Oleh M. Feri Firmansyah
Dahlan meninggalkan pondok Ar-Rohmah putra, dia bergegas menuju Bandung tempat rumah isterinya. Dahlan menancapkan gas Vixionnya dengan kecepatan 80 KM/JAM, dia memacu cepat Vixionnya karena ingin bertemu Murni.
Setibanya di Bandung….
Dahlan mencari hadiah perekat jiwa untuk Murni karena hari ini dia berulang tahun. Dia mencari Istina Boneka, tempat penjualan berbagai macam boneka. Di sana dia membeli boneka yang paling besar berbentuk beruang berwarna pink. Tidak lupa pula Dahlan membeli kue tar special ulang tahun. Dalam angannya dia tersenyum bahagia mengingat memori saat mereka berdua bersama dalam kenangan indah sangat indah.
Sungguh, bagi Dahlan hari ini adalah hari bersejarah baginya. Begitu di depan rumah Murni dia memencet bell. Tak berapa lama kemudian Murni keluar buka pintu. Pintu terbuka Murni sangat terkejut. Karena kedatangan Dahlan kali ini tanpa pemberitahuan dan dia juga dapat kejutan di hari bahagia berupa tulisan
Murni menitikkan air mata, sebelum air mata itu jatuh sejajar dengan hidungnya, Dahlan menyekanya,SELAMAT ULANG TAHUN, SAYANG
“Sayang, kesedihanmu adalah kesedihanku. Kebahagianmu adalah kebahagianku. Aku sangat mencintaimu, karena kamu isteriku. Satu hal yang buat aku sedih saat ini” Dahlan tersenyum menghentikan ucapannya sambil menunggu reaksi dari Murni.
“Apa mas?” Tanya Murni
“Tai matamu masih ada segunung tuh” Ujar Dahlan memegang mata Murni
“Masa mas?” Murni heran
“Ya, gak benar” Dahlan tertawa ngakak
Murni mencubit Dahlan saking gemasnya,
Dahlan mengambil tangannya kemudian menutup mata Murni seraya berbisik,
“Aku ada kejutan buatmu”
Murni tak mau bertanya, dia membiarkan membimbingnya. Begitu kado ulang tahun itu terbuka, ia sangat terkejut melihat bonek super besar yang di sampingnya, bahagia rasanya. Mas, I love you ujarnya. Dahlan tidak menjawab malahan dia menyalakan music romantic dan mengajak Murni berdansa. Dahlan mengulurkan tangannya menawarkan kepada Murni dan tawaran itu diterima dengan senang hati oleh Murni. Betapa bahagianya dia saat itu, dalam pelukan Dahlan, ia memeluk erat suaminya dan malam itu keduanya melebur dalam balutan bahagia.
“Mas” Ujar Murni memamerkan suara manjanya
“Ya” Jawab Dahaln sambil memegang pinggul Murni
“Mas jelek, kayak Balotelli, udah item, jelek, hidup lagi” Cela Murni tersenyum
Dahlan tak bisa menahan senyumannya ketika mendengarkan ejekan dari Murni, dia mengucek rambut Murni dan mencium keningnya,
“Kamu tahu gak?”
“Apa?” Murni balik bertanya
“Sebenarnya kamu mirip pocong di kuburan pahlawan” Goda Dahlan
“Masa?” Murni cemberut walaupun mau tersenyum.
“Ya” Jawab Dahlan yakin
“Biarin” Murni merajuk “Coba kalau cantik, mas tak akan dapatkan Uni” Ujar Murni percaya diri
“Tapiii, walaupun Uni kayak lampir Uni tetap cantik kok, aku yakin aku tak akan lari malahan tak peluk pocongnya
“Gombal” Murni mengumbarkan senyum yang dikulum
“Gaaak, itu adalah fakta” Jawab Dahlan
Berakhirnya alunan musik itu, berakhir pula dansa mereka. Mereka masuk ke kamar dan melepaskan rasa rindu yang telah lama mendera dalam relung hati. Badan mereka saling bertautan, bibir mereka saling hisap kenikmatan satu sama lain,
“Mas” Desah Murni dalam kenikmatan
Dahlan tak menjawab karena Dahlan lagi fokus membuat Murni menikmati sajian kenikmatan malam itu, mereka menyatu dalam singgahsana bahagia dalam kamar mereka. Kegiatan surgawi dunia itu selesai pada pukul 22.00 WIB, mereka bersimbah keringat membanjiri tubuh mereka, mereka saling melemparkan senyuman satu sama lain.
“Sayang, bapak sama ibu kemana?” Dahlan memeluk Murni dari belakang
“Ke Bali mas, Uni malas ikut” Jawab Murni menggenggam tangan Dahlan
“Malas kenapa?” Dahlan heran
“Malas aja, ingin di rumah” Jawab Murni ala kadarnya
Mereka tertidur hingga pagi,
***
Jam 07. WIB, Dahlan dan Murni ke dapur dalam suasana romantis diiringi alunan musik Jason Miraz, I’m Yours. Mereka memasak sambil juga berdansa walaupun masakan mereka tidak tahu rasanya seperti apa karena hanyut dalam suasana seperti itu, ingat kalau masakan itu asin lidahmu harus jadi sendok supaya aku nikmat untuk mencicipinya goda Dahlan, Murni tersenyum jail memajukan kepalanya mencium bibir Dahlan sekilas dan dia menatap mesra. Dahlan melihat masakannya lalu membalikkan telor yang sedang digorengnya sementara Murni tetap menempelkan erat pada Dahlan. Selagi bergembira ria, tiba-tiba handphone Dahlan memamerkan nada panggilannya,
“Sayang, tu ada yang nelpon tolong diangkat” Pinta Dahlan
Tanpa basa-basi Murni langsung mengangkat telepon itu, halo assalamu’alaikum begitu sapa Murni pada penelopon itu,
“Bu, tolong sampaikan pada bapak bahwa ada pertemuan dengan para karyawan karena mereka ngancam mau mogok besok, karena mereka mau menuntut kenaikan upah” Jawab Ria tanpa jedah
“Ya ya ya” Jawab Murni
“Terima kasih bu”
“Sama-sama”
Murni terkejut mendengar kabar itu. Dia menatap Dahlan dengan perasaan khawatir, dia berjalan ke ruang keluarga kemudian mematikan musik dan melangkah ke dapur, dia langsung memeluk Dahlan dari belakang,
“Mas” Pipi Kanannya di sandarkan di pundak Dahlan
“Ya” Ucap Dahlan
“Kangmas harus balik hari ini” Murni mencium leher Dahlan
“Ada apa kok Uni bilang gitu?” Dahlan heran dengan nada sendu Murni
“Karena ada masalah perusahaan, para buruh mau mogok kerja” Ungkap Murni penuh khawatir
“Mmm, Insya Allah besok saya pulang” Jawab Dahlan “Sekarang waktunya sarapan, ayo kita sarapan dulu”
“Ayo” Ujar Murni mengapit tangan Dahlan
Selesai makan Dahlan berkemas untuk pulang, sebenarnya dia ingin sekali menginap di Bandung untuk melepaskan rindu dengan isterinya. Sebelum kembali pulang karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan, dia berdoa’a kepada Allah Bismillahi tawakkaltu ‘alallahu wallahu akbar lahaulah walah quwwataillah billa. Sebuah do’a yang meminta keselamatan kepada Allah swt. Usai berdo’a Dahlan melangkah menuju pintu,
“Mas, hati-hati ya”
Dahlan tidak menjawab, dia membiarkannya bahunya menjadi sandaran kepada Murni untuk bermanja diri, kelihatannya Murni sulit untuk melepaskan kepergian Dahlan,
“Mas kalau selesai urusan dengan karyawan cepat pulang ya, saya kangen dengan suasana seperti dulu”
Murni berdiri di depan pintu kemudian memeluknya dalam balutan sedih. Dahlan hanya terdiam menjawab ungkapan pelukan Murni hanya mendaratkan ciuman di kening Murni lalu dia menunduk mencium perut Murni yang lagi hamil,
“Dahlan junior, jaga ibumu ya” Murni tersenyum, mengelus rambut Dahlan. Sekitar dua menit, Dahlan bangun dia menatap lalu mencium Murni dengan ketulusan, Murni membalas ciuman itu, makin lama semakin bersemangat Murni mencium dan menikmati suasana romantis itu. Murni melumat setiap bibir Dahlan bahkan dia memegang erat leher Dahlan dan hampir saja mereka melakukan hubungan intim yang telah lama mendera. Mereka berhenti, saling memandang saling melemparkan seungging senyuman mesra nan indah lalu Dahlan mencium kening Murni dan pulang, Murni hanya melambaikan tangan ketika Dahlan hendak meninggalkannya,
Setibanya di Malang
Hujan rintik, suasana dingin menyambut Dahlan di sore hari. Dia tetap melaju di tengah rintikan hujan di jalan raya depan stadion Gajayana, dia berhenti sebentar memarkirkan Yamaha Vixion-nya untuk minum air untuk melepaskan dahaganya, dia duduk di atas tunggangannya sambil memperhatikan anak-anak bermain gembira di tengah lapangan yang becek, tampaknya mereka menendang bola kesana kemari bergumul dengan rintikan hujan. Dia tersenyum memperhatikan kebersamaan anak-anak itu, angannya langsung menerawang ke tempo dulu, dimana dia sendiri sering bermain hujan-hujanan bersama temannya. Mereka berlari ke tengah lapangan bermain gembira ria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata