21 Jun 2013

Tipe Belajar Peserta Didik; Serangkaian Tahap-Tahap Pembelajaran Peserta Didik

Oleh MuFe El-Bageloka

Sebagaimana yang telah diketahui tipe belajar siswa atau peserta didik ada tiga macam yakni visual (apa yang dilihatnya), audiotorial (lebih cenderung mendengar) dan kinestetik (lebih suka praktek). Namun menurut Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe, dimana yang satu merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarki, kedelapan tipe itu antara lain;


1.    Signal Learning (belajar Isyarat)
Belajar tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi tidak menuntut persyaratan, namun merupakan hierarki yang harus dilalui untuk tipe belajar yang paling tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary (tidak senagaja dan tidak didasari tujuannya). Dalam tipe ini terlibat aspek emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan buat berlangsungnya tipe ini, adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak, perangsang-perangsang tertentu secara berulang kali.

2.    Stimulus-Response Learning (Belajar Stimulus-Respons)
Tipe belajar ini disebut juga tipe belajar triar and error (coba-coba). Proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor inforcement. Waktu antara stimulus pertama dan berkutnya amat penting. Makin singkat jarank S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat reinforcement.

3.    Chaining (Rantai atau Rangkaian)
Adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (Stimulus Respons) yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya chaining.

4.    Verbal Association (Asosiasi Verbal)
Kedua tipe ini setaraf, yaitu belajar menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu dengan yang lain. Contoh yang paling sederhana adalah bila diperlihatkan suatu bentuk geometris dan si anak dapat mengatakan bujur sangkar atau mengatakan itu bola saya, bila melihat bolanya. Sebelum ia dapat membedakan keduanya. Hubungan itu terbentuk, bila unsur-unsur terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi.

5.    Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
Yakni belajar membedakan sesuatu. Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta pengalaman (Pola S-R).

6.    Concept Learning (Belajar Konsep)
Adalah belajar konsep dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep, kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.

7.    Rule Learning (Belajar Aturan)
Rule learning atau belajar membuat generalisasi, hukum dan kaidah. Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi dan kausalitas) sehingga anak didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule”, Prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah dan lain sebagainya.

8.    Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini anak didik belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematic yang menggunakan kaidah yang telah dikuasainya.

Bibiliografi,
Judul buku; Strategi Belajar Mengajar
Pengarang: Drs Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain
Penerbit; Rineka Cipta, Jakarta. 1995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata