JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2010-2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.Pendahuluan
Dunia pendidikan sangat penting bagi manusia, hal ini untuk mengimbangi ledakan ilmu pengetahuan dan informasi yang luar biasa. Namun demikian, terjadi krisis dalam dunia pendidikan yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia, yang bisa jadi melebihi krisis pangan, energi, politik dan krisis yang lainnya.
Krisis itu dapat dirasakan dengan terusnya kecenderungan manusia untuk berbuat jahat. Hal ini tidak lepas dari kurangnya
perhatian manusia terhadap pendidikan Al–Quran, yang mana masyarakat sekarang lebih memperhatikan pendidikan umum. Sehingga tidak heran, jika banyak peserta didik yang kemampuan baca Qur’an di bawah rata –rata. Hal ini tidak hanya terjadi pada anak – anak tetapi juga pada orang dewasa.
Kalau diamati seksama, kurangnya minat baca peserta didik terhadap Al- Qur’an merupakan hal yang biasa. Karena mereka lebih suka mendengar lagu dari pada mendengar bacaan Al-Quran. Coba lihat perbandingannya sekarang, penggemar Justin Bieber rela menghabiskan uang beratus–ratus bahkan berjuta – juta hanya untuk melihat idolanya. Ini berbanding terbalik dengan pendidikan Al-Quran yang peminatnya dapat dihitung.
Semua fenomena ini menandai adanya krisis pendidikan yang kurang memihak kepada Al-Quran, bahkan lebih parahnya Al–Quran secara kurang diperhatikan. Padahal kandungan Al-Quran banyak terdapat berbagai ilmu pengetahuan dan motivasi hidup.
Inilah salah satu persoalan yang menjadikan dunia pendidikan Al-Quran kurang peminatnya. Konsentrasi pendidikan lebih banyak bernuansa materi, faktor rohani dan keterampilan membaca Al-Quran kurang menjadi perhatian dalam pendidikan. Kalaupun ada, perhatian kepada Al-Quran itu baru sebatas baca saja belum pada pengajaran selanjutnya. Ibaratnya pendidikan sekarang masih menyentuh kulit belum menyentuh isi artinya pendidikan sekarang masih mengutamakan aspek sains belum menyentuh kepada moralitas dan budi pekerti. Maka untuk itu, sudah saatnya jika Al-Quran secara khusus dimasukkan ke dalam kurikulum.
Kondisi pendidikan seperti ini tidak bisa dibiarkan terus menerus, hanya untuk pengetahuan semata. Tetapi sangat membahayakan bagi manusia itu sendiri bahkan lebih parahnya lagi, orang orang yang ada disekelilingnya. Karena itu sudah keluar dari fitrah manusia itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
a.Al-Qur’an secara etimologi
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara’a yang artinya membaca.
b.Al-Qur’an secara terminologi
Manna’ul Qaththan mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut:
“Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan dengan membacanya adalah sebuah Ibadah, yang dimulai dengan surat al-fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas”1
Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut:
“Al-Qur’an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas“2
c.Pembelajaran Al Quran
Pembelajaran Al-Qur’an adalah proses belajar mengajar mengenai baca Al-Qur’an dan segala hal yang berhubungan dengannya.
d.Psikologi secara etimologi
Kata psikologi merupakan hasil dari bahasa Inggris Psychology, dan istilah inipun berasal dari kata Yunani kuno, yaitu: psycho dapat diartikan “roh, jiwa atau daya hiudp”. Dan logos dapat diartikan “ilmu”. Dengan demikian, secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa.3
e.Psikologi secara terminologi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku (the science of behavior)4, Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dan H.M Arifin dalam Psikologi Umum mengatakan bahwa Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya5. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menyelidiki serta membahas secara ilmiah pelbagai metode tentang hidup kejiwaan manusia dan binatang serta tingkah laku yang menimbulkan dalam hubungannya dengan keadaan sekitar, serta proses adaptasi terhadapnya6.
f.Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon7.
g.Psikologi belajar
Psikologi belajar adalah ilmu yang mempelajari dan meneliti sikap dan prilaku anak didik dalam proses belajar mengajar, yang mana sikap dan prilaku tersebut sebagai ekspresi dari keadaan jiwa mereka. Titik tekan dalam pengertian ini adalah keterlibatan antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran, sehingga serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh anak didik merupakan ekspresi keadaan jiwa mereka. Dengan demikian, pendidik dapat mempelajari dan meneliti segala prilaku yang telah dilakukan oleh peserta didik melalui aktifitasnya8.
B.Karakteristik perkembangan anak usia 12–13 tahun berdasarkan:
IQ = Berpikir operasional formal: tahap ini ditandai dengan kemampuan berfikir abstrak (seperti memecahkan persamaan aljabar), idealistik (seperti berfikir tentang ciri – ciri ideal dirinya orang lain dan masyarakat) dan logis (seperti menyusun rencana untuk memecahkan masalah).9
SQ = kematangan moralnya belum sempurna, ini menunjukkan tentang pentingnya remaja memiliki landasan hiduup yang kokoh, yaitu nilai – nilai moral, terutama yang bersumber dari agama.
Kualitas kesadaran beragama remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang diterima sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga.
EQ = mulainya tumbuh rasa cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Sifat yang sensitif dan reaktif (kritis), tempramental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung)10.
C.Kondisi objektif dalam pembelajaran.
Objek Penelitian
Mia Sofiana
Rahardian
Ramanda Pratama Putra
Nur Aini
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada hari Senin dan Selasa pada tanggal 09 Mei 2011 – 10 Mei 2011
Tempat Penelitian
Kelas 1 dan 2 MTs Muhammadiyah 01 Tlogomas, Kabupaten Malang.
Kondisi Objek Siswa
Mia Sofiana
Mia Sofiana duduk di kelas 2 MTs Muhammadiyah 01 Tlogomas, ia seorang yang cerdas, ceria dan supel. Ia sekarang berumur 13 Tahun.
Rahardian
Rahardian duduk di kelas 2 MTs Muhammadiyah 01 Tlogomas, ia memiliki IQ sedang (tidak terlalu pintar dan tidak terlalu bodoh). Ia sekarang berumur 13 Tahun.
Ramanda Pratama Putra
Ramanda Pratama Putra adalah seorang siswa yang duduk di kelas 1 MTs Muhammadiyah 01. Ia berumur 12 Tahun. Ayahnya pegawai koperasi dan ibunya bekerja di pabrik kecap. Ramanda Pratama Putra termasuk kategori anak pintar karena sedikit telat dalam memahami setiap pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Ia termasuk anak yang pendiam.
Nur Aini
Nur Aini adalah seorang siswi yang duduk di kelas 1 MTs Muhammadiyah 01 Tlogomas Malang yang berusia 12 tahun. Ia seorang yang pandai dan supel. Ia termaksud siswi yang mudah memahami pelajaran yang diberikan oleh gurunya, hal ini terbukti dari hasil pembelajaran yang telah di jalaninya selama hampir 1 tahun di MTs tersebut. “Pak Amri selaku guru Qur’an Hadits, mengajarkan kami dengan penyampaian yang santai dengan bahasa yang komunikatif sehingga saya dapat memahami dengan cepat penjelasannya,”kata Aini. Selain dukungan seorang guru, orang tua Aini juga mengajarkan managemen waktu belajar dan menganjurkan untuk tetap membaca Qur’an dirumah, ia sering diingatkan sewaktu tidak melakukan kegiatan tersebut. Hal ini yang menjadikan aini lancar dalam membaca qur’an. Pembelajaran Qur’an sudah dilakoninya selama kelas 1 SD di TPA.
D.Teori pembelajaran dikaitkan dengan usia siswa kelas 1 dan 2MTs Muhammadiyah 1 Tlogomas.
Kondisi dan Pola Pembelajaran Siswa
Dalam pembelajaran baca Qur’an guru berupaya untuk menerangkan materidengan memadukan pembelajaran bahasa arab dan tajwid dalam memahami kata-perkata materi yang disampaikan. Guru memerintahkan para siswa membaca Al Quran dengan mempraktekkan hukum bacaan tajwid yang telah dipelajari. Kemudian para siswa diarahhkan untuk membaca secara kolektif (bersama – sama) agar bisa di dengar dan siswa yang tidak mengetahui dapat meniru. Pihak sekolah juga memberikan pembelajaran baca Qur’an pada hari sabtu.
Pada pola pembelajaran diatas, beberapa siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru, dan para siswa/i dapat terbantu mengasah keterampilan baca Al-Qur’an. Namun, terdapat beberapa siswa yang sedikit kesulitan ketika membaca Al-Qur’an, dikarenakan kurangnya bimbingan dari para guru dan orang tua.
Teori Pembelajaran
Teori yang digunakan adalah teori kognitif yang mana Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar, dibanding dengan hasil belajar. Artinya belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.
Selain teori kognitif, menurut para peneliti teori yang cocok dikembangkan di MTs Muhammadiyah 1 Tlogomas Malang yaitu Teori Kognitif Brunner, yang mana menurut Beliau, proses belajar akan berjalan dengan baik & kreatif jika guru memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dll) melalui contoh yang mewakili aturan menjadi sumbernya.
E.Pendekatan pembelajaran dikaitkan dengan usia siswa kelas 1 dan 2 MTs Muhammadiyah 1 Tlogomas.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kognitif (cognitive Aproach) Ausubel dan pendekatan Terapan (Applied Aproach) Galperin yang menekankan: “Intervensi guru (stimulus) kepada siswa (respon) dengan lebih sistematik”, serta lebih menekankan: “belajar supaya mendapatkan pengetahuan melalui: orientasi, latihan, umpan balik, lanjutan (antara satu dengan lainnya saling terkait)”.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dalam bab – bab berikutnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Peran guru dan orang tua sangat urgen dalam pembelajaran baca Al Quran
Perlunya kerjasama antara guru dan orang tua dalam pembelajaran baca Al Quran
Siswa, peserta didik yang berumur 12 – 13 tahun sudah bisa berfikir logis, operasional formal dan konkrit, artinya: fikirannya masih erat hubungannya dengan benda atau keadaan nyata
Kondisi spiritual anak yang berusia 12 -13 tahun atau para remaja secara umum belum matang.
B.Saran –saran
Adapun saran – saran yang hendak para peneliti kemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Hendaknya para pendidik terutama orang tua untuk memperhatikan bacaan Al Quran anak – anak mereka, karena bacaan Al Quran ini sangat signifikan bagi seorang anak
Dalam memperlancar bacaan peserta didik (anak), sebaiknya pendidik itu memperdengarkan bacaan Al Quran (Murattal). Ini dalam rangka menumbuhkan jiwa yang penuh dengan Al Quran
Dalam rangka pengembangan penelitian, para peneliti berharap kepada para peneliti berikutnya untuk mengkaji masalah – masalah yang terkait, agar dapat menambah khazanah keilmuan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang: UMM Press
Al-Qaththan, Manna’ul.1973.Riyadh:Mansyurah Al-Asrul Hadits
http://tauhidullah.wordpress.com/2010/11/28/al-quran-secara-etimologi. Diakses pada tgl 10 Mei 2011 Pukul 20.00 WIB
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sardjoe. 1993. Psikologi Umum. Pasuruan: PT Garoeda Buana Indah.
www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 10 Mei 2011
Hartina, Siti. 2010. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Reflika Aditama.
Oleh:
Zulfikar Yusuf 09110004
Moh. Makruf 09110040
M. Feri Firmansyah 09110029
Ahmad Irsyadin 09110005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata