Oleh M. Feri Firmansyah
Abstrak; management of education is a process to manage a institution be a best. In education there are curriculum, contents and method to teach. So, Management of education is very important.
Keyword: Education, curriculum and contents
Pendahuluan
Pendidikan Islam mempunyai peranan vital dalam dinamika keberlangsungan pendidikan Indonesia. Sekarang ini pendidikan Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan baik
yang bersifat internal dan eksternal. Bersifat internal ketika pendidikan Indonesia dihadapkan dengan dekadansi moral anak bangsa, yang mana rusaknya moral anak bangsa membuat citra pendidikan Indonesia terutama pendidikan Islam mendapat sorotan. Boleh jadi, banyak yang berpendapat jika pendidikan Indonesia belum bisa membangun karakter peserta didiknya.
Sedangkan bersifat internal yakni Pendidikan Indonesia masih kalah saing dengan Negara lain, contohnya kalau dahulu Indonesia sering mengirim guru ke Malaysia. Sekarang justru terbalik, malahan Malaysia mengirim guru ke Indonesia, sampai kapan para pendidik harus mendongeng cerita itu.
Masalah pendidikan memang tidak pernah selesai dibicarakan. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan: pertama, merupakan fitrah setiap orang bahwa mereka menginginkan pendidikan yang lebih baik sekalipun mereka sekalipun mereka kadang-kadang belum tahu mana pendidikan yang lebih baik. Kedua, teori pendidikan akan selalu ketinggalan zaman, karena ia dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah pada setiap tempat dan waktu. Karena adanya perubahan itu, maka masyarakat tidak pernah puas dengan teori pendidikan yang ada. Ketiga, perubahan pandangan hidup juga ikut berpengaruh terhadap ketidakpuasaan seseorang dengan pandangan hidupnya. (Muhaimin. 2009: 2)
Dengan adanya pendidikan Islam diharapkan pendidikan Indonesia menjadi lebih baik ke depannya. Bisa jadi pendidikan Islam menjadi tulang punggung untuk membina moral anak bangsa. Tetapi faktanya yang adanya pendidikan Islam kurang diminati oleh peserta didik. Di sinilah pentingnya manajemen pendidikan Islam yang berkualitas supaya itu diminati oleh peserta didik. Di sisi lain, pendidikan Islam sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Padahal pendidikan Islam itu sangat penting bagi pendidikan Indonesia.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan yang bermacam-macam pada hakikatnya adalah mata rantai yang berujung pada tujuan pendidikan secara nasional. Tujuan pendidik nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Bab II pasal tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebelum menetapkan tujuan pendidikan Islam yang perlu diperhatikan yakni tugas dan peran pendidikan Islam. Karena kedua hal ini merupakan elemen terpenting dari pendidikan.
Menurut Ibnu Taimiyah, tugas pendidikan Islam pada hakikatnya tertumpu pada dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan pengembangan peserta didik. Pendidikan tauhid dilakukan dengan pemberian pemahaman terhadap dua kalimat syahadat; pemahaman terhadap jenis-jenis tauhid (rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat); ketundukan, kepatuhan dan keikhlasan menjalankan agama Islam dan menghindarkan dari segala bentuk kemusyrikan. Sedang pendidikan pengembangan tabiat peserta didik adalah mengembangkan tabiat itu agar mampu memenuhi tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Dan menyediakan bekal untuk beribadah.
Untuk menelaah tugas-tugas pendidikan Islam yang mana tugas pendidikan Islam adalah mentransferkan ilmu dan nilai pada peserta didik. Sebagaimana firman Allah “yang mengajarkan kamu dari apa yang tidak kamu ketahui menjadi tahu”, dapat dilakukan dari tiga pendekatan, yaitu (1) pendidikan dipandang sebagai pengembang potensi, (2) pendidikan dipandang sebagai pewarisan budaya, (3) pendidikan dipandang sebagai interaksi antara pengembangan potensi dan pewarisan budaya. (Mujib, Abduk dan Jusuf Mudzakkir. 2008:52)
Berdasarkan tiga pendekatan di atas, maka tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu tujuan normatif, tujuan fungsional dan tujuan operasional. Namun menurut Mujib, Abduk dan Jusuf Mudzakkir (2008) bahwa tujuan pendidikan Islam adalah: terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan khaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan dan pewaris nabi. Menurut penulis tujuan pendidikan Islam ialah la`allakum at taqun (menjadi orang-orang yang bertakwa), dengan menjadi orang yang bertakwa maka sudah tentu Pendidikan Islam akan menemukan karakternya. Selain itu, menurut Muhammad Athahiyah al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan pendidikan jasmani, akal dan ilmu praktis. Tujuan itu berpijak dari Sabda Nabi SAW: sesungguh aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik (HR. Anas bin Malik).
Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris “to manage” yang identik dengan kata “to control” dan “to handle” yang berarti pengelolahan, pengaturan. Jadi secara terminologi adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan. (A. Partanto, Pius dan M. Dahlan. 1994: 434). Selain itu manajemen juga berasala dari kata “managio dan managier’ yang berarti pengurusan. Jadi secara terminologi yaitu melatih dalam mengatur langkah-langkah, atau dapat juga berarti bahwa manajemen sebagai ilmu, kiat dan profesi. (Sagala. 2004: 517).
Selain yang diungkapkan oleh penulis. Jika ditinjau secara terminologi kata manajemen memiliki banyak makna. Dan beberapa pengertian manajemen dalam perspektif para pakar, antara lain, sebagai berikut:
a. Oemar Hamalik dalam bukunya Manajemen pengembangan Kurikulum memberikan batasan kata manajemen sebagai berikut: manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia yang lainnya, menggunakan metode yang efesien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
b. Hadi Satyagraha, mengutip defenisi encyclopedia Americana mendefenisikan manajemen sebagai berikut: management is the art coordinating the elements of factors of production to ward the achiement of the porpuse of organization.
c. Tim Pakar Manajemen Pendidikan Universitas Malan mengartikan istilah manajemen sebagai berikut: manajemen dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan melalui usaha-usaha orang lain. Seorang kepala SMA dapat diartikan melakukan aktivitas manajemen, manakala berupaya mengatur guru-guru dan karyawan, mendayagunakan dan melakukan pembinaan terhadap mereka sehingga mampu berpartisipasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
d. Nanang Fatta dalam bukunya Landasan Manajemen Pendidikan memberikan batasan tentang istilah manajemen, yakni: manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organiasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien. (Fattah. 2004: 1).
e. Kementerian Pendidikan Nasional memberikan defenisi manajemen sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
f. Geroge R. Terry memberikan istilah menajemen sebagai berikut: manajemen is distinc process consisting of planning, organizing, actuating, controlling, ultilizing in each both science and art and follow in order to accomplish predetermined objectives.
Selanjutnya, bila dipelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
Manajemen sebagai suatu proses,
1. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
2. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan
3. sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Landasan Konsep Manejemen Pendidikan Islam
Pendidikan dan perubahan merupakan dua hal tidak bisa dipisahkan. Di setiap zaman pendidikan dituntut untuk selalu berubah baik dalam segala aspek, terutama dalam hal manajemen (pengelolaannya). Pendidikan yang meninggalkan arus perubahan, sama aritnya dengan tidak mampu memberikan pemenuhan terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat.
Senada dengan yang diungkapkan oleh penulis, Allah swt berfirman “inna Allah la yughairuma biqaumin hatta yughairuma bi an-fusihim” yang artinya sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu mengubah nasibnya sendiri.
Berangkat dari spirit firman Allah swt, dengan sendirinya pendidikan itu menuntut sebuah pengembangan dalam semua komponennya tidak boleh out of date. Pendidikan yang merupakan intitusi-introspeksi manusia harus berkembang dan dikembangkan untuk senantiasa mengikuti perubahan kebutuhan manusia yang tidak pernah berhenti.
Telaah dari firman Allah tadi, manajemen Pendidikan Islam harus selalu mengikuti tuntutan zaman yang semakin keras. Dalam mengembangkan pendidikan Islam, seorang pemimpin harus mampu dengan baik lembaga pendidikan yang ia pimpin supaya terciptanya atsmosfir belajar yang sehat.
Untuk itu Pendidikan Islam harus dikelolah oleh orang yang berkompetensi dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik serta mempunyai konsep manajemen yang jelas dan terarah. Dalam hadis Nabi saw disebutkan “apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”.
Kata ahli dalam redaksi Nabi Muhammad saw, adalh sebuah kata yang mengacu pada makna yang sama dengan kata profesionalisme, yakni orang yang memiliki keahlian dibidangnya (skillfull). Oleh karena itu, dalam menempatkan personel sebuah organisasi, maka pertimbangan utama dalam mengelola lembaga pendidikan adalah kemampuan, potensi dan profesionalisme atau ahli (menurut istilah hadist Nabi). Jika unsur itu tidak terpenuhi, maka alamat pendidikan itu hancur atau berantakan.
Langkah nyata dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan tersebut harus bisa diwujudkan melalui: pertama, pengembangan dan perbaikan kurikulum berbasis kompetensi. Dua, memperhatikan kondisi kebutuhan-kebutuhan siswa dan masyarakat (student and social need) yang beragam. Tiga, sistem evaluasi yang ada hendaknya dirancang dengan berbasiskan keahlian peserta didik. Ini berarti sistem pendidikan yang dijalankan lebih menitikkan ranah menjadi, dari pada sekedar hanya memiliki dan mengetahui pengetahuan dan keahlian yang diajarkan pendidik. Empat, perbaikan sarana prasarana pendidikan, pengembangan dan ketersediaan bahan ajar. Lima, menambah intensitas pelaksanaan pelatihan (training) bagi pendidik dan tenaga kependidikan. (Baharuddin dan Moh. Makin. 2010: 19).
Metode Manjemen Pendidikan Islam yang baik
Sebagaimana yang telah diungkap oleh penulis bahwa kunci kesuksesan sebuah lembaga pendidikan itu terletak pada manajemennya. Manajemen lembaga Pendidikan dianggap berhasil manakala mutu pendidikan itu diakui dan bisa bersaing dengan pendidikan di luar negeri.
Mutu pendidikan menjadi perhatian dominan dalam berbagai aspek. Sekarang ini, salah satu bentuk manajemen yang berusaha meningkatkan dan mempertahankan kualitas industri barang dan jasa dikenal dengan Total Quality (TQM) atau dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) dan dikenal juga dengan Manajemen Peningkatan Mutu.
Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management merupakan salah satu pola manajerial dalam upaya merespon perubahan masyarakat yang terjadi begitu cepat dan terus-menerus. Konsep ini menawarkan pendekatan baru dalam mengelolah sebuah lembaga pendidikan. Menurut Goets dan Davis, TQM dapat dilihat dari dua aspek, yani; suatu pendekatan dalam menjalankan usaha dan menyangkut cara pencapaiannya, dan berkaitan dengan lingkungan, berkaitan dengan sepuluh karakteristik berikut:
1. Berfokus pada pelanggan (internal dan eksternal)
2. Berobsesi tinggi pada kualitas
3. Menggunakan pendekatan ilmiah
4. Memiliki komitmen jangka panjang
5. Kerja sama tim
6. Menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan
7. Menerapkan kebebasan yang terkendali
8. Memiliki kesatuan tujuan
9. Melibatkan dan memberdayakan karyawan. (Baharuddin dan Moh. Makin. 2010: 31)
Salah satu konsep dasr Total Quality Management (TQM) dalam pendidikan adalah konsep tim, artinya para anggota organisasi pendidikan dan satuan pendidikan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk satu tujuan yang ditetapkan dengan focus kualitas pelajar, yang berimplikasi pada kualitas lulusan sebagai produk dari pendidikan. Kualitas manajemen bagi suatu institusi pendidikan, tampak pada prodiktifitas manajemen kelembagaan.
Prinsip essensial dari Total Quality Management (TQM) adalah uapay mengerjakan sesuatu dengan benar, dari awal setiap waktu, serta memfokuskan pada spesifikasi apa yang diharapkan oleh pelanggan (siswa). Artinya Manajemen dalam Total Quality Management adalah mengharuskan setiap individu, bertanggung jawab sesuai status, posisi dan peranan dalam institusi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan masa sekarang dan masa akan datang secara berkelanjutan.
Menurut Malik Fadjar bahwa manajemen pendidikan Islam seharusnya menerapkan manajemen berbasis sekolah (school based managemet). Yang ini tidak ada bedanya dengan manajemen yang TQM yakni melalui kedua manajemen ini masyarakat sekolah memiliki kemandirian dalam merencanakan, mengelola dan mengatur rumah tangga sekolahnya sendiri.
Menurut Abudin Nata (2003: 237), untuk mewujudkan sekolah atau organisasi pengelola keagamaan yang efektif dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, organisasi tersebut harus memiliki vis, misi dan tujuan yang jelas dan diarahkan pada upaya mewujudkan cita-cita Islam.
Kedua, organisasi tersebut harus dipimpin oleh orang yang memiliki visi, capability, loby dan morality. Visi berkaitan dengan gagasan cita-cita dan imajinasi yang terus mengalir. Sedangkan capability berkaitan dengan kesanggupan untuk mewujudkan cita-cita dan visi tersebut. Semantara loby terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak yang memungkinkan dapat diakses untuk mencapai tujuan. Selanjutnya morality berkaitan dengan akhlak yang mulia seperti keikhlasan dalam bekerja, jujur, amanah dan lain sebagainya.
Ketiga, organiasi tersebut harus memiliki sumber ekonomi yang dihasilkan melalui berbagai usaha.
Keempat, organisasi tersebut harus mampu membaca peluang yang memungkinkan dapat dilakukan berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh jama’ah.
Kelima, organisasi tersebut harus didukung oleh sarana dan prasarana pendukung yang baik.
Keenam, organisasi tersebut harus memperoleh legitimasi dari masyarakat dengan cara menciptakan berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Untuk mengembangkan manajemen suatu lembagai pendidikan yang berkualitas subtansi manajemen pengembangan lembaga pendidikan Islam yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan salah satu elemen yang terdapat dalam pendidikan. Keduanya saling mendukung satu sama lainnya. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Islam Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dalam kurikulum terdapat prinsip kolektivitas tim, yang mana ini menuntut kerjasama satu sama lainnya. Selain itu, kurikulum pula tempat mengejewatahkan nilai, ide dan pembelajaran serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dari kurikulum inilah akan diketahui arah pendidikan serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas pendidikan.
Sedangkan pembelajaran menjadi tiang dalam kurikulum. Pembelajaran yang diterapkan dalam lembaga pendidikan itu sangat berpengaruh bagi psikis siswa. Dalam teori ilmu pendidikan modern ataupun ilmu pendidikan Islam berbagai macam model pembelajaran pilihan yang harus diterapkan oleh pendidik. Seperti model pembelajaran kooperatif, kuantum, pembelajaran dengan membacakan kisah-kisah, tematik dan lain sebagainya. Kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan yakni bagaimana membuat murid itu senang, nyaman dan menikmati pembelajaran yang disajikan. Dengan begitu dalam pembelajran semakin mudah dimengerti dengan materi yang diajarkan.
2. Manajemen Personalia
Dalam lembaga pendidikan, personalia (sumber daya manusia) terlebih kepala sekolah/madrah memiliki peran vital. Sebagai puncak pimpinan tertinggi dan penanggung jawab pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat sekolah/madrasah, ia memiliki peran sentral dalam pengelolaan personalia. Beberapa prinsip dasar manajemen personalia, yang dijadikan pedoman kepala sekolah/madrasah adalah:
a. Dalam mengembangkan sekolah/madrasah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga
b. Sumber daya manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan institusi.
c. Kultur dan suasana organisai/sekolah, serta perilaku manajerialnya sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pengembangan sekolah atau madrasah.
d. Manajemen personalia di sekolah/madrasah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru, staf administrasi, peserta didik, serta orang tua, dan stakeholders) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah/madrasah. (Hasbullah. 2006: 113).
3. Manajemen Peserta didik
Suryosubroto member batasan defenisi manajemen peserta didik, sebagai berikut: Manajemen peserta didik menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan pencatan murid, semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid meninggalkan sekolah/madrasah, karena sudah tamat mengiktui pendidikan pada sekolah/madrasah itu. (Suryosubroto. 2004: 74).
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik. Mulai dari mereka masuk hingga lulus. Manajemen peserta didik termasuk salah satu bagian dari manajemen pendidikan secara keseluruhan. Manajemen peserta didik menempati posisi yang sangat penting, karena yang sentral di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, diarahkan agar peserta didik mendapat layanan pendidikan yang baik dan tercipta suasana belajar yang kondusif.
4. Manajemen Administrasi Sekolah/Madrasah
Secara etimologis, kata “administrasi”, berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata “ad” dan “ministrare”. Kata “ad” mempunyai persamaan makna dengan kata “to” dalam bahasa Inggrisnya yang berarti ke atau kepada. Kata “ministrare” memiliki arti sama dengan “to serve” atau “to conduct” yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan.
Secara terminologis adalah suatu kegiatan atau proses, terutama mengenai cara-cara (alat-alat) sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrasi dalam perspektif manajemen, dipandang mempunyai peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai kesiapan untuk menghadapinya.
Hakikat manajemen adalah rangkaian tindakan yang bermaksud untuk mencapai hubungan kerjasama yang rasional dalam suatu sistem administrasi. Inti keberhasilan suatu manajemen adalah kerjasama dan komunikasi. Dalam manajemen administrasi terdapat yang Tata Usaha, adapun pekerjaan mereka ke dalam tiga kelompok, antara lain; pembukuan, surat-menyurat dan sarana dan prasarana.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efesien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang, manajemen sarana prasarana pendidikan adalah proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efesien.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya bertujuan: 1) meciptakan sekolah/madrasah yang rapi, bersih, indah sehingga menyenangkan bagi masyarakat sekolah/madrasah, 2) tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik secara kualitatif maupun kualitatif dan relevan dengan kepentingan pendidikan.
6. Manjemen Keuangan
Manajemen keuangan atau pembiayaan merupakan serangkaian kegiatana perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam manajemen pendidikan, masalah dana merupakan potensi yang sangat menentukan dan tidak bisa dipisahkan dari kajian manajemen pendidikan. Adapun biaya adalah keseluruhan dana baik secara langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari berbagai sumber.
7. Manajemen Hubungan Masyrakat
Yang ini berfungsi sebagai pencitraan sekolah atau lembaga pendidikan. Humas itu sendiri merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan kebijakan dan prosedur instansi atau organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan dari masyarakat.
Ingat pesan dari penulis “kita mahasiswa tarbiyah, jangan hanya pintar meng-copy paste artikel diwarnet. Tapi juga harus bisa memberikan ilmu pada orang lain. Yakni dengan cara menulislah kalian, walaupun di blogg pribadi. Ingat kata pesan Pak Syaiful Amien, dermawanlah dalam belajar”
Abstrak; management of education is a process to manage a institution be a best. In education there are curriculum, contents and method to teach. So, Management of education is very important.
Keyword: Education, curriculum and contents
Pendahuluan
Pendidikan Islam mempunyai peranan vital dalam dinamika keberlangsungan pendidikan Indonesia. Sekarang ini pendidikan Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan baik
yang bersifat internal dan eksternal. Bersifat internal ketika pendidikan Indonesia dihadapkan dengan dekadansi moral anak bangsa, yang mana rusaknya moral anak bangsa membuat citra pendidikan Indonesia terutama pendidikan Islam mendapat sorotan. Boleh jadi, banyak yang berpendapat jika pendidikan Indonesia belum bisa membangun karakter peserta didiknya.
Sedangkan bersifat internal yakni Pendidikan Indonesia masih kalah saing dengan Negara lain, contohnya kalau dahulu Indonesia sering mengirim guru ke Malaysia. Sekarang justru terbalik, malahan Malaysia mengirim guru ke Indonesia, sampai kapan para pendidik harus mendongeng cerita itu.
Masalah pendidikan memang tidak pernah selesai dibicarakan. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan: pertama, merupakan fitrah setiap orang bahwa mereka menginginkan pendidikan yang lebih baik sekalipun mereka sekalipun mereka kadang-kadang belum tahu mana pendidikan yang lebih baik. Kedua, teori pendidikan akan selalu ketinggalan zaman, karena ia dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah pada setiap tempat dan waktu. Karena adanya perubahan itu, maka masyarakat tidak pernah puas dengan teori pendidikan yang ada. Ketiga, perubahan pandangan hidup juga ikut berpengaruh terhadap ketidakpuasaan seseorang dengan pandangan hidupnya. (Muhaimin. 2009: 2)
Dengan adanya pendidikan Islam diharapkan pendidikan Indonesia menjadi lebih baik ke depannya. Bisa jadi pendidikan Islam menjadi tulang punggung untuk membina moral anak bangsa. Tetapi faktanya yang adanya pendidikan Islam kurang diminati oleh peserta didik. Di sinilah pentingnya manajemen pendidikan Islam yang berkualitas supaya itu diminati oleh peserta didik. Di sisi lain, pendidikan Islam sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Padahal pendidikan Islam itu sangat penting bagi pendidikan Indonesia.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan yang bermacam-macam pada hakikatnya adalah mata rantai yang berujung pada tujuan pendidikan secara nasional. Tujuan pendidik nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Bab II pasal tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebelum menetapkan tujuan pendidikan Islam yang perlu diperhatikan yakni tugas dan peran pendidikan Islam. Karena kedua hal ini merupakan elemen terpenting dari pendidikan.
Menurut Ibnu Taimiyah, tugas pendidikan Islam pada hakikatnya tertumpu pada dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan pengembangan peserta didik. Pendidikan tauhid dilakukan dengan pemberian pemahaman terhadap dua kalimat syahadat; pemahaman terhadap jenis-jenis tauhid (rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat); ketundukan, kepatuhan dan keikhlasan menjalankan agama Islam dan menghindarkan dari segala bentuk kemusyrikan. Sedang pendidikan pengembangan tabiat peserta didik adalah mengembangkan tabiat itu agar mampu memenuhi tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Dan menyediakan bekal untuk beribadah.
Untuk menelaah tugas-tugas pendidikan Islam yang mana tugas pendidikan Islam adalah mentransferkan ilmu dan nilai pada peserta didik. Sebagaimana firman Allah “yang mengajarkan kamu dari apa yang tidak kamu ketahui menjadi tahu”, dapat dilakukan dari tiga pendekatan, yaitu (1) pendidikan dipandang sebagai pengembang potensi, (2) pendidikan dipandang sebagai pewarisan budaya, (3) pendidikan dipandang sebagai interaksi antara pengembangan potensi dan pewarisan budaya. (Mujib, Abduk dan Jusuf Mudzakkir. 2008:52)
Berdasarkan tiga pendekatan di atas, maka tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu tujuan normatif, tujuan fungsional dan tujuan operasional. Namun menurut Mujib, Abduk dan Jusuf Mudzakkir (2008) bahwa tujuan pendidikan Islam adalah: terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan khaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan dan pewaris nabi. Menurut penulis tujuan pendidikan Islam ialah la`allakum at taqun (menjadi orang-orang yang bertakwa), dengan menjadi orang yang bertakwa maka sudah tentu Pendidikan Islam akan menemukan karakternya. Selain itu, menurut Muhammad Athahiyah al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan pendidikan jasmani, akal dan ilmu praktis. Tujuan itu berpijak dari Sabda Nabi SAW: sesungguh aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik (HR. Anas bin Malik).
Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris “to manage” yang identik dengan kata “to control” dan “to handle” yang berarti pengelolahan, pengaturan. Jadi secara terminologi adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan. (A. Partanto, Pius dan M. Dahlan. 1994: 434). Selain itu manajemen juga berasala dari kata “managio dan managier’ yang berarti pengurusan. Jadi secara terminologi yaitu melatih dalam mengatur langkah-langkah, atau dapat juga berarti bahwa manajemen sebagai ilmu, kiat dan profesi. (Sagala. 2004: 517).
Selain yang diungkapkan oleh penulis. Jika ditinjau secara terminologi kata manajemen memiliki banyak makna. Dan beberapa pengertian manajemen dalam perspektif para pakar, antara lain, sebagai berikut:
a. Oemar Hamalik dalam bukunya Manajemen pengembangan Kurikulum memberikan batasan kata manajemen sebagai berikut: manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia yang lainnya, menggunakan metode yang efesien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
b. Hadi Satyagraha, mengutip defenisi encyclopedia Americana mendefenisikan manajemen sebagai berikut: management is the art coordinating the elements of factors of production to ward the achiement of the porpuse of organization.
c. Tim Pakar Manajemen Pendidikan Universitas Malan mengartikan istilah manajemen sebagai berikut: manajemen dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan melalui usaha-usaha orang lain. Seorang kepala SMA dapat diartikan melakukan aktivitas manajemen, manakala berupaya mengatur guru-guru dan karyawan, mendayagunakan dan melakukan pembinaan terhadap mereka sehingga mampu berpartisipasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
d. Nanang Fatta dalam bukunya Landasan Manajemen Pendidikan memberikan batasan tentang istilah manajemen, yakni: manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organiasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien. (Fattah. 2004: 1).
e. Kementerian Pendidikan Nasional memberikan defenisi manajemen sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
f. Geroge R. Terry memberikan istilah menajemen sebagai berikut: manajemen is distinc process consisting of planning, organizing, actuating, controlling, ultilizing in each both science and art and follow in order to accomplish predetermined objectives.
Selanjutnya, bila dipelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
Manajemen sebagai suatu proses,
1. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
2. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan
3. sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Landasan Konsep Manejemen Pendidikan Islam
Pendidikan dan perubahan merupakan dua hal tidak bisa dipisahkan. Di setiap zaman pendidikan dituntut untuk selalu berubah baik dalam segala aspek, terutama dalam hal manajemen (pengelolaannya). Pendidikan yang meninggalkan arus perubahan, sama aritnya dengan tidak mampu memberikan pemenuhan terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat.
Senada dengan yang diungkapkan oleh penulis, Allah swt berfirman “inna Allah la yughairuma biqaumin hatta yughairuma bi an-fusihim” yang artinya sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu mengubah nasibnya sendiri.
Berangkat dari spirit firman Allah swt, dengan sendirinya pendidikan itu menuntut sebuah pengembangan dalam semua komponennya tidak boleh out of date. Pendidikan yang merupakan intitusi-introspeksi manusia harus berkembang dan dikembangkan untuk senantiasa mengikuti perubahan kebutuhan manusia yang tidak pernah berhenti.
Telaah dari firman Allah tadi, manajemen Pendidikan Islam harus selalu mengikuti tuntutan zaman yang semakin keras. Dalam mengembangkan pendidikan Islam, seorang pemimpin harus mampu dengan baik lembaga pendidikan yang ia pimpin supaya terciptanya atsmosfir belajar yang sehat.
Untuk itu Pendidikan Islam harus dikelolah oleh orang yang berkompetensi dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik serta mempunyai konsep manajemen yang jelas dan terarah. Dalam hadis Nabi saw disebutkan “apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”.
Kata ahli dalam redaksi Nabi Muhammad saw, adalh sebuah kata yang mengacu pada makna yang sama dengan kata profesionalisme, yakni orang yang memiliki keahlian dibidangnya (skillfull). Oleh karena itu, dalam menempatkan personel sebuah organisasi, maka pertimbangan utama dalam mengelola lembaga pendidikan adalah kemampuan, potensi dan profesionalisme atau ahli (menurut istilah hadist Nabi). Jika unsur itu tidak terpenuhi, maka alamat pendidikan itu hancur atau berantakan.
Langkah nyata dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan tersebut harus bisa diwujudkan melalui: pertama, pengembangan dan perbaikan kurikulum berbasis kompetensi. Dua, memperhatikan kondisi kebutuhan-kebutuhan siswa dan masyarakat (student and social need) yang beragam. Tiga, sistem evaluasi yang ada hendaknya dirancang dengan berbasiskan keahlian peserta didik. Ini berarti sistem pendidikan yang dijalankan lebih menitikkan ranah menjadi, dari pada sekedar hanya memiliki dan mengetahui pengetahuan dan keahlian yang diajarkan pendidik. Empat, perbaikan sarana prasarana pendidikan, pengembangan dan ketersediaan bahan ajar. Lima, menambah intensitas pelaksanaan pelatihan (training) bagi pendidik dan tenaga kependidikan. (Baharuddin dan Moh. Makin. 2010: 19).
Metode Manjemen Pendidikan Islam yang baik
Sebagaimana yang telah diungkap oleh penulis bahwa kunci kesuksesan sebuah lembaga pendidikan itu terletak pada manajemennya. Manajemen lembaga Pendidikan dianggap berhasil manakala mutu pendidikan itu diakui dan bisa bersaing dengan pendidikan di luar negeri.
Mutu pendidikan menjadi perhatian dominan dalam berbagai aspek. Sekarang ini, salah satu bentuk manajemen yang berusaha meningkatkan dan mempertahankan kualitas industri barang dan jasa dikenal dengan Total Quality (TQM) atau dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) dan dikenal juga dengan Manajemen Peningkatan Mutu.
Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management merupakan salah satu pola manajerial dalam upaya merespon perubahan masyarakat yang terjadi begitu cepat dan terus-menerus. Konsep ini menawarkan pendekatan baru dalam mengelolah sebuah lembaga pendidikan. Menurut Goets dan Davis, TQM dapat dilihat dari dua aspek, yani; suatu pendekatan dalam menjalankan usaha dan menyangkut cara pencapaiannya, dan berkaitan dengan lingkungan, berkaitan dengan sepuluh karakteristik berikut:
1. Berfokus pada pelanggan (internal dan eksternal)
2. Berobsesi tinggi pada kualitas
3. Menggunakan pendekatan ilmiah
4. Memiliki komitmen jangka panjang
5. Kerja sama tim
6. Menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan
7. Menerapkan kebebasan yang terkendali
8. Memiliki kesatuan tujuan
9. Melibatkan dan memberdayakan karyawan. (Baharuddin dan Moh. Makin. 2010: 31)
Salah satu konsep dasr Total Quality Management (TQM) dalam pendidikan adalah konsep tim, artinya para anggota organisasi pendidikan dan satuan pendidikan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk satu tujuan yang ditetapkan dengan focus kualitas pelajar, yang berimplikasi pada kualitas lulusan sebagai produk dari pendidikan. Kualitas manajemen bagi suatu institusi pendidikan, tampak pada prodiktifitas manajemen kelembagaan.
Prinsip essensial dari Total Quality Management (TQM) adalah uapay mengerjakan sesuatu dengan benar, dari awal setiap waktu, serta memfokuskan pada spesifikasi apa yang diharapkan oleh pelanggan (siswa). Artinya Manajemen dalam Total Quality Management adalah mengharuskan setiap individu, bertanggung jawab sesuai status, posisi dan peranan dalam institusi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan masa sekarang dan masa akan datang secara berkelanjutan.
Menurut Malik Fadjar bahwa manajemen pendidikan Islam seharusnya menerapkan manajemen berbasis sekolah (school based managemet). Yang ini tidak ada bedanya dengan manajemen yang TQM yakni melalui kedua manajemen ini masyarakat sekolah memiliki kemandirian dalam merencanakan, mengelola dan mengatur rumah tangga sekolahnya sendiri.
Menurut Abudin Nata (2003: 237), untuk mewujudkan sekolah atau organisasi pengelola keagamaan yang efektif dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, organisasi tersebut harus memiliki vis, misi dan tujuan yang jelas dan diarahkan pada upaya mewujudkan cita-cita Islam.
Kedua, organisasi tersebut harus dipimpin oleh orang yang memiliki visi, capability, loby dan morality. Visi berkaitan dengan gagasan cita-cita dan imajinasi yang terus mengalir. Sedangkan capability berkaitan dengan kesanggupan untuk mewujudkan cita-cita dan visi tersebut. Semantara loby terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak yang memungkinkan dapat diakses untuk mencapai tujuan. Selanjutnya morality berkaitan dengan akhlak yang mulia seperti keikhlasan dalam bekerja, jujur, amanah dan lain sebagainya.
Ketiga, organiasi tersebut harus memiliki sumber ekonomi yang dihasilkan melalui berbagai usaha.
Keempat, organisasi tersebut harus mampu membaca peluang yang memungkinkan dapat dilakukan berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh jama’ah.
Kelima, organisasi tersebut harus didukung oleh sarana dan prasarana pendukung yang baik.
Keenam, organisasi tersebut harus memperoleh legitimasi dari masyarakat dengan cara menciptakan berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Untuk mengembangkan manajemen suatu lembagai pendidikan yang berkualitas subtansi manajemen pengembangan lembaga pendidikan Islam yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan salah satu elemen yang terdapat dalam pendidikan. Keduanya saling mendukung satu sama lainnya. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Islam Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dalam kurikulum terdapat prinsip kolektivitas tim, yang mana ini menuntut kerjasama satu sama lainnya. Selain itu, kurikulum pula tempat mengejewatahkan nilai, ide dan pembelajaran serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dari kurikulum inilah akan diketahui arah pendidikan serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas pendidikan.
Sedangkan pembelajaran menjadi tiang dalam kurikulum. Pembelajaran yang diterapkan dalam lembaga pendidikan itu sangat berpengaruh bagi psikis siswa. Dalam teori ilmu pendidikan modern ataupun ilmu pendidikan Islam berbagai macam model pembelajaran pilihan yang harus diterapkan oleh pendidik. Seperti model pembelajaran kooperatif, kuantum, pembelajaran dengan membacakan kisah-kisah, tematik dan lain sebagainya. Kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan yakni bagaimana membuat murid itu senang, nyaman dan menikmati pembelajaran yang disajikan. Dengan begitu dalam pembelajran semakin mudah dimengerti dengan materi yang diajarkan.
2. Manajemen Personalia
Dalam lembaga pendidikan, personalia (sumber daya manusia) terlebih kepala sekolah/madrah memiliki peran vital. Sebagai puncak pimpinan tertinggi dan penanggung jawab pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat sekolah/madrasah, ia memiliki peran sentral dalam pengelolaan personalia. Beberapa prinsip dasar manajemen personalia, yang dijadikan pedoman kepala sekolah/madrasah adalah:
a. Dalam mengembangkan sekolah/madrasah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga
b. Sumber daya manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan institusi.
c. Kultur dan suasana organisai/sekolah, serta perilaku manajerialnya sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pengembangan sekolah atau madrasah.
d. Manajemen personalia di sekolah/madrasah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru, staf administrasi, peserta didik, serta orang tua, dan stakeholders) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah/madrasah. (Hasbullah. 2006: 113).
3. Manajemen Peserta didik
Suryosubroto member batasan defenisi manajemen peserta didik, sebagai berikut: Manajemen peserta didik menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan pencatan murid, semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid meninggalkan sekolah/madrasah, karena sudah tamat mengiktui pendidikan pada sekolah/madrasah itu. (Suryosubroto. 2004: 74).
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik. Mulai dari mereka masuk hingga lulus. Manajemen peserta didik termasuk salah satu bagian dari manajemen pendidikan secara keseluruhan. Manajemen peserta didik menempati posisi yang sangat penting, karena yang sentral di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, diarahkan agar peserta didik mendapat layanan pendidikan yang baik dan tercipta suasana belajar yang kondusif.
4. Manajemen Administrasi Sekolah/Madrasah
Secara etimologis, kata “administrasi”, berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata “ad” dan “ministrare”. Kata “ad” mempunyai persamaan makna dengan kata “to” dalam bahasa Inggrisnya yang berarti ke atau kepada. Kata “ministrare” memiliki arti sama dengan “to serve” atau “to conduct” yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan.
Secara terminologis adalah suatu kegiatan atau proses, terutama mengenai cara-cara (alat-alat) sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrasi dalam perspektif manajemen, dipandang mempunyai peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai kesiapan untuk menghadapinya.
Hakikat manajemen adalah rangkaian tindakan yang bermaksud untuk mencapai hubungan kerjasama yang rasional dalam suatu sistem administrasi. Inti keberhasilan suatu manajemen adalah kerjasama dan komunikasi. Dalam manajemen administrasi terdapat yang Tata Usaha, adapun pekerjaan mereka ke dalam tiga kelompok, antara lain; pembukuan, surat-menyurat dan sarana dan prasarana.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efesien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang, manajemen sarana prasarana pendidikan adalah proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efesien.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya bertujuan: 1) meciptakan sekolah/madrasah yang rapi, bersih, indah sehingga menyenangkan bagi masyarakat sekolah/madrasah, 2) tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik secara kualitatif maupun kualitatif dan relevan dengan kepentingan pendidikan.
6. Manjemen Keuangan
Manajemen keuangan atau pembiayaan merupakan serangkaian kegiatana perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam manajemen pendidikan, masalah dana merupakan potensi yang sangat menentukan dan tidak bisa dipisahkan dari kajian manajemen pendidikan. Adapun biaya adalah keseluruhan dana baik secara langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari berbagai sumber.
7. Manajemen Hubungan Masyrakat
Yang ini berfungsi sebagai pencitraan sekolah atau lembaga pendidikan. Humas itu sendiri merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan kebijakan dan prosedur instansi atau organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan dari masyarakat.
Ingat pesan dari penulis “kita mahasiswa tarbiyah, jangan hanya pintar meng-copy paste artikel diwarnet. Tapi juga harus bisa memberikan ilmu pada orang lain. Yakni dengan cara menulislah kalian, walaupun di blogg pribadi. Ingat kata pesan Pak Syaiful Amien, dermawanlah dalam belajar”
Daftar Pustaka
Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam: dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
___. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: PSAPM-Pustaka Pelajar
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana
Progresiva volume 4/Nomor 1/Agustus 2010 “Rekonstruksi Pemikiran A. Malik Fadjar tentang Pembaharuan Madrasah menuju Sekolah Model”.
Baharuddin dan Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam Transformasi menuju Sekolah/Madarasah Unggul. Malang: UIN-Maliki Press
Sagala, Syaiful. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyrakat; Startegi Menangkan Mutu. Jakarta: Nimas Multima
Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Penerbit Remaja Rosydakarya
Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan; Kebijakaan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam: dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
___. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: PSAPM-Pustaka Pelajar
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana
Progresiva volume 4/Nomor 1/Agustus 2010 “Rekonstruksi Pemikiran A. Malik Fadjar tentang Pembaharuan Madrasah menuju Sekolah Model”.
Baharuddin dan Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam Transformasi menuju Sekolah/Madarasah Unggul. Malang: UIN-Maliki Press
Sagala, Syaiful. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyrakat; Startegi Menangkan Mutu. Jakarta: Nimas Multima
Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Penerbit Remaja Rosydakarya
Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan; Kebijakaan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata