17 Okt 2012

Pendidikan Islam KTP




Pendidikan mendapat sorotan dari masyarakat luas. Ini dikarenakan terlalu banyak permasalahan-permasalahan dalam dunia pendidikan, sebut saja,
tawuran yang menjadi tradisi, maraknya film porno. Adanya permasalahan-permasalahan yang disebutkan oleh penulis, sudah tentu akan menjadi pekerjaan rumah bagi Pendidikan Indonesia terutama Pendidikan Islam untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang menerpa pendidikan itu sendiri. Karena selama ini Pendidikan ataupun Pendidikan Islam hanya bertugas sebagai transfer of knowledge. Padahal kalau dikaji lagi secara komperehensif Pendidikan Islam itu mempunyai dua tugas yaitu transfer of knowledge (intelektual) dan transfer of value (Pembentukan karakter/ akhlak).
Sadar atau tidak, peran Pendidikan Islam untuk menjalankan tugas sebagai transfer of knowledge dan transfer of value memang berat. Karena di sini memiliki pendidik yang mempunyai kompetensi dan karakter, artinya pendidik itu harus mempunyai kepribadian yang patut dicontohi, professional dan jiwa sosial. Sedangkan guru berkarakter itu adalah guru yang mampu menjadi inspirasi, figur (teladan) dan model bagi anak didiknya.
Jika dalam pendidikan mempunyai guru yang kompeten atau berkualitas sudah tentu pendidikan itu akan berkarakter dan berkualitas. Suatu pendidikan akan berkarakter jika mempunyai kualitas yang kompeten atau ciri khas dan watak yang bisa ditonjolkan dari Pendidikan Islam.
Sedangkan kepribadian dari Pendidikan Islam dapat dilihat dari out put dan manajemen. Jika keduanya jelek maka sudah tentu pendidikan itu akan mendapatkan julukan “Pendidikan Islam KTP”, artinya Pendidikan Islam hanya dipandang sebelah mata, tidak diakui di dunia internasional dan mempunyai kualitas yang rendah. Kalau sudah begini timbul sebuah pertanyaan, “ada apa dengan pendidikan Islam?”. Padahal Pendidikan Islam mempunyai peran yang sangat signifikan bagi kemajuan bangsa Indonesia, karena melalui pendidikan Islam moral anak bangsa akan lebih terarah, karena titik tekan pendidikan Islam adalah perbaikan moral.

Ironi Pendidikan Islam
Spekulasi negative muncul tentang pendidikan Islam dengan merebaknya kerusakan moral yang menerpa anak bangsa. Sehingga tidak heran jika Pendidhkan Isilam sangat diragukan kualitasnya. Seharusnya Pendidikan Islam berperan memecahkan masalah tersebut karena Pendidikan Islam mempunyai pilar-pilar yang bermuatan materi pelajaran character building (pengembangan karakter). Pendidikan Islam bertumpu pada pengembangan watak (karakter) yang sangat memiliki feedback positif bagi anak didik seperti aqidah akhlak, fiqih, quran hadist bukankah itu akan memberikan dampak yang berbeda dengan anak yang tidak disentuh dengan pendidikan karakter baik mental maupun intelektual.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
    Inti dari Pendidikan berkarakter adalah mencakup aspek religius maupun aspek kebangsaan yang berhubungan dengan landasan bangsa dalam kehidupan yang multi etnis. Dengan cara pengamalan, pengabdian dan pemberdayaan ilmu dalam kemaslahatan.
    Secara defenitif karakter adalah moral excellence atau akhlak yang dibangun atas berbagai kebajikan. Karakter baru memiliki makna jika dilandasi nilai-nilai kebudayaan. Jadi karakter bangsa adalah karakter warga negara yang dinilai sebagai kebajikan. Karena itu, national and character building harus berorientasi pada upaya pengembangan nilai-nilai kebajikan sehingga menghasilkan out put yang memiliki jati diri dan kepribadian. Karakter yang baik adalah sebuaah pilihan yang membawa kesuksesan.
Selama ini pelaksanaan pedidikan karakter benar-benar amboradul. Lebih naasnya lagi Kurikulum Pendidikan Islam Indonesia tidak ada yang melaksanakan Pendidikan Karakter yang walaupun dalam ajaran Islam Pendidikan karakter itu sangat ditekankan.
Realisasi dari model pendidikan di Indonesia mulai banyak dipertanyakan. ‘Pendidikan Karakter' yang dulu digadang-gadang bakal membentuk manusia beradab perlu dievaluasi keefektifannya. Status RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) atau bahkan sudah SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) juga perlu ditinjau ulang. Faktanya banyak sekolah yang sudah bertaraf internasional, tapi siswanya masih menyelesaikan masalah sepele dengan kekerasan.
Jika begitu sudah seharusnya kembali pada hakikat pendidikan yang dicanangkan oleh Ki Hajar Dewantara : "Cipta, Rasa, dan Karsa." Mengembalikan pendidikan atas dasar agama, akhlak, dan budi pekerti menjadi sebuah solusi yang patut dicoba, bukan sekedar teori namun sebuah realisasi. Sesuatu yang mungkin sering terlupakan oleh petinggi bangsa ini.
Bila pendidikan Islam menerapkan apa yang dicanangkan oleh Ki Hajar Dewantara, maka sudah dapat dipastikan penidikan Islam akan lebih maju dan berkualitas dan sudah tentu akan diperhitungkan dikanca dunia Pendidikan Internasional. Karena Inti dari Pendidikan Islam adalah agar anak didiknya bisa berakhlak mulia dan tidak merugikan bangsa Indoensia.
Bila harapan untuk menerapkan materi pendidikan character building bisa diwujudkan di mana-mana, tentu bangsa ini tidak akan menadi bangsa kuli seperti kekahwatiran yang disampaikan oleh Bung Karno. Demikian pula, kalau pembangunan watak itu benar-benar menjadi tradisi untuk diajarkan pada anak didik, maka bisa diyakini anak-anak bangsa ini akan menjadi manusia bermoral. Mereka tentu akan menjauhi sifat-sifat korup, berakhlak mulia dan menjadi pemimpin bangsa yang bersih, jujur dan berwibawa. Pendidikan karakter yang baik akan membentuk out put yang baik dan membawa kepada kesuksesan.

Penulis M. Feri Firmansyah
Jurusan Tarbiyah (Pendidikan Agama Islam)
09110029

Motto: Do Something make a history

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata