7 Jul 2011

Cintaku Terhalang Triplek

Hawa hujan yang begitu menusuk, tiupan angin yang terus membelai tubuhku. Walaupun ia membelai tubuhku dengan hawa yang sangat dingin. Biarpun seperti itu aku tetap menyanyikan bait lagu Linkin Park
I put My Trust In you
Pushed as Far I can Go
For All This
    There is one thing you   
Should Now
Sambil menyanyi,
aku ayunkan sepedaku, terus mengayun dan mengayun tanpa lelah. Dalam perjalanan, aku lihat pemandangan sawah yang terhampar dengan indah dan teduhnya. Para wanita dan pria ulet, kuat pulang dari sawahnya, aku lihat mereka sangat gembira dengan pekerjaannya itu. Sungguh, aku teringat akan kampung halamanku.
Aku dendangkan lagu ini dengan berkhayal seperti penyanyi professional, semua anggota badanku aku goyangkan mulai dari kepala hingga badan, aku ayunkan sepedaku menuju Kost. Sambil menikmati belaian udara yang begitu menghangatkan tubuhku. Oh Tuhan, nikmat mana lagi yang aku dustakan?.
Ketika aku keluar dari perumahan Permata Jingga, aku melintasi jalan raya, seperti biasanya. Seperti biasanya jalan raya kalau sehabis hujan selalu ada kemacetan yang begitu panjang, hatiku hanya berguman “ya Allah, macet lagi”.
Walaupun begitu. Aku tetap melangkah, aku teguhkan hati, mantapkan tekad, dan aku yakin Allah pasti akan menyelamatkanku, aku yakin. Setibanya di kost aku langsung memarkirkan sepedaku di gudang. Ketika aku mau masuk kamar, hpku memekik dan ternyata ada sms dari teman – teman aktivis Lembaga Dakwah Kampus,
Peluang ibarat riak dlm air begitu cepat tercipta
Begitu cepat menghilang, hanya mrk yang bisa MENANGKAP
KESEMPATAN yang bisa meraih KESUKSESAN
Aku hanya tersenyum membaca sms ini, kemudian aku membalasnya
    Trims
Pusing, benar – benar pusing aku hari ini dengan aktivitas yang padat dari pagi hingga sore hari. Untuk menghilangkan rasa lelah yang menggila, aku nyalakan computer dan mendengarkan musik – musik yang menyemangati hidupku. Kutulis tulisan besar dalam diaryku
Aku Bebas, bas bassss yesss
Aku bersyukur dengan hidup yang aku lakoni ini. Aku mendapatkan hadiah perekat yaitu senyuman yang sangat indah dari wanita berjilbab di parkiran. Saking gembiranya aku berjoged, bernyanyi dan berteriak laksana orang keserupan yang berada di bawah alam sadarnya. Tiba – tiba ada orang yang menggedor pintu kostku

    “Peii, sadar bro” teriak Daeng dari luar
    “udah Brooo,,, taubat urusan belakangan. Nikmati aja” kataku sekenanya
    “astaghfirullah hm hm” ucap Daeng depan pintu sambil menggelengkan kepalanya
Daeng pergi, aku tetap melanjutkan kegilaanku, bergoyang terus dan terus mengikuti apa kata nafsu yang mengggila. Karena keasyikan  berjoged tidak aku sadari ada sms yang masuk sms dalam HPku
    Pei nggak rapat t
Rapat lagi, rapat lagi itu keluhan hatiku. Maka dengan segera aku jawab sms itu
    Oce boy kpn
Tidak lama kemudian dibalas,
    Bswk
Aku mau mandi, suasana kamar mandi sangat ramai. Ada yang menunggu, sampai – sampai teman yang sedang menunggu teriak. Sambil menunggu aku dan teman - teman menyanyikan lagu – lagu popular seperti lagu ST 12, Ungu. Di tengah itu aku sumbang suara terjelek yang pernah ada. Menyanyi dengan semangat kemudian setelah itu aku langsung mandi. Setelah mandi, aku bersiap – siap untuk sholat Maghrib dan pergi ke pertemuan organisasi. Aku ayunkan sepedaku, sesampainya di kampus aku langsung ke tempat yang telah ditentukan. Di pertemuan atau rapat organisasi usul dan pendapatku yang paling kacau, terkadang diluar konteks.
Teman – teman begitu semangat dalam menyampaikan  pendapatnya sampai – sampai rapat selesai pada jam sembilan malam. Ketika rapat sedang berlangsung aku tidak fokus karena mata dan hati hanya tertuju pada suara yang merdu dan nyaring. Maklumlah organisasi yang aku ikut sangat Islami. Jadi mereka sangat menjaga pandangannya. Fikiranku sudah dirasuki angan dan khayalan jika pemilik suara itu a sangat cantik. Tidak terasa rapat telah selesai, ada suara yang menegurku
    “Pei, nggak pulang ta?” Tanya Ilham
    “iya – iyalah boy, masa diam di sini sampai hari kiamat!”
    “oke, aku pulang dulu yaa, daah” ucapnya sambil berjabat tangan kemudian melambaikannya padaku
    “yo i boy, sukses yoo”
    “oyi, thanks” jawabnya tersenyum padaku
    “sami – sami” jawabku dengan tersenyum pula
Kitapun berpisah satu sama lain. Akan tetapi aku tarik baju Ilham
    “eeee tunggu bentar, siapa yang bicara tadi?”
    “yang mana?”
    “yang bicara diakhir – akhir rapat”
    “o o o, Riska emangnya kenapa?”
    “nggak kenapa – kenapa, Cuma nanya” jawabku sekenanya “ eh nomornya ada nggak di antum?”
    “ada, ini saya bacain ya” katanya
    “oke” jawabku
    “085678987654, udah?”
    “udaah, syukron jiddan”
Aku langsung pulang. Sesampainya di kost aku ambil computer dan mengerjakan tugas – tugas kuliah. Sambil mengerjakan tugas aku nyalakan murattalnya syaikh Misyari Rasyid. Suara Beliau terasa menyejuk hati, menyirami hati yang sekian lama gersang. Tak terasa air mataku menetes dengan sendirinya. Tok tok tok, ada suara yang mengetuk pintu kamarku
    “Pei, nggak beli nasi ta?” Tanya Bona
    “yoi, nitip ya” jawabku sekenanya karena mata masih fokus pada computer
    "oke" kata Bona kemudian ya pergi beli nasi
Karena sudah bosan, timbul keisenganku untuk sms Riska. Aku pencet hp di list dan buka nama Riska Cintaku
    Sesungguhnya Allah akan bertanya nanti pada hari kiamat:
    dimanakah orang – orang yang saling mencintai karna keagunganKu
    pada hari ini aku tidk ada naungan kecuali naunganKu
    (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Tidak lama kemudian dibalas
    Maaf ni cp?
Aku balas
    M. Pei Al-Bageloki
Ia mengirim
    Pei yang mana?
Kujawab,
    Anak JF
Ia mengirim,
    O o o terima kasih, selamat malam
Kujawab,
    Sama – sama, eh boleh q smsan nanti setelah ini y?
Ia jawab sms,
    Bisa

Aku langsung bersorak gembira dengan jawaban yang kudapat, aku meloncat kegirangan laksana penari latar yang tidak laku. “Hu huh aha iya ha, yes yess asyik” kata ini yang keluar dari mulutku, kata ini pula yang menyemangati belajarku. Aku menari sambil menyanyikan lagu plesetan India,
Tumpah sayurkuu, ha,, ha,,,ha,,,,
Marah mamakuu,,ha,,, ha,, ha,,,,
                Tumpah sayurku...
                Marah mamaku....
            Aku kena pukuul
        Pakai palu,,, u,, u
Aku kena pukuuul
Pakai paluuu
Kuch Kuch Ho Ta Hai

Aku akhiri jogged dan membentangkan tanganku bak pemain India. Tidak puas, aku menari lagi sesuka dan segenap hati yang ada. Karena terlalu asyik menari, tak kusadari rupanya teman – teman satu kostku tertawa denga tingkah aneh yang aku lakukan, rupanya mereka sudah lima menit memperhatikanku. Setelah aku tahu, aku langsung malu dan menundukkan kepala dan tersenyum malu
    “pei pei ada apa dengan dirimu?” Tanya Radek
    “ya pei ada apa sih, sampai gila kayak gitu?” Tanya Daeng
    “nggak ada apa – apa, cuma ekspresi bro” jawabku dengan tersenyum “mana nasinya?”
    “ini” jawab Bona dan langsung beri padaku
    “loh kita ini makan dimana?” Tanya Daeng kebingungan
    “di sinilah masa di kandang Kerbau” jawabku dengan nada gemas
Perkataanku langsung disambut decak tawa oleh teman – teman yang lain. Kemudian kita makan sambil bercanda dengan segala tema. Entah tema cinta, perempuan, film dan lain sebagainya. Terkadang juga vulgar. Tetapi yang penting saat itu bagiku adalah bisa senang bersama dengan teman – teman satu kost.
Setelah kita makan, teman – teman langsung mengajakku untuk bermain Remi. Permainan itu sangat menyenangkan bagi kita. Tetapi bagiku sangat menyakitkan karena aku kalah terus dan dapat hukuman pula. Aku heran dengan diriku saat itu, kok bisa aku main remi padahal permainan itu bagiku sangat aku benci. Akan tetapi “inilah yang namanya life stayle” kata hatiku.
    “kawan, aku berhenti dulu ya. Soalnya aku ada tugas. Sorry yo”
    “yaa, kok gitu?” Tanya Radek padaku
    “yaa, namanya ada tugas bro” kataku membela diri, padahal aku mau menghindar dari hukuman yang sudah menyakitkan telingaku
Aku kembali mengejarkan tugas yang sudah menumpuk di depanku. Aku berusaha untuk mengerjakannya dengan sabar yang walaupun hatiku sudah menggerutu laksana gunung mau meletus. Mataku lelah, rasanya mata ingin segera di kunci dengan tidur. Kemudian aku tidur pada jam sepuluh  malam. Tetapi sebelum tidur, terlebih dahulu aku berdo’a “Bismika Allahumma a’h ya wabismika amuut. Amiin”kataku lalu kedua tanganku aku usapkan ke muka dan seluruh badan agar Allah swt melindungi aku dari mimpi buruk.
Dalam tidur aku bermimpi ketemu dengan bidadari yang asalnya aku tidak tahu. Yang jelas saat itu dia tersenyum dengan keindahan yang sangat indah, sulit aku bisa gambarkan. Dia datang padaku dan mendekatiku tersenyum kemudian melingkarkan tangannya padaku. Tetapi bukannya ciuman yang aku dapat malahan ia memukul belakang leherku “Nyamuk, sialan, mati kau sekarang!”. Aku sangat terkejut dengan itu, aku langsung melepaskan tangannya dari leherku kemudian bidadari itu menjauh dariku.
    “bagaimana kau bisa tahu?”
    “karena aku lihat air liurmu, hahaha” jawabnya
    “kurang asem” umpatku, aku langsung bangun ketika itu. Dan aku lihat ternyata benar juga air liur membanjiri bantalku, aku hanya tersenyum dan tersenyum melihat banjir yang bersumber dari mulutku sendiri.
Kemudian aku bangun mengerjakan tugas yang belum selesai sampai menjelang waktu Subuh menyambut. Ketika Adzan memanggilku, aku lansung bergegas untuk menyelesaikan tugas – tugas yang ada di depanku. Setelah itu, aku sholat untuk menghadap sang Rabb yang ingin aku cintai dengan hati yang terdalam. Aku bertanya dalam hatiku “apakah aku bisa mencintaimu selamanya, ya Rabb?” setelah shalat aku lanjutkan dengan dzikir kepada-Nya.
Pada jam tujuh pagi, aku berangkat ke kampus. Di kampus pada jam tujuh masih sepi. Kemudian aku parkirkan sepedaku dan tersenyum pada juru parkir “monggo, mas” kata ini yang sering kuucapkan ketika mau memarkir sepedaku. Kata ini merupakan salah satu bentuk apresiasiku pada mereka yang telah berjasa menjaga sepedaku. Sebagaimana biasanya, di kampus kita belajar dan menggali ilmu secara mendalam. Sungguh, aku heran melihat para mahasiswa yang bervariasi di sini. Sebab selama aku di kota tempat aku lahir yaitu Sumbawa mayoritas mahasiswanya malas – malas. Aku bersyukur bisa kuliah di sini.
Aku berjalan dengan langkah yang tegap, hati gembira untuk mencari refrensi di perpustakaan. Di perpustakaan aku masuk, tetapi sebelum aku masuk terlebih dahulu aku sorot dulu Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Di perpsutaan aku mencari  bukunya Dr. Adian Husaini yang berjudul Hegemoni Perguruan Tinggi Islam. Sebuah buku yang mendiskripsikan tentang penyimpangan para pemikir liberal dalam syari’at Islam. Dan Alhamdulillah buku yang aku cari ketemu.
Setelah dapat bukunya kemudian aku cari topik yang sesuai dengan judul tugas. Tiba – tiba HPku  memekik, ada sms dari ketua umum JF (Jama’ah Fakhruddin) sebuah lembaga dakwah  di kampusku,
Mengundang antum semua dalam kasensor (kajian senin sore).
 Dengan judul kajiannya Ayat – ayat cinta yang tertera
dalam Al – Qur’an. KETUM JF
Hatiku langsung bertanya “kajiannya bagus apa tidak ya, masa ada ayat – ayat cinta dalam Al – Qur’an?”. Karena penasaran aku langsung akhiri tugas dan pergi ke kajian yang diadakan oleh para teman – teman Jama’ah Fakhruddin. Kajian yang diadakan oleh mereka sungguh dahsyat yang mana kajian itu menjelaskan tentang ayat – ayat cinta yang telah tertera dalam ayat – ayat Al – Qur’an. Dalam kajian itu pula dijelaskan jika novelis nomor wahid di Indonesia yaitu Habiburrahman El – Shirazi membuat novel itu terinspirasi dari surat Az – Zukhruf ayat enam tujuh. Dan Ustadz Abu Khaidar menjelaskan,
    “jika cinta dua orang Islam yang tidak berlandaskan ketakwaan kepada Allah swt maka keduanya akan bermusuhan di akhirat. Apalagi jika cintanya menyebabkan keduanya terjadi perbuatan maksiat baik besar maupun kecil. Sudah tentu kelak mereka akan bertengkar di Akhirat. Seseorang yang sangat mencintai kekasihnya sering melakukan apa saja demi kekasihnya itu. Tidak peduli benar atau salah yang penting bisa menyenangkan hati kekasihnya itu”.
Sungguh dahsyat apa yang disampaikan oleh Ustadz Abu Khaidar. Kata – kata itu langsung masuk meresap ke dalam hatiku. Kedahsyatan ceramah Ustadz Abu Khaidar mengundang pertanyaan dari salah satu aktivis Jama’ah Fakhruddin,
    “Ustadz, bagaimana keterkaitannya Qur’an Surat Az – Zukhhruf  ayat enam tujuh dengan jihad fi sabilillah?”
Maka Ustadz Abu Khaidar langsung menjawab,
    “antara jihad dan cinta sangat berkaitan yakni jika kita berjihad dengan niat menegakkan syiar Islam maka kita telah menunjukkan rasa cinta kita kepada Allah swt. Karena jihad merupakan puncak dari agama Islam. Begitu juga sebaliknya, jika kita berjihad dengan niat bukan karena Allah swt, maka itu akan menjadi amalan yang sia – sia”
    ‘sebelum kalian berjihad, perbaiki niat dulu. Karena ini merupakan syarat mutlak dalam berjihad. Ingat, syarat kalian beramal ada dua yaitu ikhlas dan ada contoh dari figur kita yaitu Ar – Rasulullah saw. Akan tetapi, percuma kita mau berjihad. Sementara kita perangi hawa nafsu saja belum mampu’
    “contohnya, ketika Shalat Subuh. Bangun Shalat Subuh saja susuahnya minta ampun. Lebih parahnya lagi, kalau kalian bangun jam tujuh pagi. Jam segitu, matahari sudah tertawa di ufuk Timur sana. Kalau seperti itu generasi Islam kan lucu namanya, mau Shalat Subuh susahnya saja susahnya minta ampun”
Aku langsung tertawa mendengar pendapat Ustadz Abu Khaidar. Karena pernyataan Beliau secara gambling menyindir semangat para pemuda dalam beramal, tetapi ketika mereka Shalat Subuh jarang ada yang tepat waktu.
Setelah selesai kajian Senin sore, aku langsung ngirim sms pada Rizka
    Bagaimana pendapatmu ttg kasensor ini?
Rizka menjawab,
    Bgus menggugah jiwa
Kutanya,
Maksudmu
Ia menjawab,
    Kata – kata beliau menggugah jiwa
Kutanya,
    Boleh ketemu,kalau nggak tidak apa – apa
Ia jawab,
    Boleh, dimana
Kubalas,
    Terserah
Ia jawab
    Oke, ana tunggu di pintu Masjid samping jama’ah wanita
Aku langsung menuju tempat yang telah di janjikan oleh Rizka. Aku ketemu dengannya, aku terbelalak dengan aura kecantikan mukanya dan lebih kagetnya lagi, dia wanita yang tersenyum tempo hari padaku di parkiran
    “antum yang namanya, Riska ta?” tanyaku
    “ya” jawabnya “antum yang namanya Pei?”
    “ya, senang ketemu antum” kataku dengan tersenyum
    “bagaimana antum tahu nomor ana?”
    “ada deh” jawabku dengan tersenyum
Kemudian kita berbincang segala macam topik mulai dari identitas kita hingga masalah ceramah yang telah disampaikan oleh Ustadz Abu Khaidar. Kebetulan kita satu asal. Setelah selesai berbincang. Kita berpisah, Riska pulang ke kostnya yang terletak di belakang kampus. Sementara aku mengambil sepedaku untuk kembali ke kost juga, mengerjakan tugas yang telah menggunung setinggi gunung Uhud.
Sore hari yang begitu ramah menyapaku dengan suhu dinginnya, merasuk ke dalam rongga jantungku, merobek paru – paru dan kulitku dan membuat tubuhku menggigil seratus delapan puluh derajat. Aku berteriak “ye, ye ye yeaah, studies apologize” aku menyanyikan lagu itu, entah benar entah salah aku tak tahu yang penting bisa berekspresi sebebas – bebasnya. Di jalan aku lihat kelompok pemuda yang tidak jelas alias Punk, entah kenapa mereka bisa seperti itu. Yang mengiris hatiku, kenapa mereka tidak memanfaat waktunya dengan belajar agama Islam di pengajian yang sering diadakan oleh para ustadz itu, dengan begitu jiwa kering mereka bisa disiram dengan air siraman rohani. Di perjalanan pula aku lihat para wanita yang memakai celana sepangkal pahanya atau celana bayi, seperti celana kurang kain. Aku lihat mereka asyik dengan pacarnya ketika di atas sepeda motor. Aku hanya tersenyum bahagia melihat kebahagian mereka di dunia. Hatiku bertanya “bisakah aku punya pacar?”. Pertanyaan itu selalu menghantui hati, perasaan dan fikiranku.
Di bundaran Soekarno Hatta aku hampir menabrak juru parkir rumah sakit umum. Aku mengerem sepedaku, tetapi sepedaku tampaknya sudah kenyang dan sudah tidak mau makan. Dengan terpaksa sepedaku kebelokkan ke sisi jalan dan terjatuh di sana. Tidak hanya itu, kouta sialku bertambah pula yakni aku jatuh pasti di kotoran Anjing
    “Astaghfirullah, sial” ujarku sambil menggelengkan kepala
Juru parkir itu berlari ke arahku menarik badanku
    “tidak apa – apa dik?”
    “ya, tidak apa – apa mas” jawabku dengan tersenyum
    “makanya kalau dikendaraan jangan menghayal”
Aku jawab dengan mengangguk dan tersenyum. Aku langsung mengayun sepedaku menuju kost tempat aku tinggal. Setibanya di kost tetap ramai seperti biasa, tidak pernah sepi. Seolah – olah itu seperti pasar besar yang ada di Malang. Aku langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah itu, aku langsung menuju kamar untuk mengerjakan tugas. Tiba – tiba ada yang mengetuk pintu kamarku
“Pei, nggak ke Wilis ta?” Tanya Bona
“ngapain?”
“mau makan, ya beli bukulah”
“tak kira tadi mau beli nasi di jalan” jawabku
“ada – ada saja, ayo” ajaknya
“oke boy. Come on” seruku langsung mengambil baju yang aku lepas tadi
Kita langsung berangkat ke Wilis. Salah satu pasar buku yang terlaris dan termurah di Malang. Aku terkejut setibanya di sana, karena di sana aku baru pertama kali melihat pasar itu. Begitu banyak orang yang antusias membeli buku. Penjualan buku di sana juga seperti pasar – pasar tradisional yang ada di Malang. Wajar jika para mahasiswa yang kantong kering beli buku di sana. Kebetulan juga pada waktu itu, merupakan malam pergantian tahun.
“Pei, kita lihat perayaan tahun baru di sini ya” kata Bona padaku
“yo,i” jawabku
Ketika lima sepuluh menit mau mendekati jam dua belas. Muda mudi langsung ramai – ramai berhitung dari sepuluh “sepuluh, Sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satuuu” seketika itu bunyi trompet langsung menderu menggelegar dimana – dimana. Dan kulihat banyak orang yang datang ke Alun – alun. Entah tua, muda bahkan ada yang membawa anak.
Malam itu merupakan malam bak di dalam Neraka. Karena pada malam itu, bukannya kesan manis yang aku dapat. Tetapi kemacetan yang berkepanjangan. Tidak hanya itu, mata dan hati sudah tidak toleran ingin tidur.
“J****k!!” umpat Bona ketika sepeda motornya ditabrak sama sepasang muda mudi.
“sorry, sorry mas” ucap seseorang yang menabrak sepeda motor Bona
“hati – hati dong bos” kata Bona. Aku hanya tersenyum dengan kemarahan yang ditunjuykkan oleh Bona
Setibanya di kost aku langsung masuk kamar. Sementara Bona masuk ke kamarnya, aku tidak tahu apa yang dia kerjakan. Kepalaku pusing karena terlalu capek. Lagi – lagi bayangan wajah Riska datang dalam hati dan fikiranku. Bayangan itu tidak bisa aku bendung. Selalu ingin meluap dan meluap. Karena tidak tahan dengan perasaan rindu yang menggila, aku telepon dia
“Assalamu’alaikum, ukhti” sapaku
“wa’alaikumssalam, ya ada apa akh?” Tanya Riska
“nggak ada apa –apa, Cuma ingin tanya” kataku legowo
“Tanya apa akh?”
“apa anatum udah mau tidur ta?”
“ya, tinggal sebentar lagi”
“saya Cuma mau mengucapkan kalau tidur jangan lupa berdo’a ya ukhti”
“jazakallahu khairan katsiraa” jawabnya dengan suara merdu terdengar
“oke, good bye”
“bye”
Aku tersenyum dengan penuh kemenangan dengan pencapaian yang aku dapatkan yakni langkah pertamaku untuk dekat dengan Riska berhasil walaupun masih sekedar berbincang basa basi. Aku langsung tidur dengan penuh ketenangan jiwa.

***
Sepertiga malam…
Perutku sakit, aku langsung masuk kamar mandi. Ternyata aku mau kencing, keluar dari kamar mandi, aku bertanya pada diriku sendiri “shalat nggak ya?”. Bisikan Malaikat dan bisikan Syaitan bertempur pada muara Telingaku. Serasa hatiku seperti menerima kampanye, tidak tahu yang mana harus aku ikuti. Hatiku ragu.
Dengan perasaan yang mantap aku langsung mengambil air wudhu, untuk shalat karena yang aku yakini apabila seseorang mau tidur Syaitan itu mengikatnya objeknya dengan tiga rantai. Kesemua rantai itu akan hilang satu peresatu apabila kita bangun lalu membaca do’a, wudhu dan shalat Tahajjud.
Aku shalat menghadap sang Rabb. Aku baca surat Mursalat. Aku baca ayat per ayat. Ketika sampai pada ayat yang berbunyi “wailuy yaumaidzillil mukadzdzibin artinya celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan kebenaran” ayat ini diulang sebanyak delapan kali. Betapa tersentuhnya hatiku dengan makna ayat yang aku baca ini. Ayat ini juga menjelaskan bagi orang – orang Fasiq, Munafik dan lain sebagainya yang mendustakan agama Islam.
Selesai shalat aku langsung baca al – Qur’an dan menyelami hikmah ayat – ayat suci yang diturunkan oleh Allah swt. Selesai membaca Al – Qur’an tiba – tiba bayangan wajah Riska terlintas dengan penuh pesona di pelupuk mataku, relung hatiku dan rasa jiwaku yang mati rasa. Namun hatiku bimbang saat itu, apakah aku mengungkapkan perasaanku pada Riska atau tidak. Karena hati yang sudah bergelora, aku berjanji dalam hatiku bahwa aku akan menemui besok di Masjid Fachruddin. Anganku sudah mulai melayang entah kemana. Karena angan yang berkontinu tidak aku rasa waktu Subuh datang dengan sendirinya, suara adzan yang syahdu. Selesai  adzan aku langsung ke Masjid untuk shalat kemudian dzikir dan pulang untuk persiapan kuliah.
Aku berangkat kuliah pada jam setengah tujuh. Tapi sebelum aku ke kelas, terlebih dahulu aku shalat dhuha untuk menenangkan hati yang gelisah entah karena apa. Aku mengirim sms pada Riska
    Ukhti antum dimana
Ia jawab,
    Di jalan
Aku krim,
    Bisa ke AR dlu
Jawab Riska,
    Insya Allah ana ksitu
Sambil menunggu, aku sempatkan diri untuk membaca Al – Quran. Kira – kira lima menit kemudian hpku memekik
    Akh, ini aku di AR
Aku langsung akhiri bacaan Al – Quran dan menemui Riska. Aku jalan ke pintu belakang, dia langsung menyambutku dengan senyum yang indah, menawan dan rupawan.
    “ada apa akh?” tanya Riska
    “tidak ada apa – apa, Cuma ingin tanya?” jawabku, sebenarnya aku ingin mengungkapkan rasa hati yang terpendam. Tapi aku tahan, karena grogi berhadapan dengannya.
    “tanya apa?”
    “pulang nggak ke Sumbawa?”
    “ya, kira kira tanggal 12”
    “bisa samaan nggak?” tanyaku dengan penuh harap
    “bisa” jawabnya dengan tersenyum
Hatiku langsung melonjak gembira mendengar jawaban dari Riska. Karena sebentar lagi aku akan bisa bersamanya lebih lama.Kemudian aku masuk kelas begitu juga dengannya, aku tersenyum padanya dan alhamdulillah senyumanku terbalas juga.

***
Lima hari kemudan...
Aku pulang ke Sumbawa. Sebelum ke terminal Arjosari terlebih dahulu kutelepon Riska dan dia menyuruhku menunggu terlebih dahulu di kampus. Satu jam kemudian baru aku lihat dia dengan tas jinjungnya,

    “akh, udah lama ta?”
    “nggak, biasa nunggu gini”
    “afwan ya”
Kitapun jalan ke tereminal Arjosari. Sesampainya di terminal Arjosari kita langsung naik angkot ADL. Di dalam angkot kita tidak berani berbicara banyak hal karena takut mengganggu orang lain. Setibanya di terminal Arjosari kita langsung menunggu bus Titian Mas. Kira – kira satu jam kemudian baru busnya jalan.
Di bus walaupun terjadi kemacetan yang panjang aku tetap menikmati suasana yang romantis dengannya. Karena di dalam angkot dan di terminal tidak sempat mengutarakan isi hati. Baru kemudian kita berbincang tentang segala macam tema mulai dari warna kesukaan, keluarga dan lain sebagainya. Pembicaraan kita mengalir bagai air.
    “ukhti, pa antum udah punya kekasih ta?” tanyaku dengan hati yang bergetar
Riska hanya diam dan pipinya bersemu merah. Kemudian ia menanggapi pertanyaanku
    “sebelumnya saya minta maaf akh. Ana belum berani pacaran karena..?”jawabnya sambil menunduk
    “kenapa?”
    “karena ana.. seorang akhwat”
    “terus kenapa kalau antum seorang akhwat?”
Riska tidak menjawab, lima menit kemudian baru ia jawab “nanti ana pikirkan”
Suasana langsung tidak seasyik seperti semula. Kita malu antara satu sama lainnya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dan katakan sementara Riska lebih banyak diam dan menunduk. Dengan perasaan grogi aku mengungkapkan rasa hatiku yang terdalam
    “ukhti, biarlah aku menunggumu di pelaminan. Dan aku bersyukur triplek yang menghalangi cintaku padamu. Biarlah triplek yang menghalangi kita. Bagaimana ukhti apa antum mau jadi istri saya tiga tahun ke depan”
    “ya, tapi kita harus jaga jarak, akh. Walaupun kita tidak di dalam ruangan JF, saya harap antum mengerti dengan perkataan saya”
    “ya saya mengerti”
Hatiku langsung gembira mendengar jawaban itu. Karena jawaban itu bisa memberi harapanku untuk bisa melanjutkan hubungan yang walaupun itu hubungan ala Islam yaitu jaga jarak. Hatiku gembira, sangat gembira.











Biodata Saya

Nama: M. Feri Firmansyah
NIM: 09110029
Fakultas / Jurusan: Agama Islam / Tarbiyah
Asal: Sumbawa
Tempat Tanggal Lahir: Bageloka, 2 Desember 1989
Motto: Jujur Adalah Modal Utama dalam segala aktivitas
Nomor HP: 087 863 995 848
Selesai pada tanggal 18 Jan. 2011
Pada jam 06.53 menit, di kosnya Ahmad
Di tulis oleh M. Feri Firmansyah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata