ada perawan lagi” kata Ibu Murni memancing kdikhlasan hati Dahlan
“Tidak apa-apa Bu, itu bukan masalah bagi saya yang penting Murni bahagia itu aja Bu” jawab Dahlan dengan sorot mata berbinar yang menandakan keikhlasan
Ada kebahagian tersendiri dalam hati Murni, ayah dan ibunya mendengar kata-kata Dahlan,
“Oh ya nak, malam ini kamu nginap dimana?” Ibu Murni berharap agar Dahlan menginap di rumahnya
“saya harus balik da nada masalah perusahaan yang harus diselesaikan dik” Jawab Dahlan
Ayah dan Ibu Murni mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berusaha untuk memahami setiap perkataan dari Dahlan. Padahal dalam hati mereka ingin sekali Dahlan si pemudah tampan dan karismatik itu menginap di rumah mereka untuk malam. Karena mereka ingin menanyakan banyak hal tentang Dahlan. Mereka penasaran akan kehidupan pribadi Dahlan.
Waktu menunjukkan jam lima sore. Dahlan langsung pamit kepada kedua orang tua Murni. Ayah dan Ibu hanya bisa tersenyum “Nak, hati-hati di jalan ya sering-sering jenguk Uni ya” ucap Ibu Murni. Dahlan mengamit dan mencium tangan kedua orang tua Murni. Ketika Dahlan mau pamit kepada Murni air matanyaa langsung berlinang dan memeluk Dahlan erat-erat “Mas kapan kesini?” Tanya Murni bimbang plus galau.
“gak tahu dik, mungkin kalau si cantik kangen ma abang” goda Dahlan
“ya saya akan kangen berat dengan mas”
Mereka tersenyum, Dahlan langsung mengecup kening Murni

Balik Ke Malang
Seminggu kemudian di Malang. Dahlan langsung fokus pada pekerjaan yakni sebagai direktur PT Molen Tiga Warna. Ia lupa dengan Murni bagaimana tidak, Dahlan tidak menghubunginya lagi baik melalui sms ataupun telepon saking sibuknya dengan pekerjaan itu.
Ini yang membuat murni penasaran sekaligus kangen berat terhadap Dahlan, ia bertanya dalam hati kapan ya mas Dahlan datang ke Bandung?”. Hati gundah-gulana menyelimuti Murni, ia langsung menelpon Dahlan,
“Mas, kenapa gak ada kabar?” Tanya Murni dalam kebimbangan.
Dahlan tidak menjawab dalam tiga puluh menit, dia sibuk melihat data yang penting. “Mas” Murni marah di balik telepon itu
“Ya” jawab Dahlan beban
“Mas, kok gak jawab sih” Sembur Murni sebal
“Sibuk” jawab Dahlan sekenanya
“ya,,, urus pekerjaanmu itu, lupakan Murni !!!!” Plak Murni langsung menutup teleponnya
Dahlan diam, fikirannya berkelana, ia bergelut dengan segala kegelisahannya, “aahhhhhhhhhhhhh” teriak Dahlan hingga orang dalam perusahaannya terkejut dan terheran dengan teriakan itu. Ria melangkah ke ruangan Dahlan kemudian mengetuk pintu
“ya, masuk” kata Dahlan
Ria masuk, terpampanglah wajah gundah Dahlan, tatapan kosong itu tanpa ekspresi apapun. Ria tersenyum kemudian duduk di depannya,
“pak, adap apa, kok teriak?” Tanya Ria keheranan
“masalah pribadi kok gak apa-apa” jawab Dahlan
“Owww, saya kira mas mau berbagi, siapa tahu saya bisa bantu”
"Terima kasih atas perhatiannya" Jawab Dahlan "Gimana penjualan tahun ini?"
 “Alhamdulillah berjalan lancar Pak bahkan bisnis kita membludak cuma untuk mengembangkan perusahaan, kita harus menambah kira-kira sepuluh karyawan kemudian mensejahterakan mereka, ini untuk menghindari demo buruh” Ungkap Ria berapi-api “dan satu lagi Pak, kita harus membeli tanah yang kosong di samping rumah Sukiman” usul Ria.
Dahlan diam meresapi usulan Ria. Kira-kira ada lima menit ia termenung lalu berkata “baik ntar kita musyawarahkan setelah shalat Dzuhur”
“Yes boss, ntar ta kasih tahu arek-arek” jawab Ria memberi hormat bak polisi.
Adzan bergema di siang hari, memanggil hati Dahlan untuk shalat Dzuhur di Mushallah perusahaannya. Mushallah itu terletak di lantai dua, dihiasi dengan keindahan kaligrafi bertuliskan surah Al-Qari’ah. Dahlan mengambil air wudhu kemudian shalat dan bermunajat kepada Allah swt. Dalam do’anya ia meminta semoga mendapatkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Setelah shalat, ia langsung menuju ruangan tempat biasa ia bermusyawarah bersama pegawainya, setibanya di sana dia langsung duduk kemudian membuka musyawarah itu,
“Sahabatku, Alhamdulillah perusahaan kita dalam beberapa tahun ini mengalami kemajuan pesat. Namun untuk mengimbangi kemajuan itu saya mulai berfikir untuk menambah insentif kalian dan merekrut anggota baru gimana menurut kalian?”
Sebuah pernyataan tegas dan berkarakter kuat kemudian disambut gembira oleh para karyawannya. Lalu Ria menengahi “itu yang dimaksud oleh Pak Dahlan Cuma beliau berpesan pada kita jujurlah dalam bekerja dan jika omzet perusahaan naik dua puluh persen lagi maka gaji kalian akan dinaikkan plus dengan bonusnya, bagaimana?”
“Setuju” Jawab karyawan Dahlan serempak
Ria memukul bangku lalu berkata “Tapi permasalahannya Pak Dahlan belum nikah, maka pertanyaannya kapan ya bos kita mau nikah?”
Sebuah pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh Dahlan, ia tersenyum dan berkilah “tunggu tanggal mainnya”.
Dahlan pulang, setibanya di rumahnya Dahlan gundah gulana lagi, fikirannya melayang entah kemana. Sungguh hatinya tidak tenang saat itu “ya Allah, bantulah hamba” Itulah doa yang terucap dari bibir Dahlan dan ia baru menyadari jika akhir-akhir ini ia kepikiran Murni. Karena tidak tahan dengan segala keresahan hatinya maka Dahlan memutuskan berangkat ke Bandung untuk menemui Murni. Hari ini juga ia langsung meluncurkan Yamaha Vixionnya.
Dalam perjalanannya Dahlan berhenti sejenak untuk membeli buah-buahan seperti Apel, Pisang dan lain sebagainya. Setelah itu ia langsung berangkat. Tatkala tiba di rumah Murni, Dahlan langsung masuk dan memencet bell. Lama dia menunggu, hatinya harap-harap cemas apakah  ada orang di rumah ini.
Lima menit kemudian…..
Lima belas menit kemudian pintu masih belum terbuka
Mendengar bell memanggil Murni menuju pintu. Ketika pintu itu dibuka, Murni sangat terkejut sekaligus senang melihat orang yang berdiri di depannya. Namun Murni berusaha menampakkan wajah cemberut, cuek plus jutek yang walaupun sebenarnya dia sangat bahagia,
“Ngapain kesini?” Murni menampakkan wajah cemberut
Bukannya menjawab Dahlan malah mencium bibir Murni dan langsung masuk dan duduk di kursi ruang tamu lalu menghembuskan nafasnya dan berkata
“Dik aku haus, tolong buatin minuman”
“Gak, pokoknya, mas harus jawab pertanyaan Uni” Jawab Murni tegas
“ya sudah” Dahlan langsung masuk dapur
Tak berapa kemudian dia keluar membawa air putih satu gelas lalu duduk di samping Murni
“Dik kok tambah cantik dengan kehamilanmu itu” Puji Dahlan agar Murni ceria
Murni bahagia tetapi kebahagiannya berusaha ditahan agar tidak kelihatan,
“Kok diam?” Dahlan heran
“Biarin, untuk apa mas datang ke sini?” Muka Murni cemberut
“Karena kangen Uni” Ucap Dahlan dengan nada romantic
“Terus Uni harus bilang wow gitu” Jawab Murni jutek plus judes
“Ya silahkan” ucap Dahlan tanpa beban
“Aku membencimu mas” Ucap Murni menatap Dahlan pura-pura cemberut
“Kamu mencintaiku” Dahlan tersenyum
“Gak” Ucap Murni cemberut menatap Dahlan
“Ya udah, kalau Uni gak suka saya datang, saya pulang aja dah” Dahlan bangkit kemudian menuju pintu depan
“Mas” Panggil Murni wajah sendu
“Ya” Dahlan menoleh ke arah Murni
“Tunggu” Pinta Murni
Dahlan menunggu, Murni berjalan berjalan kea rah Dahlan kemudian dia memeluk dan menumpahkan segala kerinduan dan beban fikirannya di dada Dahlan.
“Mas, kenapa baru datang sekarang padahal Uni sudah kangen berat ma kangmas” Murni mencium dada dan leher Dahlan
Dahlan diam lalu berjuar tanpa beban “Aku ingin menikah besok pagi ma adik”
“Kok cepat?” Lagi-lagi Murni heran
“Karena aku gak tahan tidur sendirian lagi” Dahlan membelai pipi Murni
“Tapi mas, kok cepat banget” Kini Murni lebih heran lagi
“Ini untuk kebaikan Murni juga agar image Uni baik dan tidak terjadi gonjang ganjing dalam masyarakat
“Baik mas” Murni bahagia
Tumpah ruah kebahagian meluap saat itu juga di hati Murni, dia langsung memeluk Dahlan untuk kedua kalinya. Isak tangis melebur dalam kebahagiannya. Murni oh Murni betapa aku mencintaimu, itulah kata yang terucap dari hati Dahlan,
“Mas, I Love You” Ucap Murni dengan penuh ketulusan dan mempererat pelukannya
Dahlan diam menjawab ungkapan itu. Dia menikmati setiap detik pelukannya sungguh bahagia mereka berdua saat itu. Mereka berdua menumpahkan kebahagian itu dengan berciuman yang sangat intens, bibir mereka saling menekan, saling melahap di setiap kenikmatan yang tersaji.
Karena kebahagian itu, tanpa mereka sadari bell sudah bordering. Murni menghentikan aktivitas itu lalu memandang Dahlan tersenyum dan mencium bibirnya Dahlan. Setelah itu dia menuju pintu ruang tamu, begitu pintu di buka, ayah dan ibu Murni tersenyum melihat anaknya,
“Kok tampak bahagia, apa karena ada tamu istimewa ya?” Goda Ibu Murni
Murni tersenyum dan mengikuti langkah kedua orang tuanya. Begitu tiba di ruang keluarga, Dia melihat Dahlan sudah tertidur lelap dengan tangannya menjadi bantal. Mereka tersenyum melihat Dahlan tertidur seperti itu.





Bersambung di Pernikahan Murni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata