2 Mar 2014

Manhaj Antum Apa Sih?...

Oleh Ustadz Ali Wafa L. C


Tidak hanya satu orang dan bukan hal baru buat ana, jika ada pertanyaan: "Manhaj antum apa sih?"

Kalau ana iklankan: "Manhaj ana Salafy" ke muka umum, nanti ada yang tidak terima lalu mempertanyakan, 'Salafy kok gitu?!'

Kalau ana katakan: "Ana orang Wahdah", ana akan di-black-list oleh rekan-rekan pro-radio.


Kalau ana katakan: "Ana orang Irsyadi", maka kelak harus siap untuk dilabeli 'Hizby'.

Kalau ana katakan: "Ana orang Ngruki", orang-orang Irsyadi akan mempertanyakan 'sejak kapan ente sekolah di Ngruki?' dan kayaknya ana akan dicap Khawarij.

Kalau ana katakan: "Ana Basuki", nanti Mandra bakal nyembur mencak-mencak, dan Emak Nyak bakal kerepotan.

Kalau ana katakan: "Ana Ikhwani", nanti banyak yang bilang 'oh ternyata selama ini kami salah duga toh!'. Padahal, ana seorang Ikhwan tulen, tidak seperti mereka itu, penampakannya ikhwan tapi kok obrolannya akhwat abis.

Kalau ana katakan: "Ana Surury", kesannya aneh pisan. Masa ana disamain dengan para masyaayikh dan asaatidzah kibar? Surury itu kan maqom dan julukan tinggi kalau seorang alim sudah dikenal luas dan berilmu luas.

Kalau ana katakan: "Ana Wahhaby", nanti ada yang celetuk, 'Oh pantes sensian sama Aswaja Habaib Sufi Syi'ah de el el.' Padahal, kalau dibalik, yang sensian ya keempat grup itu.

Kalau ana katakan: "Ana Aswaja", maka aneh sekali. Sebabnya, siapapun yang tidak tahlilan, tidak maulidan, atau semisalnya, maka dia bukan Aswaja. Dan ana tidak melakukan itu semua.

Kalau ana katakan: "Ana Sufi", maka orang-orang Sufi tidak akan menerima. Sebabnya? Ana tidak bisa joget. Suara ana bagus, tapi ga bisa dipakai buat mengganggu orang dengan speaker bernyanyi.

Kalau ana katakan: "Ana Tablighy (Jama'ah Tabligh)", takutnya rekan-rekan JT bakal mengkultuskan ana, karena kemungkinan ana terlihat paling bersih di antara orang-orang dekil.

Kalau ana katakan: "Ana Khawarij", maka sebelumnya, ana tidak pernah dan tidak pernah mau berteman dengan orang keras, bebal dan bodoh.

Kalau ana katakan: "Ana Jihady", kesannya narsis gitu deh. Jihad kok dibawa-bawa padahal baru bisa megang spidol aja?! Mesti ada yang sensi ama ana nantinya.

Kalau ana katakan: "Ana Syi'ah", maka sebelumnya, aku berlindung pada Allah dari makar Syi'ah yang terkutuk.

Tapi...

Kalau ana katakan: "Ana muslim", sebenarnya aman-aman saja.

Lalu, datang permasalahan. Akan dikatakan, "Islam sekarang banyak ragam dan versi. Antum Islam yang bagaimana?"

Duh, lagi-lagi pertanyaan: "Manhaj antum apa?"

Kalau ada yang bertanya 'Manhaj antum apa?', maka akan ana jawab dengan:

"Antum sendiri, manhajnya apa?"

Hehe...Nah, kalau sudah berani menjawab, pintar mendefinisikan dan hafal kalimat 'Kembali kepada al-Qur'an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salaf ash-Shaalih', maka ya kalimat itu salah satu seberat-berat kalimat. Kalau ternyata ia tidak sesuai dengan omongannya, berarti 'ngapusi'. Kalau sesuai, ya alhamdulillah.

Tapi, kalau sendirinya ragu-ragu menjawab, yo wes, tidak usah bertanya begitu pada ana, wong pertanyaan untuk diri sendiri saja sulit dijawab kok malah nanya tentang ana. Hehe...

Mungkin karena ini zamannya bicarain orang dan tidak bicarain diri sendiri, karena sendirinya ya bukan orang.

Hati-hati di jalanan
Banyak manhaj klonengan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata