31 Mei 2013

Spirit Guru Ngaji TPQ Al-Maun

Oleh MuFe El-Bageloka


Senyuman ramah dibalik wajah kalem, itulah sambutan pertama yang aku lihat ketika dia berjalan ke masjid Al-Maun untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam. Dia adalah salah satu takmir (pengurus masjid) Al-Maun, jalan Asparaga Sengkaling. Namanya adalah Suwadi atau sering dipanggil Pak Suwadi oleh warga kampung sekitar, dia berumur enam puluh tahun dan pensiunan dari Universitas Brawijaya.

Sewaktu saya berkunjung ke rumahnya, rumah itu sangat sederhana, terletak di perkampungan masih dekat dengan lokasi Masjid. Saya langsung disambut dengan ucapan salam dan mempersilahkanku duduk dan dia bercerita padaku, banyak orang yang sedih ketika dia pensiun tetapi saya berfikir sebaliknya, saya malahan gembira karena saya bisa lebih fokus ibadah dan mengajar di al-Quran di TPQ ungkapnya.
Sehingga tidak heran jika dalam kesehariannya bapak dari tiga anak ini mengabdikan dirinya kepada Allah swt dengan cara merawat masjid atau yang lebih dikenal dengan rumah Allah yakni dengan cara membersihkannya dan memakmurkan masjid itu. Karena menurutnya selama ini dia terlalu berkutat pada kehidupan dunia. Mungkin inilah saatnya memfokuskan diri kepada Allah swt. Selain itu, Pak Wadi begitu panggilannya sering pula mengajar di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Al-Maun, yang mana di TPQ itu dia tidak mendapatkan imbalan apapun dari masyarakat setempat bahkan lebih hebatnya TPQ tempat dia mengajar tidak memungut biaya infaq dari wali muridnya, karena yang diharapkan hanyalah keikhlasan dari orang-orang desa agar mau menyuruh anaknya mengaji di sana. Karena baginya mengajarkan al-Quran itu lebih berkah dan mendapat rahmat dari Allah swt dari pada dunia seisinya.
Pria yang bertubuh pendek ini sering kali mengimami masjid dan membersihkannya setiap hari jum’at ini dilakukakannya sebagai bentuk pengabdiannya kepada Allah swt, agar jama’ah yang shalat di Masjid Al-Maun menjadi nyaman dan tenang. Setiap kali dia melakukan apapun yang berkaitan dengan Masjid dia tidak pernah mengeluh selalu dilakukan dengan penuh semangat dan keikhlasan hati. Karena yang terpenting baginya adalah ridha Allah swt. Sebelum dia pensiun dia pernah menjabat sebagai pegawai administrasi dari Universitas Brawijiaya dia pernah menjadi satpam sehingga dengan begitu Pak Wadi telah banyak merasakan pahit manisnya kehidupan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata