A.
Pengertian
Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat
ini belum ada keseragaman. Banyak penulis yang telah berusaha untuk memberikan
definisi atau batasan-batasan tentang pengertian manajemen (nitisemito,
1983:13). Berikut ini akan kami kutipkan beberapa definisi tentang manajemen
dari beberapa penulis:
-
Menurut Koontz dan O’Donnell dalam bukunya Principle
of Management antara lain mengatakan sebagai berikut : “management” is
getting done through the efforts of other people.”
-
GR. Terry dalam bukunya Principles of Management
(1972) menyebutkan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya lainnya.
-
Menurut Sukanto Reksohadiprojo M. Com, dalam bukunya
“Dasar-Dasar Management” yang dikutip oleh Nitisemito mengatakan “Suatu usaha
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkordinir serta mengawasi kegiatan
dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan
efektif.
Dari pemaparan beberapa definisi di atas pada dasarnya memiliki
titik kesamaan yang sama, sehingga dapat disimpulkan menjadi beberapa hal yang
oleh Marno dan Triyo Supriyatno di simpulkan sebagai berikut :
1. Manajemen merupakan suatu usaha atau
tindakan ke arah pencapaian tujuan melalui sebuah proses.
2. Manajemen merupakan system kerja sama
dengan pembagian peran yang jelas.
3. Manajemen melibatkan secara optimal
konstribusi orang-orang, dana, fisik dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien. (Marno, 2008 : 1-2)
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan
ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu
pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu
proses, mengandung makna bahwa diperlukan pengetahuan tentang fungsi-fungsi
manajemen dan hubungan antar fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-funsi
manajemen (akan dibahas selanjutnya) sangat banyak dan berbeda-beda antara satu
penulis dengan penulis lain. Namun, pada intinya tidak akan lepas dari istilah
yang sudah masyhur di dunia manajemen yaitu POAC-D yang merupakan kepanjangan
dari: Planing, Organizing, Actuating, Controlling, and Directing.
Hubungan
antara fungsi-fungsi manajemen yang satu dengan yang lain adalah saling
bertautan. Dengan kata lain antara fungsi manajemen yang satu dengan yang lain
adalah saling pengaruh-mempengaruhi. Meskipun demikian fungsi perencanaan
merupakan landasan dari fungsi-sungsi manajemen yang lain.
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi
dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu
badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau
suatu ilmu pnegetahuan. Manajemen dianggap sebagai ilmu dan seni dikarenakan
prinsip-prinsipnya saat ini memang sudah dapat dipelajari, tetapi dalam
penerapannya hasilnya masih sangat dipengaruhi pada bakat-bakat perseorangan
(Nitisemito, 1989: 16). Seni adalah
suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain
seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran
serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Mengapa di
dalam manajemen diperlukan bakat-bakat tertentu? Hal ini disebabkan karena
pekerjaan memimpin agar lebih berhasil memerlukan kewibawaan, kemampuan untuk
mengambil keputusan cepat, human relation dan sebagainya, padahal sebagaimana
kita tahu hal-hal tadi sampai saat ini kesemuanya itu terletak pada diri
seseorang tersebut yang merupakan bakat yang “agak” sulit untuk dipelajari.
B.
Manajemen Islam
Istilah ini
(Manajemen Pendidikan Islam) menimbulkan beberapa pandangan yang menurut Marno
dan Triyo Supriyatno dalam Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam
ada tiga asumsi yang terbentuk karena istilah Manajemen Pendidikan Islam yaitu:
pertama, pendidikan Islam yang dalam proses penyelenggaraannya memakai
prinsip-prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori manajemen yang berkembang dalam
dunia bisnis. Kedua, pendidikan Islam yang dalam proses
penyelenggaraannya menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen yang
digali dari sumber dan khazanah keislaman. Ketiga, pendidikan Islam yang
dalam proses penyelenggaraannya memakai prinsip-prinsip, konsep-konsep, dan
teori-teori manajemen yang berkembang dalam dunia bisnis dengan menjadikan
Islam sebagai nilai yang memandu dalam proses penyelenggaraannya (Marno,
2008:3).
Dari ketiga
asumsi diatas Marno dan Triyo Supriyatno memberikan kesimpulan bahwa manajemen
pendidikan Islam didefinisikan sebagai sebentuk kerjasama untuk melaksanakan
fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),
dan pengawasan (controlling) terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya manusia, financial, fisik, dan lainnya
dengan menjadikan Islam sebagai landasan dan pemandu dalam praktek operasionalnya
untuk mencapai tujuan organisasi (pendidikan Islam) dalam berbagai jenis dan
bentuknya yang intinya berusaha membantu seseorang atau sekelompok siswa dala
menanamkan ajaran dan/atau menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam (Marno, 2008:5)
- Teori-Teori dan Model-Model Manajemen
Perkembangan teori manajemen sampai pada saat ini telah berkembang
dengan pesat. Tapi sampai detik ini pula belum ada suatu teori yang bersifat
umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat diterapkan
dalam berbagai situasi dan kondisi. Suatu yang sama tapi karena dilihat dari
kaca mata yang berbeda, akan dapat menimbulkan pendapat yang berbeda.
Nitisemito dalam bukunya manajemen suatu dasar dan pengantar menggambarkan
perbedaan cara pandang tersebut dengan petani yang sedang mencangkul sawah,
apabila yang memandang adalah seorang ekonom maka ia beranggapan bahwa kegiatan
mencangkul adalah kegiatan yang produktif, seorang dokter akan beranggapan
mencangkul adalah kegiatan yang menyehatkan namun bila dilakukan secara
berlebihan akan menyebabkan sakit berbeda lagi dengan seorang pakar hukum ia
akan melihat bahwa kegiatan mencangkul itu legal atau tidak (Nitisemito, 83:
247).
Dalam perkembangannya ada tiga aliran dalam manajemen yaitu:
a.
Aliran klasik
yang terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik.
b.
Aliran hubungan
manusiawi, disebut sebagai aliran neoklasik atau pasca klasik.
c.
Aliran
manajemen modern.
Disamping itu akan dibicarakan juga dua pendekatan manajemen yaitu
:
a.
Pendekatan
sistem (System Approach)
b.
Pendekatan
kontingensi (Contingency Approac)
1.
Teori Manajemen
Klasik
Ada dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya manajemen, yaitu :
1.
Robert Owen
(1771-1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan
Kapas di New Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada
penggunaan faktor produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil
pengamatannya disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu
perawatan yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula
halnya pada tenaga kerja, apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam
arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain
sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan
dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan.
Robert Owen adalah orang yang menentang praktek-praktek
memperkerjakan anak-anak usia 5 atau 6 tahun dan standar kerja 13 jam per hari.
Tersentuh dengan kondisi kerja yang amat menyedihkan itu, beliau mengajukan
adanya perbaikan temadap kondisi kerja ini. Pada tahun-tahun awal revolusi
industri, ketika para pekerja dianggap instrumen yang tidak berdaya, Owen
melihat rneningkatkan kondisi kerja di pabrik, rnenaikkan usia minimum kerja
bagi anak-anak, mengurangi jam kerja karyawan, menyediakan makanan bagi
karyawan pabrik, mendirikan toko-toko untuk menjual keperluan hidup karyawan
dengan harga yang layak, dan berusaha memperbaiki lingkungan hidup tempat
karyawan tinggal, dengan membangun rumah-rumah dan membuat jalan, sehingga
lingkungan hidup dan pabrik rnenjadi menarik. Sebab itu, beliau disebut
"Bapak Personal Manajemen Modem". Selain itu, Owen lebih banyak
memperhatikan pekerja, karena menurutnya, investasi yang penting bagi manajer
adalah sumber daya manusia. Selain mengenai perbaikan kondisi kerja, beliau
juga rnembuat prosedur untuk meningkatkan produktivitas, seperti prosedur
penilaian kerja dan bersaing juga secara terbuka.
2.
Charles Babbage (1792 1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris
yang menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen. Dia dipercaya bahwa
aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas
dari tenaga kerja menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara
efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar para manajer bertukar pengalaman dan
dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen. Pembagian kerja (devision of
labour), mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
a.
Waktu yang
diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru.
b.
Banyaknya waktu
yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain
akan menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu diperlukan
spesialisasi dalam pekerjaannya.
c.
Kecakapan dan
keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam
tugasnya.
d.
Adanya
perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena
perhatiannya pada itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama
yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga
membuat skema perencanaan pembagian keuntungan.
2.
Teori Manajeman
Ilmiah
Tokoh-tokoh dari teori manajemen ilmiah antara lain Frederick
Winslow Taylor, Frank dan Lilian Gilbreth, Henry L. Gantt dan Harrington
Emerson.
1.
Frederick Winslow Taylor
Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen yang menggunakan ilmu
pengetahuan dibahas, pada sekitar tahun 1900an. Taylor adalah manajer dan
penasihat perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar manajemen.
Taylor dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifick management).
Hasil penelitian dan analisanya ditetapkan beberapa prinsip yang
menggantikan prinsip lama yaitu sistem coba-coba atau yang lebih dikenal dengan
nama sistem trial and error.
Hakekat pertama daripada manajemen ilmiah yaitu A great mental
revolution, karena hal ini menyangkut manajer dan karyawan. Hakekat yang ke dua
yaitu penerapan ilmu pengetahuan untuk menghilangkan sistem coba-coba dalam
setiap unsur pekerjaan.
Taylor mengemukakan empat prinsip Scientific Management, yaitu :
a.
menghilangkan
sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan disetiap
unsur-unsur kegiatan.
b.
memilih
pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, selanjutnya memberikan latihan
dan pendidikan kepada pekerja.
c.
setiap petugas
harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam menjalankan tugasnya.
d.
harus dijalin
kerja sama yang baik antara pimpinan dengan pekerja.
Hal yang menarik dari pendapat Taylor salah satunya adalah mengenai
posisi manajer. Dimana manajer adalah pelayan bagi bahwahannya yang
bertentangan dengan pendapat sebelumnya yang mengatakan bahwa bawahan adalah
pelayan manajer. Oleh Taylor ini dinamakan studi gerak dan waktu (Time and a
motion study).
2.
Henry Laurance
Gantt (1861 1919)
Henry merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai
seorang konsultan, dimana titik perhatiannya pada unsur manusia dalam menaikkan
produktivitas kerjanya. Sumbangan Henay
L. Grant yang terkenal adalah sistem bonus harian dan bonus ekstra untuk para
mandor. Beliau juga memperkenalkan system "Charting" yang terkenal
dengan "Gant Chart".
Metodenya yang terkenal adalah rnetode grafis dalam menggambarkan
rencana-rencana dan memungkinkan adanya pengendalian manajerial yang lebih
baik. Dengan rnenekankan pentingnya waktu maupun biaya dalam merencanakan dan
rnengendalikan pekerjaan. Hal ini yang menghasilkan terciptanya "Gantt
Chart" yang terkenal tersebut. Teknik ini pelopor teknikteknik modern
seperti PERT (Program Evaluation and Review Techique).
Adapun gagasan yang dicetuskannya yaitu :
a.
kerja sama yang
saling menguntungkan antara manajer dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan
bersama.
b.
mengadakan
seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja.
c.
pembayar upah
pegawai dengan menggunakan sistem bonus.
d.
penggunaan
instruksi kerja yang terperinci.
3.
Teori
Organisasi Klasik
Tokoh-tokoh teori organisasi klasik antara lain yaitu Henry Fayol,
James D. Mooney, Mary Parker Follett dan Chaster I. Bernard.
a.
Henry Fayol
(1841-1925)
Fayol adalah seorang industrialis Perancis. Fayol mengatakan bahwa
teori dan teknik administrasi merupakan dasar pengelolaan organisasi yang
kompleks, ini diungkapkan dalam bukunya yang berjudul Administration
Industrielle et General atau Gneral and Industrial Management yang ditulis pada
tahun 1908 oleh Constance Storrs.
Fayol membagi manajemen menjadi lima unsur yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengawasan, fungsi
ini dikenal sebagai fungsionalisme.
Fayol. Selanjutnya membagi enam kegiatan manajemen, yaitu 1. Teknik
Produksi dan Manufakturing Produk, 2. Komersial, 3. Keuangan, 4. Keamanan, 5.
Akuntansi dan 6. Manajerial.
Henry Fayol mengemukakan 14 prinsip manajemen, yaitu :
1.
Devision of Work
Adanya spesialisasi dalam pekerjaan
2.
Uathority and
Responsibility
Wewenang yaitu
hak untuk memberi perintah dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi.
3.
Dicipline
Melakukan apa
yang sudah menjadi persetujuan bersama.
4.
Unity of
Command
Setiap bawahan
hanya menerima instruksi dari seorang atasan saja untuk menghilangkan
kebingungan dan saling lempar tanggung jawab.
5.
Unity of
Direction
One head and
one plan or a group or activities having the same objective. Seluruh kegiatan
dalam organisasi yang mempunyai tujuan sama harus diarahkan oleh seorang
manajer.
6.
Subordination
of Individual Interest to Generale Interest
Kepentingan seseorang tidak boleh di atas kepentingan bersama atau
organisasi.
7.
Renumeration
Gaji bagi pegawai merupakan harga servis atau layanan yang
diberikan, kompensasi.
8.
Centralization
Standarisasi dan desentralisasi merupakan pembagian kekuasaan.
9.
Sealar Chain
(garis wewenang)
Jalan yang
harus diikuti oleh semua komunikasi yang bermula dari dan kembali ke kuasaan
terakhir.
10.
Order
Disini berlaku
setiap tempat untuk setiap orang dan setiap orang pada tempatnya berdasarkan
pada kemampuan.
11.
Equity
Persamaan perlakuan dalam organisasi.
12.
Stability of
Tonure of Personel
Seorang pegawai
memerlukan penyesuaian untuk mengerjakan pekerjaan barunya agar dapat berhasil
dengan baik.
13.
Initiative
Bawahan diberi
kekuasaan dan kebebasan di dalam mengeluarkan pendapatnya, menjalankan dan
menyelesaikan rencananya.
14.
Esprit the
Corps
Persatuan adalah
keleluasaan, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki kebanggaan,
keharmonisan dan kesetiaan dari para anggotanya yang tercermin dalam semangat
korps.
b.
Mary Parker
Follett (1868 1933)
Follett menjembatani antara teori klasik dan hubungan manusiawi,
dimana pemikiran Follett pada teori kalsik tapi memperkenalkan unsur-unsur
hubungan manusiawi. Dia menerapkan psikologi dalam perusahaan, industri dan
pemerintahan. Konflik yang terjadi dalam perusahaan dapat dibuat konstruktif
dengan menggunakan proses integrasi.
Adapun kritik terhadap pendekatan teori organisasi klasik, antara
lain:
a)
Merangsang
berfikir yang mengutamakan konformitas dan formalitas.
b)
Merupakan
rutinitas yang membosankan
c)
Ide-ide
inovatif tidak sampai kepada pengambil keputusan karena panjangnya jalur
komunikasi
d)
Tidak
memperhitungkan organisasi nonformal yang seringkali berpengaruh terhadap
organisasi formal
e)
Dijalankan
secara berlebihan
f)
Terlalu banyak
aturan yang berbelit-belit
g)
Kecenderungan
menjadi orwelian yaitu keinginan birokrasi mencampuri (turut melaksanakan,
bukan mengendalikan urusan.
4.
Aliran Hubungan
Manusiawi (Neo Klasik)
Pendekatan ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik yang
ternyata tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan
kerja. Para ahli selanjutnya melengkapi teori manajemen klasik dengan
menerapkan sosiologi dan psikologi dalam manajemen.
Munsterberg(1863-1916), profesor psikologi Jerman yang mendapat
sebutan Bapak Psikologi Industri, menyarankan agar penggunaan teknik-teknik
manajemen menggunakan hasil eksperimen psikologi. Sebagai contoh, berbagai
metode psikologi dapat digunakan untuk memilih kharakteristik tertentu yang
cocok dengan kebutuhan suatu jabatan. Ia juga menyarankan agar faktor sosial
dan budaya turut dipertimbangkan dalam suatu organisasi. Kontribusi utama dari
Munsterberg untuk manajemen adalah aaplikasi psikologi industri dalam
manajemen.
Penelitian Hawthorne yang dilakukan oleh Mayo (1880-1949) menghasilkan
bahwa hubungan manusiawi merupakan istilah umum yang sering dipakai untuk
menggambarkan cara interaksi manajer dengan bawahannya secara manusiawi.
Asumsinya, jika manajer personalia memotivasi pekerja dengan baik maka hubungan
manusiawi dalam organisasipun menjadi baik. Apabila moral dan efisiensi
menurun, maka hubungan manusiawi dalam organisasipun menurun. Ahli lain yang
termasuk dalam pendekatan ini adalah Lewin, Roger, Morino, dan lainnya.
Keterbatasan dari teori hubungan manusiawi ini adalah bahwasanya
konsep makhluk sosial tidaklah menggambarkan secara lengkap individu-individu
di tempat kerjanya. Perbaikan kondisi kerja dan kepuasan kerja tidak
menghasilkan perubahan produktivitas yang mencolok. Lingkungan sosial ti tempat
kerja bukanlah satu-satunya tempat pekerja saling berinteraksi dengan unit lain
di luar tempat kerja. Kelompok yang diteliti mengubah perilakunya karena merasa
kelompoknya menjadi objek dan subjek penelitian.
5.
Pendekatan
Teori Perilaku
Teori perilaku merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan
manusiawi. Pendekatan ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
sistem sosialnya. Perilaku dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu:
1)
Rasional
Model rasional memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang
diasumsikan bersifat rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan,
motif dan tujuan. Pendukung model ini antara lain, Down dan Simon
2)
Sosiologis
Model ini lebih memusatkan perhatiannya kepada pengetahuan
antropologi, sosiologi dan psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern
3)
Pengembangan
hubungan manusia
Model pengembangan hubungan manusia lebih memusatkan perhatiannya
kepada tujuan yang ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi
menurut jenis motivasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pendukung
model ini antara lain, Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.
Keterbatasan dari pendekatan perilaku ini adalah bahwa beberapa
ahli manajemen termasuk ahli perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak
sepenuhnya nyata karena berkenaan dengan manusia yang bersifat unik. Model,
teori dan istilah perilaku oleh ahli perilaku sangat kompleks dan abstrak untuk
dipraktekkan para manajer. Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka
ahli-ahli perilaku sering berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan
rekomendasinya pun sulit bagi manajer untuk memilih dan melaksanakannya.
6. Aliran Kuantitati
Pendekatan kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim penelitian
operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri. Pendekatan ini didasari oleh
kesuksesan tim penelitian operasi Inggris pada PD II. Teknik-teknik penelitian
operasi ini semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer, transportasi
dan komunikasi. Teknik-teknik penelitian operasi selanjutnya disebut sebagai
pendekatan manajemen ilmiah.
Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti
penganggaran modal, manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi
produk, pengembangan SDM dan perencanaan program. Penggunaan riset operasi
dalam manajemen ini selanjutnya dikenal sebagai aliran manajemen science.
Langkah-langkah pendekatan manajemen science yaitu :
1.
perumusan
masalah dengan jelas dan terperinci
2.
penyusunan
model matematika dalam pengambilan keputusan
3.
penyelesaian
model
4.
pengujian model
atas hasil penggunaan model
5.
penetapan
pengawasan atas hasil
6.
pelaksanaan
hasil dalam kegiatan implementasi
D. Kedudukan, Tugas, Fungsi Dan Peran Manajer
a. Tingkatan Manajer (Manajer Level)
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi tingkatan manajer
menjadi 3 tingkatan :
1. Manajer lini garis-pertama (first line) adalah tingkatan
manajemen paling rendah dalam suatu organisasi yang
memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Dan mereka tidak membawahi
manajer yang lain.
2. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen
menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam
suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan
para manajer lainnya kadang-kadang juga karyawan operasional.
3. Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok yang
relative kecil, manager puncak bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi.
b.
Fungsi-Fungsi
Manajemen (Management Functions)
Sampai saat ini, masih belum ada konsensus
baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai apa
yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur
manajemen.
Berbagai pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen akan tampak jelas
dengan dikemukakannya pendapat beberapa penulis sebagai berikut:
|
Allen
|
Henry
|
Gullich
|
Koontz
|
Siagian
|
Lyndak
|
Stoner
|
Terry
|
Planning
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
Organizing
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
Actuating
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Controlling
|
V
|
V
|
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
Directing
|
|
|
V
|
V
|
|
|
|
|
Commanding
|
|
V
|
|
|
|
V
|
|
|
Staffing
|
|
|
V
|
V
|
|
|
|
V
|
Coordinating
|
|
V
|
V
|
|
|
V
|
|
|
Reporting
|
|
|
V
|
|
|
|
|
|
Forecasting
|
|
|
|
|
|
V
|
|
|
Leading
|
|
|
|
|
|
|
V
|
|
Motivating
|
|
|
|
|
V
|
|
|
V
|
Dari beberapa pendapat para penulis di atas dapat dikombinasikan,
fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
- Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai
dengan yang sangat rumit.
Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang
terakhir merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan
tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.
- Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja
sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai
sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
- Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
• Mengambil keputusan
• Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer
dan bawahan.
• Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya
mereka bertindak.
Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta
memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam
usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
- Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan
dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan
dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar
tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang
telah ditetapkan
semula.
- Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen
berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan
melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang
diinginkan oleh atasan.
- Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi
manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,
percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan
menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
- Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian
adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa
mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan
dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah
digariskan semula.
- Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan
atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan
tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
- Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada suatu organisasi sejak dari
merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga
memberi daya
guna maksimal kepada organisasi.
- Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan
taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih
pasti dapat dilakukan.
C.
Peran Manajer
Tiga
bidang peranan manajer
1.
Peranan antar
pribadi
-sebagai pemuka simbolis, misal menerima dan menjamu tamu besar,
menghadiri pernikahan karyawannya, upacara-upacara seremonial dsb
- pemimpin, mendidik, mengatur, memimpin, memberikan motivasi,
memberikan bimbingan, nasehat dsb kepada bawahan.
- perantara, berhubungan dengan pihak-pihak ekstern perusahaan,
baik dalam mengadakan peremuan, perwakilan dsb
2.
Peranan
informasional
-
Monitoring
aliran informasi yang ada baik kedalam maupun ke luar perusahaan
-
Penerus
informasi yaitu menyebarkan informasi-informasi kepada bawahannya atas
keputusan yang diambil dan informasi lainnya dari luar perusahaan.
-
Perwakilan,
yaitu sebagai wakil dari perusahaan keluar perusahaan baik sebagai warga negara
biasa, mewakili dalam pengadilan dan mengadakan hubungan dengan unsur-unsur
masyarakat lainnya.
3.
Peranan pembuat
keputusan
-
Wiraswasta,
berdasarkan pada inisiatif dan kreatif sendiri
-
Penangkal
kesulitan, penanggulangan pemogokan, pembatalan kontrak, penampung keluhan dan
sebagainya
-
Pengalokasian
sumber daya, kepada siapa kapan, untuk apa, dan bagaimana sumber daya yang di
punyainya, di alokasikan.
-
Negotiator,
mengadakan perundingan-perunfndingan dengan pihak lain.
E.
Kriteria Manajemen Pendidikan Islam Yang Efektif
Kunci kesuksesan sebuah lembaga pendidikan
terletak pada manajemennya. Manajemen lembaga Pendidikan dianggap berhasil
manakala mutu pendidikan itu diakui dan bisa bersaing dengan pendidikan di
dalam maupun di luar negeri, demikian juga dengan pendidikan Islam. Menurut
Malik Fadjar bahwa manajemen pendidikan Islam seharusnya menerapkan manajemen
berbasis sekolah (School Based Managemet) pendapat ini tidak ada bedanya
dengan manajemen TQM yakni melalui kedua manajemen ini masyarakat sekolah
memiliki kemandirian dalam merencanakan, mengelola dan mengatur rumah tangga
sekolahnya sendiri.
Menurut Abudin Nata (2003: 237), untuk
mewujudkan sekolah atau organisasi pengelola keagamaan yang efektif dapat
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut; Pertama, organisasi tersebut
harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas dan diarahkan pada upaya
mewujudkan cita-cita Islam. Kedua, organisasi tersebut harus dipimpin
oleh orang yang memiliki visi, capability, loby dan morality. Visi berkaitan
dengan gagasan cita-cita dan imajinasi yang terus mengalir. Sedangkan capability
berkaitan dengan kesanggupan untuk mewujudkan cita-cita dan visi tersebut. Sementara
loby terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan
berbagai pihak yang memungkinkan dapat diakses untuk mencapai tujuan.
Selanjutnya morality berkaitan dengan akhlak yang mulia seperti keikhlasan
dalam bekerja, jujur, amanah dan lain sebagainya. Ketiga, organisasi
tersebut harus memiliki sumber ekonomi yang dihasilkan melalui berbagai usaha. Keempat,
organisasi tersebut harus mampu membaca peluang yang memungkinkan dapat
dilakukan berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh jama’ah. Kelima,
organisasi tersebut harus didukung oleh sarana dan prasarana pendukung yang
baik. Keenam, organisasi tersebut harus memperoleh legitimasi dari
masyarakat dengan cara menciptakan berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
Untuk mengembangkan manajemen suatu
lembagai pendidikan yang berkualitas subtansi manajemen pengembangan lembaga
pendidikan Islam yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan salah
satu elemen yang terdapat dalam pendidikan. Keduanya saling mendukung satu sama
lainnya. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan
Islam Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”.
Dalam kurikulum terdapat prinsip
kolektivitas tim, yang mana ini menuntut kerjasama satu sama lainnya. Selain
itu, kurikulum pula tempat mengejewatahkan nilai, ide dan pembelajaran serta
kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dari kurikulum inilah akan diketahui arah
pendidikan serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas
pendidikan.
Sedangkan pembelajaran menjadi tiang dalam
kurikulum. Pembelajaran yang diterapkan dalam lembaga pendidikan itu sangat
berpengaruh bagi psikis siswa. Dalam teori ilmu pendidikan modern ataupun ilmu
pendidikan Islam berbagai macam model pembelajaran pilihan yang harus
diterapkan oleh pendidik. Seperti model pembelajaran kooperatif, kuantum,
pembelajaran dengan membacakan kisah-kisah, tematik dan lain sebagainya.
Kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan yakni bagaimana membuat murid itu
senang, nyaman dan menikmati pembelajaran yang disajikan. Dengan begitu dalam
pembelajran semakin mudah dimengerti dengan materi yang diajarkan.
2. Manajemen Personalia
Dalam lembaga pendidikan, personalia
(sumber daya manusia) terlebih kepala sekolah/madrah memiliki peran vital.
Sebagai puncak pimpinan tertinggi dan penanggung jawab pelaksanaan otonomi
pendidikan di tingkat sekolah/madrasah, ia memiliki peran sentral dalam
pengelolaan personalia. Beberapa prinsip dasar manajemen personalia, yang
dijadikan pedoman kepala sekolah/madrasah adalah:
a. Dalam mengembangkan sekolah/madrasah,
sumber daya manusia adalah komponen paling berharga
b. Sumber daya manusia akan berperan secara
optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan
institusi.
c. Kultur dan suasana organisai/sekolah, serta
perilaku manajerialnya sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pengembangan
sekolah atau madrasah.
d. Manajemen personalia di sekolah/madrasah
pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru, staf administrasi,
peserta didik, serta orang tua, dan stakeholders) dapat bekerja sama dan saling
mendukung untuk mencapai tujuan sekolah/madrasah. (Hasbullah. 2006: 113).
3. Manajemen Peserta didik
Suryosubroto member batasan defenisi
manajemen peserta didik, sebagai berikut: Manajemen peserta didik menunjuk pada
pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan pencatan murid, semenjak dari proses
penerimaan sampai saat murid meninggalkan sekolah/madrasah, karena sudah tamat
mengiktui pendidikan pada sekolah/madrasah itu. (Suryosubroto. 2004: 74).
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami
bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik. Mulai dari
mereka masuk hingga lulus. Manajemen peserta didik termasuk salah satu bagian
dari manajemen pendidikan secara keseluruhan. Manajemen peserta didik menempati
posisi yang sangat penting, karena yang sentral di sekolah adalah peserta
didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan
yang ada di sekolah, diarahkan agar peserta didik mendapat layanan pendidikan
yang baik dan tercipta suasana belajar yang kondusif.
4. Manajemen Administrasi Sekolah/Madrasah
Secara etimologis, kata “administrasi”,
berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata “ad” dan “ministrare”. Kata
“ad” mempunyai persamaan makna dengan kata “to” dalam bahasa Inggrisnya yang
berarti ke atau kepada. Kata “ministrare” memiliki arti sama dengan “to serve”
atau “to conduct” yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan.
Secara terminologis adalah suatu kegiatan
atau proses, terutama mengenai cara-cara (alat-alat) sarana untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Administrasi dalam perspektif manajemen,
dipandang mempunyai peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat
masa depan. Hal ini berarti administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa
yang akan datang dan mempunyai kesiapan untuk menghadapinya.
Hakikat manajemen adalah rangkaian tindakan
yang bermaksud untuk mencapai hubungan kerjasama yang rasional dalam suatu
sistem administrasi. Inti keberhasilan suatu manajemen adalah kerjasama dan
komunikasi. Dalam manajemen administrasi terdapat yang Tata Usaha, adapun
pekerjaan mereka ke dalam tiga kelompok, antara lain; pembukuan, surat-menyurat
dan sarana dan prasarana.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana prasarana adalah suatu
kegiatan bagaimana mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan
secara efesien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang, manajemen sarana
prasarana pendidikan adalah proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan
prasarana pendidikan secara efektif dan efesien.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
pada dasarnya bertujuan: 1) meciptakan sekolah/madrasah yang rapi, bersih,
indah sehingga menyenangkan bagi masyarakat sekolah/madrasah, 2) tersedianya
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik secara kualitatif maupun
kualitatif dan relevan dengan kepentingan pendidikan
6. Manjemen Keuangan
Manajemen keuangan atau pembiayaan merupakan
serangkaian kegiatana perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi serta
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan
pemerintah.
Dalam manajemen pendidikan, masalah dana
merupakan potensi yang sangat menentukan dan tidak bisa dipisahkan dari kajian
manajemen pendidikan. Adapun biaya adalah keseluruhan dana baik secara langsung
maupun tidak langsung yang diperoleh dari berbagai sumber.
7. Manajemen Hubungan Masyrakat
Berfungsi sebagai pencitraan sekolah atau
lembaga pendidikan. Humas itu sendiri merupakan fungsi manajemen yang diadakan
untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan kebijakan dan
prosedur instansi atau organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan
dari masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata