30 Des 2012

Pernikahan Murni


Oleh M. Feri Firmansyah

Semenjak dilamar Dahlan, hati Murni dipenuhi oleh bunga-bunga bahagia. Dia tersenyum, tertawa sendiri membayangkan suasana seru dalam rumah tangganya dengan Dahlan. Tanpa di sadari, Plak, sebuah pukulan mendarat di bahunya,

“Nak, kok melamun?” Ibu Murni menatap dengan senyum yang dikulum
“Hehehe” Tawa Murni
“Ada tamu istimewa ya?” Menatap penuh kecurigaan
“Ya mamaa,” Murni menunduk dan mukanya merah merona
“Mana dia?” Tanya Ayah Murni
“Di dalam Pak?” Jawab Murni tetap mengamit tangan ibunya
Mereka berjalan menuju ruang keluarga, di dalam sana mereka melihat Dahlan tertidur pulas dengan posisi telentang dan tangan dijadikan bantal. Tampaknya Dahlan sudah terbuai mimpi-mimpi yang indah, suara nafasnya sangat ter`tur,
“Kapan dia datang?” Ibu Murni melihat Dahlan dengan perasaan ceria
“Tadi pagi bu”
Murni melapaskan apitan tangan ibunya lalu menuju dapur diikuti oleh ibunya sementara ayahnya langsung menuju kamar. Sepanjang aktivitasnya di dapur dia berkicau menyanyikan lagu Westlife, My Love. Melihat tingkah anaknya seperti itu Mahni hanya tersenyum dan bersyukur,
“Mama, Mas Dahlan melamar saya” Ungkap Murni dengan muka bersinar
“Terus?” Mahni tidak bisa menyembunyikan kekagetannya
“Mmmmm” Murni menahan senyumnya
Ibu Murni sudah bisa menebak perasaan hati anaknya dengan menampakkan raut muka yang ceria bin bersinar. Mahni langsung memeluk anaknya dan berbisik,
“Kapan kalian menikah?”
“Besok lusa rencanya bu”
Murni mencium pipi Mahni lalu membenamkan mukanya di leher belakang Mahni. Betapa bahagianya mereka berdua saat itu, terutama Murni. Karena sebentar lagi statusnya akan menjadi nyonya Dahlan, air matanya mengalir dan tidak bisa dibendung. Hati mereka berdua diselimuti perasaan bahagia, tiba-tiba Murni mendengar handphone Dahlan memekik, Murni melepas pelukannya lalu menuju ruang keluar, tatkala di ruang itu dia membuka pesan dari handphone Dahlan. Ternyata ada pesan dari Ria

Assalam, pak bulan depan ada meeting dengan investor dari Palangkaraya

Murni langsung menutup pesan itu dan membiarkan hal itu sampai Dahlan bangun dari tidurnya. Ketika Dahlan bangun jam sudah menunjukkan jam lima sore. Dia mengucek matanya,
“Ni, Uni, sekarang jam berapa?” Dahlan bertanya dalam hatinya
Dia melihat sekelilingnya, sepi tidak ada orang. Baru beberapa menit kemudian Murni datang dan  duduk di samping Dahlan
“Mas gak Pulang ta hari ini?”  Menyandarkan kepalanya di bahu Dahlan
“Gak” Jawab Dahlan sekenanya
Dahlan memegang tangan Murni dan mengelus-elus dengan mesra,
“Terus bapak dan ibu di Sumbawa sudah dihubungi ta mas?” Tanya Murni sendu
“Udah dik, besok mereka sudah nyampai sini” Jawab Dahlan
Murni tersenyum bahagia menatap Dahlan lalu memeluknya
“Mas, saya bahagia saat ini, semoga ini bukan mimpi” Murni membenamkan kepalanya di dada bidang Dahlan
“Ya dik, ini bukan mimpi kok. Tapi seminggu lagi saya harus berangkat ke Palangkaraya untuk studi banding dan melobi investor untuk menginvestasikan modalnya pada kita. Jadi kita tidak sempat bulan madu” Ungkap Dahlan cemas takutnya Murni khawatir dan kecewa
“Gak apa-apa mas, yang penting kita nikah” Jawab Murni menenangkan hati Dahlan yang lagi galau berat
Mereka langsung berpelukan erat, tapi
“Ehem, ehem ehem” Suara berdehem dari luar
“Oh mama,ngapain disitu?” Tanya Murni malu
“gak ngapa-ngapain” Ibu Murni tersenyum dan menatap bahagia
Satu keluarga itu berkumpul di ruang keluarga bercanda ria satu sama lainnya,


Besoknya,,,,
Selasa, hari bahagia Murni dan Dahlan karena hari ini adalah hari bersejarah bagi mereka, menikah. Hari ini adalah hari yang menentukan sah tidaknya hubungan mereka dalam ikatan cinta hakiki. Ketika penghulu selesai mengucapkan kata kata ijab kabul, Dahlan sempat deg-degan ketika menerima ijab Kabul itu.
“Saya terima nikahnya Murni binti Jufri Ahmad dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai”
Sah, saah jawab para hadirin serempak memberikan kesaksian.
Ketika perkataan sah menggelegar seantero ruangan Masjid Al-Maun, Bandung. Hati Murni langsung diselimuti bahagia campur haru tak terkira. Dan serah terima mahar pun terjadi Murni langsung mencium tangan Dahlan. Setelah, menuju pada resepsi pernikahan mereka yang telah dikonsep sederhana dalam rumah Murni. Tamu-tamu pun yang datang hanya keluarga mereka dan karyawan Dahlan di PT Molen 3 Warna.
Sungguh acara pernikahan itu berlangsung meriah walaupun sederhana. Dalam acara itu Murni bersikap manja pada Dahlan, terkadang ia minta di gendong, minta disuapin dan terkadang dansa bersama. Acara itu berajhir pada pukul 22.00 WIB, para tamu undangan perlahan mulai pulang sedikit demi sedikit. Begitu para tamu itu pulang ditelan malam indah. Murni mengapit tangan Dahlan menuju kamar tidur yang telah didesain seindah dan secerah mungkin. Murni oh Murni, akan kubuat dirimu bahagia malam ini, bisik Dahlan dalam hatinya. Begitu mereka menginjakkan  kaki di kamar yanag megah nan indah yang dibaluti cahaya remang-remang lampu berwarna merah, Dahlan mengangkat dagu Murni lalu menatapnya mesra,
“Uni, aku punya sesuatu buatmu”
“Apa kangmas?” Jantung berdegup kencang menanti surprise dari Dahlan
“pejamkan matamu” Pinta Dahlan
Murni menurut saja akan pinta Dahlan, jantung Murni berdegup ketika rambutnya ditaruh ke belakang oleh Dahlan. Hatinya  bertanya apa ya surprise dari kangmasku ini? Sekali lagi Murni berdebar menantikan surprise dari Dahlan,
“Sayang, buka matamu” Seru Dahlan
Begitu Murni membuka matanya di depan cermin, dia terkejut sekaligus senang akan kejutan seperti itu. Sebuah kalung yang bertuliskan nama Dahlan. Tanpa bisa ditahan air mata meleleh di pipinya, dia membalikkan badannya lalu melingkarkan tangannya di leher Dahlan.
“Kangmas, saya bahagia bisa berkenalan dengan mas, sungguh saya bahagia, seandainya saya tidak ketemu mas,,,,” Murni tidak bisa melanjutkan kata-katanya dan air mata itu mengalir di pipinya
“ssttt, udah jangan ngomong lagi” Dahlan menempelkan jari tangannya di bibir Murni “ I Love You”
“I Love you too kang” Jawab Murni
Murni memejamkan matanya kala Dahlan mau mencium bibirnya. Darahnya mengalir deras, gugup dan detakan jantungnya kencang. Dalam hitungan menit dia sudah merasakan hangatnya bibir Dahlan mendarat di bibirnya, Murni pun membalas ciuman itu dengan hangat pula. Dia menikmati dan membalas dengan rakus setiap detik ciuman itu. Dan terjadilah surga duniawi di dalam kamar itu pada malam pertama.

Satu Bulang Setelah Pernikahan
Hari-hari itu terasa bahagia dalam hidup Murni walaupun hari ini dia tidak ditemani oleh sang suami, Dahlan. Seperti biasanya Murni bangun pagi sekitar jam 04.00 WIB dan shalat Subuh. Setelah itu, dia berolahraga mengelilingi halaman rumahnya untuk menjaga keseimbangan kandungannya. Sehabis berolahraga, Murni masuk ke dapur untuk meneguk segela air dingin dalam kulkas. Murni pun masuk dalam kamar mengeringkan rambutnya tanpa sengaja dia melihat handphonenya dan terteralah dan tujuh panggilan tak terjawab, satu pesan dari Dahlan dengan nama profil kangmasku

Sayang kok gak diangkat

Murni sumringah membaca pesan dari Dahlan lalu dia membalas pesan itu,

Kangmas kangen ya ma aku

Pesan dari Murni lama dibalas oleh Dahlan, ini yang membuat Murni gemas dengan tingkah Dahlan yang lama balas pesannya. Dengan segera menelpon suaminya dan teleponnya tidak dijawab oleh Dahlan. Ini yang membuat hatinya gundah berat memikirkan keadaan suaminya itu, dan dia pun mengirim pesan kepada Dahlan,

Kangmas

1 Januari 2013, Palangkaraya
Handphone Dahlan tidak bersuara, tapi pekikannya tidak dihiraukan oleh Dahlan sebab dia lagi meeting dengan investor yang mau menginvestasikan modal mereka mengenai rencanya untuk mengembangkan pabrik perusahaanya. Dalam ruangan sejuk plus indah dengan motif matahari berwarna hijau bentuk ruangannya bercorak kombinasi timur tengah dan eropa, kalighrafi al-Quran surat Al-Maun membentang di dinding ruangan itu.
Dalam ruangan megah itu, Dahlan mempresentasikan planning nya dalam bentuk slide power point, terpampanglah gambar bangunan yang berjajar rapi bak perumahan, warna semua bangunan itu adalah biru tua kemudian dia menjelaskan planning-nya,
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pai semuanya, Insya Allah dalam waktu dekat ini saya ingin mengembangkan PT Molen 3 Warna ini berguna untuk menambah jumlah produksi molen kami” Dahlan menjelaskan dengan tenang dan penuh yakin
“Karena akhir-akhir ini permintaan konsumen meningkat, mungkin diantara bapak-bapak/ibu-ibu ada yang berminat membantu untuk mengembangkan perusahaan kami” Dahlan berhenti dengan jedah waktu dua menit untuk menunggu pertanyaan
Semua investor saling menatap dan merenungkan tentang rencana Dahlan. Tiba-tiba diantara Investor ada yang mengangkat tangannya,
“Maaf pak, sebelumnya. Yang saya tahu Molen itu tidak terlalu menarik bagi kami mungkin molen bapak ada yang sesuatu yang menarik, tolong tunjukkan bentuk molennya p`da kami” Ujar laki-laki yang berambut gelombang dan berjas biru.
Kemudian Dahlan menampilkan gambar molen-molennya lengkap dengan rasanya, tidak hanya itu dia juga mengeluarkan Molennnya dua puluh bungkus yang telah dia persiapkan dari Malang untuk dicicipi.
“Emmm, Enak Pak” Ujar seorang investor “Baik pak jiaka saya menginvestasikan uang saya untuk pembangunan pabrik anda saya dapat bonus berapa persen?” Seorang investor minta kepastian
“Mungkin pihak kita akan memberi bonus dari keuntungan kita dua puluh persen” Jawab Dahlan mantap
“Keuntungan perbulannya berapa?” Tanya Investor berjas biru itu lagi
“Sembilan ratus juta paling rendah dan satu trilliyun perbulan” Menatap mereka dengan penuh keyakinan
“Wow” Kata mereka serempak karena kagum dengan penghasilan besar itu
Melihat prospek omzet yang begitu besar, para investor itu berani menginvestasikan modal mereka, dengan bonus dua puluh persen. Saat itu pula Dahlan menerima lembaran cek dan semua investor itu dua trilliyun rupiah bahkan ada juga yang langsung memberi uang sekitar dua milyar rupiah. Hati Dahlan langsung melonjak gembira dan bersyukur pada Allah swt akan karunia dan pertolongan diberikan kepadanya. Setelah itu para investor itu pulang sambil menyalami Dahlan satu persatu. Mendapat bantuan seperti itu Dahlan ingin mengabari Murni,



15.00 WIB, di Bandung
Murni bangun setengah sadar mencari letak handphone-nya. Kemudian dengan membuka kunci tombol handphone-nya dan terlihat pesan dari Dahlan,

Isteriku, gimana kabarmu

Sebenarnya Murni mengeluh karena tidurnya terganggu tetapi dia memaksakan dirinya untuk membalas pesan dari Dahlan,

Kasih tahu gak ya

Mendapat jawaban pesan seperti itu, hati Dahlan langsung gregetan. Maka dia langsung membalas pesan itu lagi,

Terus gue harus panjat kopi sambil bilang pucuk-pucuk gitu

Kembali lagi Murni terbangun dengan pekikan handphone-nya, dia hanya adem-anyem tidak mau membaca
pesan dari Dahlan. Dia bangun untuk membersihkan badannya, di tengah menikmati hangatnya pancuran air shower. Tiba-tiba dia mendengar teriakan ibunya,
“Murni, Murni coba lihat berita ini”
“Apa maaaa” Jawab Murni dari dalam kamar mandi
“Ini ada berita gempa besar di Palangkaraya” Teriak ibunya
Jantung Murni seperti berhenti berdetak dalam waktu dua detik, buru-buru dia memakai handuk kemudian berlari ke luar melihat berita di TV One,

Palangkaraya, gempa berkekuatan 8 Skalaliter
Orang-orang berhamburan lari ke lapangan untuk menyelamatkan diri. Di jalan raya kondisinya serba macet. Sepeda motor, mobil dan manusia pada histeris berteriak, entah bunyi klakson mobil, sepeda motor dan teriakan manusia seperti “ya Allah, Ya Tuhan, Yesus selamatkan kita, La ilaha illallah, Allahu Akbar” melebur menjadi satu. Orang-orang sudah tidak peduli satu sama lainnya. Karena menyelamatkan diri.
Dahlan dan para investor tidak tahu mau kemana karena mereka berada di lantai dua. Dahlan sempat mau melompat dari lantai dua. Tapi di tahan oleh para investor kita berdoa kepada Tuhan semoga kita selamat itu kata salah satu investor untuk menenangkan Dahlan.
Ternyata doa mereka dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Bangunan itu masih kuat walaupun sempat mau rusak tetapi karena konstruksi bangunannya yang kokoh menjadikan bangunan itu cukup kuat menahan gempa berkekuatan sebesar itu. Akhirnya mereka bersamaan mengucapkan “Alhamdulillah”.

Bandung, 17.00 WIB
Melihat suasana gempa seperti yang mana orang pada sibuk untuk menyelamatkan diri, air matanya Murni menitik dengan sendirinya air mata Murni. Dia langsung mengambil handphonenya untuk menghubungi Dahlan. Tetapi waktu di telepon jawaban yang diterima oleh Murni bukannya suara Dahlan tetapi suara operator “nomor yang anda tuju diluar jangkuan” Hati Murni langsung gundah-gulana memikirkan suaminya yang ada dalam benak dan fikirannya hanyalah Dahlan, Dahlan dan Dahlan.
 Murni menutup muka dengan kedua telapak tangannya sambil menangis bila mengingat keadaan suaminya. Dunia terasa gelap bagi Murni, mentalnya remuk saat itu. Tak berbayang dalam fikiran jika dia ditinggallin oleh sang suami. Melihat kesedihan diraut muka Murni, ibu dan bapaknya datang menghampiri kemudian memeluk agar Murni sabar dengan keadaan seperti itu,
    “Nak, yang sabar ya, pasti ada hikmah dibalik musibah ini” Ujar Ayah Murni mengelus-elus rambut anaknya
Murni tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya bisa menangis untuk meluapkan kesedihannya. Dalam benaknya teringat masa lalunya bersama Dahlan di tepi pantai Balai Kambang saat mereka rekreasi. Saat itu, mereka duduk di tepi pantai memandang gulungan ombak menari indah dihadapan mereka berdua. Suasana romantis di pantai Balai Kambang pada pagi hari di tengah pancaran sinar matahari turut membuat mereka betah dengan kemesraannya. Ketika Murni menyandarkan kepalanya di bahu Dahlan. Timbul keisengan dalam fikiran Dahlan, dia mengambil pasir kemudian ditaburkan di atas kepala Murni. Tahu dirinya ditaburi pasir, Murni mencubit paha Dahlan dengan manjanya. Dahlan langsung berlari menyisir tepi pantai, tentu saja Murni mengejar sambil melemparkan pasir kearah Dahlan. Sementara Dahlan berhenti ketika mau ditangkap oleh Murni. Dia menunduk lalu memeluk pinggang Murni lalu menjatuhkan diri dan Murni jatuh dipangkuannya, dia baru teringat jika Murni sedang hamil muda, sontak saja dia terkejut bukan kepalang,
    “Gak apa-apa ta sayang?” Tanya Dahlan cemas
Murni hanya tersenyum nakal menatap Dahlan, dia memajukan kepalanya hingga berjarak dua sentimeter. Dug, jantung Dahlan berdetak kencang namun bukannya ciuman yang didapat oleh Dahlan malahan bisikan mesra yang keluar dari mulut Murni
    “Kalau saya keguguran, saya tidak keberatan asalkan mas mau menghamili saya lagi”
Dahlan tersenyum jail penuh makna dia langsung menyiram air ke muka Murni. Siraman itu membuat mata Murni panas karena hawa air pantai. Murni langsung mengucek matanya,
    “Mas” Ujarnya cemberut
    “Kenapa sayaaang” kata Dahlan pura-pura perhatian
    “Panas nih”
    “Sini tak cium”
Murni langsung berhenti mengucek matanya berharap pada Dahlan agar mencium matanya. Padahal dia hanya berpura-pura agar Dahlan memberikan perhatian lebih padanya. Mal`han Dahlan mencium bibirnya, kemudian bangun meninggalkan Murni. Ciuman itu membuat darah Murni seperti tersengat listrik, dia ternganga melihat Dahlan pergi begitu saja dari hadapannya, Murni tidak percaya akan hal itu,
    “Mas” Murni memanggil
Dahlan berhenti sejenak kemudian menatap pemilik suara itu, dia berjalan kembali dengan harapan agar Murni mengejar dirinya kembali
    “Mas, tunggu”
Murni berlari kearahnya kemudian dia menatap Dahlan dengan mata sayu seakan tidak percaya apa yang telah terjadi.
    “Mas, maksud mas mencium bibirku?” Tanya Murni dengan nada bergetar
Dahlan bergeming tidak menjawab malahan dia mengambil tangan Murni lalu menuntun Murni ke suatu tempat. Murni cuma manut saja yang walaupun dia sendiri grogi setengah mati akan sikap Dahlan seperti itu. Sepanjang mereka diam tanpa berkata walaupun berbisik. Setibanya di peristirahatan mereka, Dahlan langsung mengambil sebuah amplop berwarna pink bermotif bunga mawar. Amplop itu diberikan kepada Murni. Ketika amplop itu di tangan Murni, dia hanya menunduk tidak berani menatap Murni. Menerima amplop dari Dahlan, Murni gugup, tangannya bergetar ketika dia buka lalu membaca tulisan surat itu,

Dear Murni
Rasa galau plus gundah selalu menggerogoti hatiku, aku tidak tahu kenapa? Jawaban itu telah aku temukan, penyebabnya satu yaitu dirimu. Aku tanya satu hal sama kamu, maukah kamu menjadi sejarah dalam hidupku,

Dari



Dahlan

Murni tidak bisa bekata apa-apa. Dia hanya memandang Dahlan dengan perasaan cemas. Dunia seakan runtuh bertebarangan seperti kapas yang ditiup oleh angin, hatinya terharu sekaligus bahagia,
    “Mas, maksud dari surat ini?” Ucap Murni dengan suara bergetar meminta kepastian
Lama Dahlan menjawab, dia masih menunduk dalam waktu lima menit baru kemudian dia mengangkat mukanya,
    “Maukah kamu menjadi isteriku?” Tanya Dahlan penuh harap
Pertanyaan sekaligus harapan dari Dahlan membuat mulut Murni tercekat. Dia bingung untuk menjawab. Murni menatap mata Dahlan yang berisi harapan itu, Murni menarik nafas,
    “Mas, sebenarnya saya bahagia kalau menjadi isteri mas, tapi,,,” Murni tertunduk
    “Tapi apa?” Tanya Dahlan berdebar-debar
Dahlan memegang tangan Murni dan memandang penuh harap. Tetapi Murni hanya menunduk sambil memikirkan jawaban dari harapan Dahlan,
    “Mas, kenapa mas ingin menikah denganku padahal saya sedang hamil?” Murni balik bertanya dan minta kejelasan
    “Aku ingin menikah denganmu bukan karena kasihan denganmu, aku ingin menikah tetapi karena aku mau belajar mencintai dan setia denganmu. Selama ini aku tidak pernah dekat dengan perempuan manapun dalam hal perasaan”
Lagi-lagi Murni ragu dengan pernyataan Dahlan,
    “Mas, beri saya waktu satu minggu karena ini merupakan sesuatu yang sulit bagi saya”
    “Oke, saya tunggu jawabanmu” Jawab Dahlan dengan seungging senyum
Lamunannya hilang ketika mendengar teguran dari ibunya,
    “Uni, Uni, Insya Allah Dahlan akan selamat, yang sabar ya nak” Ujar Mahni menenangkan hati anaknya
Ayah Murni juga ikut memberikan dorongan kepadanya agar sabar akan musibah yang menimpa mereka. Mereka sedih, berpelukan dalam balutan kesedihan yang sungguh menyayat hati akan musibah yang menimpa mereka. Dalam benak Murni dia sudah membayangkan kalau dia menjadi janda saat ini.

Malamnya di Palangkaraya…..
Malam gelap gulita di Palangkaraya tanpa lampu, tanpa sinyal membuat Dahlan kehilangan komunikasi dengan Murni. Dia ingin segera pulang ke Malang agar terlepas dari penderitaan sebagai pengungsi, sambil menunggu Jet pribadinya diperbaiki oleh pilotnya. Dahlan membaur dengan para pengungsi. Di pengungsian dia melihat betapa menderitanya para pengungsi itu namun kebersamaan serta kekeluargaan juga tumbuh di sana. Bagaimana mereka makan bersama, menerima bantuan dari relawan walaupun berebutan berdesak-desakkan. Di sana semua fakta sosial tersaji, mulai dari kejahatan hingga kebaikan, ada yang malas, taat dan ada pula yang suka mengganggu pengungsi yang lain. Oh tuhan, beginikah nasib menjadi pengungsi keluh Dahlan dalam hatinya. Setelah menunggu selama lima jam
    “Pak” Panggil pilot pribadi Dahlan
    “Gimana Fer, udah selesai ta?”
    “Udah Pak, sekarang kita sudah bisa pulang” Ujar Feri melebarkan senyumannya dua sentimeter
Dahlan mengikuti langkah Feri menuju jet pesawat pribadinya untuk pulang ke Malang, perjalanannya memakan waktu lima jam. Tatkala tiba di Malang, Dahlan langsung menghubungi Murni. Lama Dahlan menunggu teleponnya diangkat oleh isterinya. Karena terlalu lama menunggu Dahlan langsung beristirahat untuk melepas lelah di kamar, ia menyalakan lagu Robie William, Feel. Alunan nada dan suara musik itu membuat Dahlan tidur nyenyak terbuai dalam pulau mimpi.

Bandung, 2 Januari 2013
Suasana sejuk, indah sore hari di kota Bandung membuat Murni masih ingin menikmati kenyaman kasur singgahsananya, dia baru bangun keetika jam menunjukkan angka lima tepat waktu Indonesia barat. Ketika dia bangun Murni langsung melihat foto-foto kenag-kenangan di Handphonenya. Matanya terbelalak ketika melihat panggilan tak terjawab dari sang suami. Buru-buru dia menelepon Dahlan,
    “Mas, sekarang dimana?” Tanya Murni harap-harap cemas
    “Malang, ada apa sayang?”
    “Alhamdulillah, tadi saya sudah cemas memikirkan keadaan mas, kapan ke Bandung?”
    “Gak tahu dik, ada urusan yang harus saya selesaikan di Malang” Ungkap Dahlan sambil baring-baring
    “Terus kapan selesai urusannya Mas?”
    “Insya Allah, dalam waktu satu minggu”
    “Mas” Panggil Murni dengan suara manja
    “Ya”
    “Kangen”
    “Makanya tinggal di Malang saja ya” Bujuk Dahlan
    “Gak, gak mau, ntar saya kesepian kalau di situ” Rajuk Murni
    “Ya dah, hari minggu saya ke sana, oh ya gimana kabarnya si cabang bayi?”
    “Ya tentu baik mas, saya, mama dan papa kangen dengan kangmas” Ujar Murni
    “aku juga kangen keluarga di situ, terutama isteriku tercinta”

Dahlan bersiap-siap ke berangkat ke kantornya untuk mengecek list jumlah barang yang terjual selama tahun 2012, tidak hanya mengecek Dahlan juga ikut memeriksa mesin produksi Molennya, mana yang higienis dan yang tidak. Bahkan jika tempat produksinya kotor tidak segan ikut membersihkan dapur produksinya, ini yang membuat para karyawannya begitu segan pada Dahlan.
Dalam perjalanannya Dahlan melihat seorang anak yang berjalan ke sana kemari dari warung ke warung. Dahlan berhenti untuk memperhatikannya, dia heran ketika anak kecil itu menyebarkan sebuah kertas putih. Maka Dahlan memarkirkan Vixionnya, di kafe Kava depan rumah sakit pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Dia memesan Kopi Loak khas Sumbawa. Dia duduk kemudian memanggil anak yang berbaju lusuh itu,
    “Dik” Dahlan memanggil setengah berteriak
    “Aku taa?” Anak itu menunjukkan dirinya sendiri
    “Kesini” Seru Dahlan
Anak itu melangkah berjalan ke arah Dahlan, setibanya di depan Dahlan,
    “Ada apa Pak?” Tanyanya tersenyum
    “Duduk” Suruh Dahlan pada anak itu
Anak itu pun duduk dihadapan Dahlan,
    “Coba lihat kertasmu”
Anak itu pun memberikan potongan kertas yang bertuliskan BUAT BELI BUKU SEKOLAH, Dahlan heran, jam setengah Sembilan di hari kamis kok ada anak yang bolos sekolah, hati Dahlan bertanya
    “Adik sekolah dimana?” Tanya Dahlan meminta kejelasan
Anak itu diam menjawab Dahlan dalam hati, berteriak tapi mulut terkunci, sikap diam anak itu membuat Dahlan mengerti dan mengalihkan pertanyaannya,
    “Namamu siapa?”
    “Temmy Pak” Anak itu menunduk tak berani menatap Dahlan
Sekali lagi anak itu diam,
    “Kamu ingin sekolah atau tidak?” Dahlan menatap Temmy
    “Ya” Anak itu menjawab setengah ragu, setengah yakin
    “Kalau kamu ingin sekolah, ikut aku ya” Ajak Dahlan
    “Tapi Pak?” Kata Temmy dalam keraguan
    “Kenapa?” Dahlan balik bertanya dan penasaran
    “Ntar saya dimarahi” Wajah itu menampakkan ketakutan
    “Siapa?” Dahlan tambah penasaran
    “Pak Masudin, Bossku” Jawab Anak itu
Setelah lama Temmy dibujuk Dahlan dengan berbagai cara bahkan dia diiming-imingi motivasi berlipat dan uang. Akhirnya Temmy mau mengikuti ajaran Dahlan. Tetapi ada satu yang membuat Temmy takut yakni pakaiannya yang lusuh mudah dikenal oleh bossnya sekaligus bapak angkatnya. Maka dengan segera Dahlan banting gas Vixion menuju rumahnya,
    “Pak kita mau kemana?” Tanya Temmy
    “Ke rumah dik” Jawab Dahlan tetap fokus
Seterusnya Temmy hanya diam dan tampaknya tudak berani bertanya lagi. Dia begitu pasrah sekaligus bahagia diajak oleh Dahlan. Tatkala tiba di rumah Dahlan,
    “Temmy, tolong buka pintunya” Seru Dahlan
Temmy langsung turun membuka pintu gerbang itu dan mereka pun masuk dalam rumah itu.
    “Temmy mandi dulu, habis itu kita beli bajumu dan berangkat ke sekolah”
    “Ya Pak” Jawab Temmy dengan senyuman yang mengembang
Ketika Temmy mandi, Dahlan menunggu. Selama menunggu dia mengirim pesan pada Ria untuk mengirim Laporan Pertanggung Jawabannya lewat email dan juga dia memberi tahu bahwa dia tidak bisa ke kantor hari ini. Setelah itu Dia juga ngobrol ngolor-ngidul dengan Murni mulai dari yang penting sampai yang tidak penting. Waktu Murni diberitahu bahwa Dahlan menolong anak jalanan untuk mengenyam pendidikan. Murni sempat terkejut akan hal itu. Mulanya dia tidak percaya menerima ide dari suaminya, tetapi karena sudah diyakinkan oleh Dahlan akhirnya Murni legowo. Temmy selesai mandi terlihat wajahnya lebih segar dan lebih bersih. Dahlan tersenyum melihat wajah baru Temmy. Tampan juga anak ini, kata Dahlan dalam hatinya. Kemudian dia langsung mengajak Temmy untuk membeli pakaian beserta perlengkapannya di Bandung Super Model, sebuah distro yang terletak di samping Taman Rekreasi Sengkaling. Selesai membeli baju Dahlan langgsung mengajak Temmy ke Pondok Ar-Rohmah putra, jalan Apel nomor 61, Sumber Sekar, DAU, Malang. Begitu masuk di halaman Pesantren itu, tampak santri bermain riang gembira menikmati keindahan alam. Temmy hanya taat mengikuti Dahlan dari belakang. Langkah Temmy terhenti ketika Dahlan berhenti di suatu tempat, kantor kepala pesantren. Dia duduk di samping Dahlan untuk menerangkan bahwa Dahlan menyekolahkannya di pesantren Ar-Rohmah. Alhamdulillah, niat baik Dahlan diterimah oleh pimpinan pondok. Setelah diterima, Dahlan pamit dan Temmy tinggal di situ guna untuk belajar. Sebelum pergi ke Bandung, dia memberi motivasi pada Temmy,
    “Kamu adalah orang sukses, jadi mulai sekarang tekunlah belajar”

Bersambung ke Memori Indah Murni

1 komentar:

Mari kita membaca dengan hati plus mata