Riview
Abstract: learning in education is very important. Learning like a sun in world, if without sun, maybe the world darkness. Learning is a content of curriculum. In learning there is a method, exemplary and patience.
Keyword: learning, education and curriculum
pendahuluan
Dalam kajian Islam model pembelajaran sudah diajarkan oleh Rasulullah saw, mulai dari yang klasik hingga saat ini dikembangkan oleh para Ilmuwan Barat. Bagaimanapun secara tidak langsung mereka terinspirasi dari agama Islam yang telah dicantumkan oleh Rasulullah saw, seperti metode ceramah, metode dialog dan tanya jawab, metode qishah (cerita), metode tamtsil (pemisahan), metode targhib (motivasi), metode tarhin (menakut – nakuti), metode qasam (sumpah), metode keteladanan.
Metode-metode yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw itu sangat penting untuk diterapkan pada Pendidikan Islam disamping metode modern yang telah dikembangkan oleh para Ilmuwan Barat. Karena metode itu adalah karakter Pendidikan Islam untuk bisa menghasilkan output yang handal dan berakhlak.
Konsepsi Islam tentang Pendidikan
Islam telah memberikan metode yang sempurna kepada umatnya. Dalam buku ini akan membahas mengenai sumber, landasan, metode, hingga berbagai persoalan yang dihadapi manusia. Sebelum memperlajari semua itu terlebih dahulu kita harus memahami istilah-istilah yang mendasari metode Islam tersebut. Istilah yang sering digunakan dalam kajian ini adalah ad-din, Tarbiyah, Islam, Rabb, dan Ilah.
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab raba-yarbu yang artinya bertambah dan berkembang. Secara istilah tarbiyah yaitu pendidikan menuntut terwujudnya pendidikan berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan urutan sistematika yang membawa anak dari suatu perkembangan ke perkembangan lainnya.
Kata ad-din digunakan untuk menunjukkan lebih dari satu makna, yaitu: Pertama.makna otoritas, kekuasaan, hukum, perintah; Kedua, makna ketaatan, pribadatan, pengabdian, dan ketundukan kepada kekuasaan dan dominasi tertentu; Ketiga, hukum, undang-undang, jalan, tradisi, agama, taklid, jalan, mazhab; Keempat, balasan, imbalan, pemenuhan, dan perhitungan.
Secara bahasa Islam berarti berserah diri kepada Allah. Islam merupakan sistem Ilahi dan dengan sistem itulah Allah menentukan berbagai syari’at. Pendidikan Islam dan pendidikan mempunyai hubungan. Pada dasarnya pendidikan Islam merupakan kewajiban bagi umat Islam. Pendidikan Islam merupakan amanat yang harus diajarkan dari generasi kegenerasi berikutnya terutama dari orang tua kepada anaknya, dan dari guru kepada muridnya. Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah.
Keselamatan manusia dari kerugian dan adzab Allah dapat dicapai melalui tiga bentuk pendidikan. Pertama, pendidikan individu yang membawa manusia pada keimanan dan ketundukan kepada syariat Allah; kedua, pendidikan diri yang membawa manusia kepada amal sholeh dalam menjalani kehidupannya sehari-hari; ketiga, pendidikan masyarakat yang membawa manusia pada sikap saling mnegingatkan dan saling menguatkan pada saat menghadapi kesulitan.
Pendidikan Islam merupakan tuntutan duniawi dan ukhrawi. Pendidikan Islam dapat membentuk pribadi yang mampu mewujudkan keadilan Ilahiyah dalam komunitas manusia serta mampu mendaya gunakan potensi alam dengan pemakaian yang adil.
Sumber-sumber Pendidikan Islam
Sumber-sumber pendidikan Islam antara lain al-Quran dan as-Sunnah. al-Quran merupakan sumber pendidikan Rasul dan sahabat. Keberadaan al-Quran telah mempengaruhi sistem pendidikan Rasulullah dan para sahabat. Seperti ketika Aisyah menegaskan bahwa akhlak beliau adalah al-Quran, yang terdapat firman Allah surah al-Furqan: 32.
Al-Quran merupakan sumber yang edukatif. Kelebihan al-Quran diantaranya terletak pada metode yang menakjubkan dan unik sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung didalamnya, al-Quran mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa mengesakan Allah, serta mengimani hari akhir.
As-Sunnah merupakan teladan pendidikan Islam. Setelah al-Quran, pendidikan Islam menjadikan as-Sunnah sebagai dasar dan sumber kurikulumnya. Dalam dunia pendidikan, as-Sunnah memiliki dua manfaat pokok, yaitu: pertama, as-Sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep al-Quran, serta lebih merinci penjelasan al-Quran; kedua, as-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan. Misalnya, kita dapat menjadikan kehidupan Rasulullah dengan para sahabat atau anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan.
Masalah-Masalah Pendidikan
Syariat Islam memelihara lima hal dalam setiap masalah hukum yang dikenal dengan dharuriyat al-Khams. Yang terdiri atas:
1. Pemeliharaan agama
Allah telah memuliakan Islam, karena Dia tidak rela jika umat lain menindas kehidupan seorang Muslim, begitu juga dengan negara, Dia tidak menghendaki sebuah negara hanya namanya saja Negara Islam tapi dalam esensinya tidak mencerminkan sebagai Negara Islam. Masalah pemeliharaan agama tercermin dalam firman Allah surat at-Taubah ayat 12,29,32 dan 33.
2. Pemeliharaan Diri
Banyak dalam al-Quran yang membahas tentang pemeliharaan diri diantaranya dalam surat al-Isra’: 33 dan An-Nisa : 93 yang menjelaskan tentang dilarangnya membunuh seseorang tanpa alasan syari dan dalam surat an-Nisa: 29 yang menerangkan tentang larangan membunuh diri sendiri atau bunuh diri. Dalam kajian fiqh pun demikian banyak penjelasan mengenai permasalah pemeliharaan jiwa antara lain hukum membunuh, Diyat, dan Qishash.
3. Pemeliharaan Materi
Harta merupakan titipan dari Allah, maka selayaknya dijaga, diberdayakan dengan sebaik-baiknya dan dikeluarkan zakat yang terkandung didalamnya. Islam telah mengatur pemeliharaan materi sebagaimana dalam fiqh banyak sekali membahas tentang pengaturan materi ini misalnya sewa-menyewa, jual-beli dan muamalah lainnnya.
4. Pemeliharaan Akal
Manusia berbeda dengan makhluk yang lain karena akalnya, dengan akal, Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya dimuka bumi. Maka seyogyanya dijaga dan digunakan untuk berfikir. Banyak ayat memuji hamba-hamba-Nya yang menggunakan akal dengan baik serta menjaganya, sebagaimana larangan meminum Khamr yang mengisyaratkan dapat menimbulkan kekacauan pada manusia sehingga ia tidak sadar apa yang dia ucapkan atau lakukan.
Tujuan dari penyajian-penyajian firman Allah dalam al-Quran adalah untuk mendidik akal manusia agar sarat dengan ilmu pengetahuan yang baik, penalaran ilmiah, pemikiran yang argumentatif, dan metode yang eksperimental.
5. Pemeliharaan Kehormatan, Keturunan, dan Nasab
Keutamaan pendidikan Islam yang lain adalah perlindungan terhadap anak-anak melalaui sosial yang kokoh. Islam menjadikan peran orang tua dalam tingkat kekuatan yang tidak dapat ditembus oleh gangguan atau kebimbangan yang menggoyahkan kehidupan keluarga. Islam pun menjadikan perkawinan sebagai perjanjian yang kuat dan mulia.
Peran Akidah Islam dalam Pendidikan Awal
Pada pembahasan ini pengarang buku mengunakan pendekatan melalui enam rukun Iman karena keimanan merupakan salah satu landasan pendidikan.
1. Beriman kepada Allah: sebuah Konsep Ketuhanan
Pada dasarnya, keimanan kepada Allah menyangkut tiga unsur dasar: Pertama, mengetahui dan memahami konsep ketuhanan. Konsep ini yang ditolak oleh kaum musyrikin karena mereka tidak mau menisbatkan keimanan kepada Allah dan menolak meniggalkan tuhan-tuhan yang lain selain Allah. Kedua, menetapkan konsep ketuhanan hanya pada Allah yang Mahaagung dan Mahamulia. Ketiga, meniadakan konsep ketuhannan kepada selain Allah.
2. Beriman kepada malaikat
Pada dasarnya, keimanan pada malaikat merupakan penyempurnaan keimanan kepada Allah, artinya keimanan kepada malaikat merupakan syarat mutlak untuk menunjukan keimanan pada Allah. Hal ini memberikan gambaran pada manusia bahwa setiap manusia dalam pekerjaan apapun terutama dalam pendidikan haruslah bersikap profesional sebagaimana malaikat menjalankan perintah dari Allah swt. Dengan penuh ketaatan.
3. Beriman pada Kitab-Kitab yang dituntunkan oleh Allah
Pada bagian Beriman pada Kitab yang diturunkan-Nya lebih menekankan terhadap pembahasan al-Quran. Bahwasannya manusia diwajibkan mengamalkan segala hal yang diperintahkan dalam al-Quran secara terperinci sekaligus mengimani bahwa al-Quran diturunkan dari Allah.
Al-Quran mendidikan perasaan untuk teratur, menumbuhkan rasa suka cita yang melahirkan hasrat dan kemauan untuk beramal saleh serta mencintai Allah. Selain itu al-Quran mengajarkan hal-hal yang menyangkut etika kesopanan yang agung baik terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
4. Beriman pada para Rasul
Para rasul adalah teladan dan pendidik pertama generasi ideal. Kehidupan Muhammad saw. adalah metode teladan untuk menyelenggarakan Pendidikan Islam. Risalah pendidikan Rasulullah saw. Bersifat alamiah dan manusiawi sehingga darinya terpancar persaudaraan dan persatuan antarmanusia dari berbagai generasi di bawah metode pendidikan yang mengibarkan panji Sang Pencipta manusia.
5. Beriman pada Hari Akhir
Konsep dunia ini bersifat temporer karena seluruhnya diciptakan untuk masa yang sudah ditentukan oleh-Nya. Jika limit waktu yang telah ditetapkan tiba maka seluruh alam semesta beserta isinya akan berakhir.
Dalam pendidikan, keimana pada hari akhir dapat menjadi motivasi untuk senangtiasa merenungi kematian dan mempersiapkan bekal yang akan dibawa nanti menuju alam yang lebih abadi. Hal-hal diantarannya; pertama, menumbuhkan rasa tanggung jawab yang serius dan sejati. Kedua, membuahkan sifat aplikatif kemuliaan akhlak tanpa kemunafikan dan sikap riya’. Ketiga, mengontrol dan mengendalikan motivasinya untuk berharapkan kebahagian akhirat. Keempat, mengutamakan kepentingan akhirat dari pada kepentingan dunia dan bersabar dalam menghadapi ujian dan hambatan di dunia. Kelima, memperkaya akal manusia dengan fitrah yang sehat.
6. Beriman pada Takdir Allah
Dampak edukatif dari beriman pada Takdir Allah antara lain; pertama, munculnya tekad dan hilangnya keragu-raguann. Kedua, tidak putus asa dari hal yang tidak diraihnnya. Ketiga, berani menghadapi kematian. Keempat, optimis, rela dan menghindari mencari penyebab musibah dengan ramalan-ramalan.
Sasaran
Seseorang apabila hendak melakukan suatu aktivitas tentunya akan memiliki tujuan dan sasaran. Sasaran adalah tujuan yang digambarkan oleh seseorang dan diletakkan didepannya sebagai pengatur perilakunya untuk mencapai tujuan tersebut. Motivasi adalah gerak fisik atau psikis yang mendorong manusia untuk berperilaku. Motivasi dapat mensuplai kekuatan pendorong perilaku kedalam jiwa dan tubuh, kemudian secara dinamis sesuai dengan kondisi manusia menggerakkannya dan mengaktifkannya sehingga dia dapat mewujudkan tujuan.
Penentuan sasaran akan membentuk sasaran menjadi sarana imperatif, sehingga melahirkan perilaku yang berkesadaran. Jika demikian sudah tentu bahwa sasaran jauh lebih penting jika diterapkan dalam dunia pendidikan. Dengan demikian kita dapat membimbing generasi kita menjadi umat yang utama dan menentukan pola perilaku dalam kehidupan individu maupun kelompok sehingga manusia melintasi kehidupan dengan bahagia.
Tujuan Pendidikan Islam
Konsepsi tentang alam semesta memperjelas tujuan dasar keberadaan manusia di muka bumi, yaitu penghambaan, ketundukan kepada Allah, dan kekhalifahannya di muka bumi. Kesadaran akan tugas kekhalifahan di muka bumi ini akan menjauhkan manusia dari sikap eksploitasi alam. Yang ada hanya sikap memakmurkan alam semesta melalui perwujudan ketaatan pada syari’at Allah. Mengenai tujuan penciptaan manusia ini dijelakan melalui firman Allah:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (adz-Dzariyat: 56)
Tugas manusia dalam kehidupan ini demikian penting, maka pendidikan juga harus memiliki tujuan yang penting pula seperti tujuan penciptaan manusia. Pendidikan Islam berlandaskan pada dinul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.
Keutamaan pendidikan Islam
Pendidikan Islam terlahir melalui tujuan dengan konsepsi ketuhanan. Suatu konsep yang berhubungan dengan ketuhanan memiliki berbagai keutamaan, antara lain: (1) bersumber pada kesempurnaan Ilahi sehingga sifat pendidikannya sempurna; (2) meliputi segala aspek kehidupan manusia sehingga bersifat universal; (3) mencakup seluruh aspek kemanusiaan; (4) bersumber dari keberadaannya disisi Allah sehingga dapat eksis dan lestari sepanjang masa; (5) selaras dengan fitrah kemanusiaan; (6) kaya dengan hasil yang memuaskan dan tidak merintangi penyaluran potensi manusia; (7) sesuai dengan fitrah psikologis dan intelektual manusia; (8) mengantarkan manusia pada keseimbangan, keselarasan, keharmonisan; (9) sangat realistis, mudah diaplikasikan dan berpengaruh pada perilaku manusia; dan (10) sangat elastis sehingga selalu relevan dengan situasi yang ada.
Media Pendidikan
Di bab ini penulis mampu menjelaskan tentang media pendidikan Islam mulai dari rumah, masjid hingga kurikulum Pendidikan Islam. Tidak hanya itu penulis juga mampu mengungkapkan dampak edukatif dengan adanya media pembelajaran dan kegiatan tambahan-ekstrakulikuler.
Menurut penulis media Pendidikan Islam itu beragam, seperti Masjid, Rumah, keluarga dan lain-lain. Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk selalu banyak membaca baik secara tekstual maupun kontekstual. Salah satu yang diungkapkan oleh penulis di sini ialah bagaimana pelaksanaan kegiatan tambahan itu agar Pendidikan Islam itu berjalan dengan efektif dan efesien. Tidak hanya itu, penulis juga mampu menjelaskan kegiatan tambahan menurut sejarah Islam.
Dalam buku ini penulis telah membagi bentuk-bentuk kurikulum modern, antara lain; (1) Kurikulum Materi-Teori Terpisah; (2) Kurikulum Mater-Integral; (3) Kurikulum Terpusat; (4) Kurikulum Proyek. Pendidikan Islam menuntut hadirnya kurikulum yang dibangun atas landasan konsep Islam tentang alam semesta, kehidupan dan manusia. Yang penting, kurikulum Islami memenuhi beberapa ketentuan yang telah dirinci oleh penulis, antara lain; pertama, kurikulum harus memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia serta membentuk manusia yang berakhlak al-karimah; kedua, kurikulum Islami harus dapat mewujudkan tujuan pendidikan Islam yang fundamental: memurnikan pendidikan Islam; ketiga, kurikulum pendidikan Islami harus sesuai dengan tingkat pendidikan, baik dalam hal karakteristik, usia, tingkat pemahaman dan lain-lain yang telah dicanangkan dalam kurikulum; keempat, aplikasi, kegiatan atau teks kurikulum harus memperhatikan kondisi masyarakatnya; kelima, sistem kurikulum islami harus terbebas dari kontradiksi, mengacu pada kesatuan Islam dan selaras dengan nilai-nilai Islam; keenam, kurikulum Pendidikan Islam harus realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan Negara; ketujuh, kurikulum Pendidikan Islam harus mempunyai metode yang disukai oleh peserta didik.
Agaknya Rasulullah saw. menyadari bahwa pada masa beliau, masjid merupakan tempat yang dapat menghimpun kaum muslim. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas pertama beliau ketika dating di Madinah, yakni mendidrikan masjid. Fungsi masjid yang saat ini lebih dikenal sebagai tempat untuk beribadah bagi umat muslim, maka semasa hidup beliau masjid juga berfungsi sebagai tempat bermusyawarah, membahas dan memecahkan persoalan, menjauhkan diri dari kerusakan, serya menghadang berbagai penyelewengan aqidah.
Masjid juga digunakan sebagai pusat pendidikan. Di masjid, mereka akan menyimak khutbah dan berbagai pengetahuan umum, sehingga hidupnya dijalankan dengan kesadaran aqidah Islam. Al-Quran, ilmu kemasyarakatan (fiqih, hadits, dsb), ilmu yang berhubungan dengan sejarah, bahasa, dan ilmu yang lainnya, mereka pelajari di masjid. Sehingga masjid tidak pernah sepi dengan aktivitas kaum muslim baik yang mencari ilmu, bermusyawarah, dan aktivitas kaum muslim lainnya.
Media pendidikan seperti masjid, pada dasarnya merupakan himpunan anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan rumah (keluarga). Rumah menjadi media bagi keluarga untuk berinteraksi dan menciptakan suasana keluarga muslim. sehingga diperoleh gambaran tentang siapa itu Allah, rasul, ayah, ibu, dan gambaran yang lainnya. Maka tidak heran jika dikatakan bahwa keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama sebelum anak atau anggota keluarga terjun secara langsung di masyarakat.
Tujuan terpenting dari pembentukan keluarga, antara lai: (1) mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga; (2) mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis; (3) mewujudkan sunnah Rasulullah saw. dengan melahirkan anak-anak yang shaleh sehingga umat manusia merasa bangga dengan keberadaannya; (4) memenuhi cinta-kasih anak-anak; dan (5) menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan.
Dalam perkembangan selanjutnya, media pendidikan tidak lagi terpusat pada masjid. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, tempat khusus untuk menuntut ilmu dibangun di sudut-sudut masjid. Sejak zaman inilah pendidikan anak mulai tertata. Sebagian dari mereka terkadang menerima upah sebagi uang lelah karena kasibukan mereka untuk mengajar dan tidak sempat mencari rezeki.
Setelah kekhalifahan Abbasiyah, Negara-negara kecil yang berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Abbasiyah, mulai membangun tempat-tempat pengkajian ilmu atau madrasah dengan sistem internal. Sistem pengajaran, kurikulum, penggunaan referensi, maupun penggunaan metode, tidak terpusat pada pihak lain, sehingga mereka bebas menentukan sendiri.
Dalam konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah, dan syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat atau potensi manusia sesuai fitrahnya sehingga manusia terhindar dari penyimpangan.
Pendidikan Islam memiliki fungsi fundamental yang diwujudkan melalui sekolah, antara lain: (1) fungsi penyederhanaan dan penyimpulan; (2) fungsi penyucian dan pembersihan; (3) memperluas wawasan dan pengalaman anak didik melalui transfer tradisi; (4) fungsi mewujudkan keterkaitan, integrasi, homogenitas dan keharmonisan antarsiswa; (5) fungsi penataan dan validasi sarana pendidikan; dan (6) penyempurnaan tugas keluarga dalam pendidikan.
Disamping fungsi dan manfaat lewat beban berat dalam mendidik generasi, sekolah pun dapat menimbulkan kerawanan yang nyaris membawa umat manusia pada kesia-siaan, kelemahan, kepasrahan, kebebasan atau paganisme. Dampak negatif tersebut, antara lain: (1) berkembangnya sikap eksklusif; (2) kecenderungan pada budaya atau filsafat barat; (3) munculnya kepribadian terbelah (dualisme); (4) salah kaprah tentang ijazah dan ujian; dan (5) lahirnya sumber daya manusia mekanik.
Maka perlu adanya solusi dalam menangani kasus tersebut. Misalnya saja dengan mengadakan pelatihan untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keahlian yang mereka ajarkan untuk memecahkan berbagai permasalahan masyarakat sekitar. Namun hal ini dapat dilakukan jika pada diri mereka ada rasa tanggung jawab terhadap ilmunya, maka perlu adanya upaya membangkitkan motivasi baik dari diri peserta maupun dari pendidik. Yang kemudian dapat ditanamkan keyakinan dan keimanan atas kehormatan yang diberikan Allah kepada manusia sehingga mereka mampu mengerjakan segala sesuatu dengan ikhlas. Mereka juga perlu diyakinkan pula bahwa ijazah hanyalah sebgai simbol bahwa mereka tela melewati suatu jenjang pendidikan.
Masyarakat juga bisa menjadi media pendidikan. Anak-anak menjadi tanggung jawab bagi masyarakat sehingga mereka mampu beradaptasi dan bersosialisasi di dalamnya. Anak-anak menjelma dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang merupakan metode pendidikan masyarakat yang utama. Cara yang terpenting antara lain: (1) Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemunkaran; (2) Dalam masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga ketika memanggil seorang anak akan dipanggil sebagaimana dia memanggil anaknya; (3) Untuk menghadapi orang-orang yang membiasakan dirinya berbuat buruk, Islam membina mereka melalui salah satu cara membina dan mendidik manusia, yaitu kekerasan atau kemarahan; (4) Masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan; (5) Pendidikan kemasyarakatan dapat juga dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena bagaimana pun masyarakat muslim adalah masyarakat yang padu; (6) pendidikan kemasyrakatan bertumpu pada landasan afeksi masyarakat khususnya saling mencintai; (7) pendidikan masyarakat harus mampu mengasah generasi mudah untuk memilih teman dengan baik dan berdasarkan ketakwaan kepada Allah.
Pendidikan yang Islami
Guru memiliki beberapa fungsi, diantara fungsi penyucian artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang serta pemelihara fitrah manusia. Fungsi guru lainnya adalah fungsi pengajaran artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerpkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sifat dan Syarat Seorang Pendidik
Agar fungsi seorang pendidik dapat berjalan dengan baik maka dia harus memiliki sifat-sifat berikut: (1) setiap pendidik harus memiliki sifat rabbani; (2) seorang guru menyempurnakan sifat rabaniyahnya dengan keikhlasan; (3) seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmu dengan sabar; (4) ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan dalam kehidupan pribadinya; (5) seorang guru harus senantiasa meningkatkan wawasan pengetahuan dan kajiannya; (6) seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode pengajaran yang variatif yang sesuai dengan situasi dan materi pelajaran; (7) guru harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai proporsinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan menguasai siswa; (8) guru dituntut untuk memahami psikologi anak, perkembangan dan psikologi pendidikan sehingga ketika ia mengajar, dia akan memahami dan memperlakukan anak didiknya sesuai kadar intelektual dan kesiapa psikologisnya; (9) guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga ia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibatnya terhadap anak didik; (10) seorang guru memiliki sikap adil terhadap seluruh anak didiknya.
Metode Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam dikenal beberapa metode yang dianggap paling penting dan paling menonjol antara lain :
a. Metode dialog Qur’ani dan Nabawi
b. Metode kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
c. Metode perumpamaan Qur’ani dan Nabawi
d. Metode keteladanan
e. Metode aplikasi dan pengamalan
f. Metode ibrah dan nasihat
g. Metode targhib dan tarhib
A. Metode dialog Qur’ani dan Nabawi
Dialog ialah pembicaraan antara dua orang atau lebih yang dilakukan melalui Tanya jawab dan di dalamnya terdapat kesatuan topik tertentu. Dialog sangat menguntungkan pihak ketiga yaitu penyimak atau pembaca. Dialog memiliki karakteristik yang sangat berhubungan dengan pembaca atau penyimak, diantaranya, topik dialog bersifat dinamis, relistis, dan manusiawi, memiliki kesimpulan, dan membangkitkan emosi.
Bentuk dialog yang terdapat dalam al-Quran sangat variatif. Namun bentuk yang paling penting adalah dialog khithabi (seruan Allah) dan ta’abudi (penghambaan terhadap Allah), dialog deskriptif, dialog naratif, dialog argumentative, serta dialog nabawi.
Dialog khithabi dan ta’abudi terjadi saat Allah menyeru hamba-hambaNya yang beriman dalam al-Quran dengan seruan ya ayyuhal-ladzina amanu kemudian seorang mukmin niscaya akan menjawab ya rabbi aku memenuhi seruan-MU dan saat seorang mukmin berdoa kepada Tuhannya. Sebagaimana dalam hadis dari abu hurairah ra berkata rasulullah saw bersabda : “Allah SWT berfirman : aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku separuh dan separuhnya lagi untuk hamba-Ku,, dan baginya apa yang dia pinta” (HR Muslim). Selain itu dalam lain hadis juga disebutkan pada setiap membaca surat al-Fatihah juga terdapat dialog antara si pembaca dengan Allah SWT.
Dialog khithabi antara lain dapat berbentuk, seruan pengenalan keimanan kepada orang-orang mukmin, dialognya bersifat peringatan seperti peringatan Allah terhadap bani Israel dalam surat al-Baqarah (2) : 211, menjelaskan seperti penjelasan tentang hari kiamat dalam surat an-Naba’ : 1-3. Selain itu bersifat afektif yang bertumpu pada rasa takut, harapan, kesenangan, dan khawatir seperti dalam surat as-shaff : 2-3. Dialognya juga bersifat repetitive atau pertanyaan berulang, seperti pertanyaan “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan” yang diulang 32 kali dalam surat ar-Rahman. Selain itu juga bersifat sindiran seperti “bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang seorang hamba jika dia mengaerjakan shalat ?”yang tertera dalam surat al-Alaq :9-10.
Dialog deskritif disajikan dengan gambaran orang-orang yang tengah berdialog. Seperti dialog yang dilakukan oleh para penghuni neraka dan surga, dan antara Allah dengan para hambanya. Seperti pernyataan dalam surat as-shaf : 27-28 “sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan. Pengikut-pengikut merekan berkata (kepada pemimpin-pemimpin mereka) : ‘sesungguhnya kamulah yanga dating kepada kami dari kanan”. Dialog naratif tampil dalam kisah yang bentuk dan alurnya jelas, seperti kisah nabi syu’aib dan kaumnya. Sepuluh ayat pertama menjelaskan kisah syu’aib dalam bentuk dialog dan diakhiri dengan penjelasan kebinasaan kaumnya.
Dialog argumentatif dalam al-Quran dapat ditemukan beberapa perdebatan yang menegaskan pengokohan hujjah tauhid kepada orang musyrikin. Sebagaimana dalam surat an-Najm : 19-20 “maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-lata dan al-uzz dan manta yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)”. Dialog nabawi sebagaimana yang pernah dilakukan nabi Muhammad saw bersama para shahabat. Ketika selesai bertatap muka dengan malaikat jibril dan ada shahabat yang bertanya, nabi menjawab “orang itu jibril. Dia dating untuk mengajari manusia ihwal agama”.
B. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
Pendidikan yang dilakukan melalui pengisahan dapat menimbulkan dampak pertama, kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan kesadaran pembaca tanpa cerminan kesantaian dan keterlambtan, sehingga dengan kisah si pembaca akan terpengaruh oleh tokoh dan topic kisah tersebut, misalnya kisah nabi yusuf dalam al-Quran. Kedua, kisah Qurani mampu mengerahkan perhatian pada setiap pola yang selaras dengan kepentingan peserta didik. Ketiga, kisah Qurani mampu membina perasaan ketuhanan melalui cara mempengaruhi emosi (takut, diawasi, rela, senang, benci) dan pola pikiran peserta didik.
Tujuan pendidikan dalam kisah Qurani ialah mengokohkan wahyu dan risalah Rasulullah, menjelaskan bahwa seluruh agama yang dibawa nabi adalah dari Allah, menjelaskan sifat-sifat Allah, menghibur kaum mukminin, dan mengingatkan manusia akan bahaya yang datang dari setan sebagai musuh abadi. Tujuan pendidikan dalam kisah Nabawi adalah menemukan ajaran keikhlasan, mengarahkan untuk bersedekah dan menyukuri nikmat, dan mengetahui sejarah nabi.
C. Metode Perumpamaan
Perumpamaan di sini maksudnya ialah pertama, menyerupakan suatu perkara yang hendak dijelaskan kebaikan dan keburukannya, dengan perkara lain yang sudah wajar atau diketahui kebaikan dan keburukannya. Seperti menyerupakan kaum musyrikin yang mengambil pelindung selain Allah dengan sarang laba-laba yang rapuh. Kedua, memberi perumpamaan dengan perbndingan, seperti orang kafir yang dihapus amalnya dan orang mukmin yang diampuni kesalahannya seperti yang tertera dalam surat Muhammad : 1-3. ketiga, menjelaskan kemustahilan persamaan antara dua perkara, misalnya kemustahilan anggapan orang musyrik yang menganggap bahwa tuhan mereka memiliki kesamaan dengan al-Khalik sehingga mereka menyembah secara berasamaan sebagaiman tertera dalam surat al-Hajj :37.
Dampak edukatif dari metode perumpamaan ini adalah memudahkan pemahaman mengenai suatu konsep, mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan, membina akal untuk terbiasa berpikir secara valid dan anologis, menciptakan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dna mental manusia.
D. Mendidik melalui keteladanan
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا
Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab : 21)
Pada dasarnya manusia, sangat cendrung memerlukan sosok teladan dan panutan yang mempu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekalugus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat allah.
Contoh pendidikan melaui keteladanan : seorang anak meniru gerakan sholat, bersedekah, jujur, baik hati dll.
E. Mendidik anak melalui praktek dan perbuatan
Dari Abi Hurairah r.a Bukhrai dan Muslim meriwayatkan bahwa ada seseorang masuk mesjid, sementara Rasulullah saw, berada disisi mesjid. Kemudian orang itu shalat, lalu menemui Nabi dan menyampaikan salam kepadanya. Rasulullah saw. Pun menjawab`` wa`alakaum salam. Kembalilah (ke tempatmu) kemudian shalat lagi. Sesungguhnya kamu tidak shalat. `` kemudian pada shalat yang kedua atau yang berikutnya, orang itu berkata `` wahai Rasulullah, ajari aku ! `` maka nabi bersabda, `` apabila kamu hendak mendirikan sholat, maka baguskanlah wudhumu, lalu menghadap kiblat, dan bertakbirlah. Kemudian baca surat al-Qur`an yang dapat kamu baca, lalu rukuk dengan tuma`ninah, kemudian bangkit dengan berdiri hingga sempurna, kemudian sujud dengan tuma`ninah, kemudian bangkit untuk duduk dengan tuma`ninah. Lakukanlah semua itu dengan dalam setiap rakaat shalatmu.
Contoh mendidik anak melaui peraktek dan perbuatan : mengajarkannya sholat yang sesuai dengan apa yang disyariatkan.
F. Pendidikan melaui `Ibrah dan Mau`izah (nasehat dan peringatan dengan kebaikan
Ibrah berasal dari kata ‘abara ar-ru’ya yang berarti menafsirkan mimpi dan memberitahukan implikasinya bagi kehidupan si pemimpin dan ‘Abara al-Wadi’ berarti melintasi lembah dari ujung ke ujung lain yang berlawanan.
‘ibrah dan i’tibar itu adalah kondisi psikologis yang mengantarkan manusia menuju pengetahuan yang dimaksud dan dirujuk oleh suatu perkara yang dilihat, diselidiki, ditimbang-timbang dan ditetapkan oleh manusia menurut pertimbangan akalnya sehingga ia sampai pada suatu kesimpulan yang mengkhusyukan kalbunya sehingga kekhusyuan itu mendorongnya untuk berperilaku logis dan sesuai dengan kondisi masyarakat. ‘Ibrah yang terdapat dalam al-Qur’an mengandung dampak edukatif yang sangat besar, yaitu mengantarkan penyimak pada kepuasan berfikir mengenai persoalan akidah. Adapun jenis-jenis ‘ibrah yang ada dalam al-Qur’an ada dua yakni; ibrah melalui kisah, Ibrah mengambil pelajaran dari nikmat dan mahluk Allah dan mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa sejarah.
G. Melalui Targrib dan Tarhib (riwwed dan panismen``hadiah dan hukuman)
ثم لنحن أعلم بالذين هم أولى بها صليا
`` Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka``.
وإن منكم إلا واردها كان على ربك حتما مقضيا
`` Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan``.
izin copy
BalasHapusya,dikopi aja
BalasHapusbang,saya mau tanya tanya ke abang,tapi butuh fast renspon.gimana bang?
BalasHapusbang,ane mau tanya jawab dan butuh fast response...gimana bang?
BalasHapustanya apa mega man
BalasHapus