Oleh
M.
Feri Firmansyah
Bab
I
Pendahuluan
Latar
belakang
Berbicara masalah Pendidikan Islam merupakan elemen
vital dalam pendidikan. Karena Pendidikan Islam menjadi tonggak keberhasilan
pendidikan secara komperehensif. Pendidikan Islam sering disebut juga
pendidikan moral (karakter). Bagaimana
tidak, pendidikan tanpa karakter maka bisa dikatakan pendidikan itu kualitasnya
di bawah standar.
Pendidikan itu sendiri adalah persoalan yang paling
stategis bagi kehidupan manusia baik dalam perspektif individu, masyarakat dan
bangsa. Dalam hal ini pendidikan itu bisa jadi alat untuk melompat dari hal
yang biasa menjadi luar biasa atau tool
to change. Bisa jadi pendidikan itu sebagai salah
satu kebutuhan hidup (a necessary of
life), salah satu fungsi sosial (a
social function), sebagai bimbingan (direction)
dan sebagai sarana pertumbuhan (as
growth), yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk displin hidup.
(Tobroni. 2010:4)
Dalam kehidupan sosial Pendidikan Islam mengemban
misi rahmatan lil ‘alamin yang mana ini bertujuan untuk
membangun peradaban moral anak bangsa. Dalam bahasa sederhana misi pendidikan
Islam itu merubah moral (akhlak) peserta didik dari moral yang tidak baik
menjadi lebih baik. Sebagaimana firman Allah: “ Dan tidaklah aku mengutus engkau
(Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam” (Q.S. 21: 107).
Rahmatan lil
‘alamin merupakan suatu misi (risalah)
kemanusian yang sangat bermanfaat dalam rangka membentuk sikap mental output yang berperadaban dan menjunjung
tinggi nilai insani. Pendidikan Islam harus menjadi kekuatan yang ampuh dalam
membentuk karakter peserta didik. Ketika kriminal menjadi bagian dari kehidupan
yang sudah tidak bisa dibentuk dengan aneka ragam bentuknya. Problema semacam
ini harus direspon dengan tanggap dengan mencari problem solving yang tepat. Di sinilah pentingnya pendidikan Islam
itu sendiri bagi manusia
Untuk membentuk pendidikan karakter (moral) itu
terlebih dahulu kita paham dulu tentang konsep dasar Pendidikan Islam
(karakter, moral) itu sendiri. Sudah banyak konsep dasar pendidikan Islam itu
sendiri yang dijelaskan dalam al-Quran maupun al-Hadist sendiri. Tidak hanya
itu para pakar pendidikan banyak terinspirasi dari al-Quran dan al-Hadist untuk
merekonstruksi pendidikan secara komperehensif.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan
masalah penulis;
1.
Bagaimana
konsep dasar Pendidikan Islam menurut al-Quran dan al-Hadist?
2.
Bagaimana
Tinjauan filosofis Terhadap Pendidikan Islam?
3.
Bagaimana
tinjauan teologis terhadap Pendidikan Islam?
C.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan penilian ini dari penulis antara lain;
1.
Dengan
penelitian ini mahasiswa atau khalayak umum dapat memahami konsep dasar
Pendidikan Islam itu sendiri.
2.
Dengan
adanya penelitian ini mahasiswa ataupun khalayak umum dapat memahami tujuan
pendidikan Islam baik ditinjau dari segi teologis maupun filosofis.
3.
Mahasiswa
maupun khalayak ramai diharapkan untuk bisa mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan Islam yang telah termaktub dalam al-Quran dan al-Hadist.
4.
Sesuai
dengan tujuan Pendidikan Islam diharapkan mahasiswa maupun khalayak ramai
memiliki pemahaman dan berpengetahuan lebih mendalam (menjadi pakar)
5.
Mahasiswa
dapat memaknai nilai-nilai spiritualitas pendidikan Islam itu sendiri
Bab
II
Konsep
Dasar Pendidikan Islam; secara Teologis dan Filosofis
A.
Pengertian
Pendidikan Islam
Pembahasan
konsep dan teori tentang pendidikan Islam sampai kapanpun selalu saja relevan
dan memiliki ruang yang cukup signifikan untuk ditinjau ulang. Paling tidak
terdapat tiga alasan mengapa hal ini terjadi: pertama, pendidikan melibatkan sosok manusia yang senantiasa
dinamis, baik sebagai pendidik, peserta didik maupun penanggung jawab
pendidikan; kedua, perlunya akan
inovasi pendidikan akibat perkembangan sains dan tekhnologi; ketiga, tuntutan globalisasi yang
meleburkan sekat-sekat agama, ras, budaya bahkan falsafah suatu bangsa. Ketiga
alasan itu harus diikuti oleh tanggung jawab dunia pendidikan dan kerjasama
dengan elemen masyarakat, demi kelangsungan hidup manusia dalam situasi yang
serba dinamis,
inovatif dan semakin mengglobal.
Konsep
menurut bahasa adalah ide umum; pengertian, pemikiran; rancangan dan rencana
dasar (A. Partanto dan M. Dahaln.362: 1994). Jadi pengertian konsep itu sendiri
menurut penulis adalah ide umum yang tersusun rapi untuk diterapkan terencana dalam
kehidupan nyata.
Konsep
itu sangat penting dalam pendidikan. Jika pendidikan tanpa konsep maka bisa
ditebak pendidikan itu akan berjalan tidak sesuai harapan. Untuk itu pendidikan
terutama Pendidikan Islam harus mempunyai konsep yang mapan.
Dalam literatur al-Quran dan as-Sunnah
tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun
terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani`, nurabbi, yurbi` dan
rabbani`. Dalam mu’jam bahasa Arab, kata al-tarbiyah
memiliki tiga akar kebahasan, yaitu:
1.
Rabba, yarbu`, tarbiyah:
yang memiliki makna ‘tambah’ dan berkembang (nama`). Jadi pendidikan itu (tarbiyah)
merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri
peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
2.
Rabba, yarubbu, tarbiyah:
yang memiliki makna tumbuh (nasya’a)
dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a).
artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan
usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik,
psikis, sosial maupun spiritual.
3.
Rabba, yarubbu, tarbiyah:
yang memiliki memperbaiki (ashlaha),
menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh,
tuan, memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya,
pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat,
memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.
(Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008: 11)
Jika
kata tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya (rabbayani`) maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh,
menanggung, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan memilihara, membesar dan
menjinakkan. Pemahaman ini diambil dari firman dalam al-Quran Allah swt Surat
al-Isra’ ayat 24.
artinya
dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku pada waktu kecil”.
Ayat ini secara rinci
menjelaskan bahwa dalam pengasuhan anak tidak hanya memperhatikan ataupun
mendidik pada jasmani dan intelektual saja tetapi juga spiritualnya. Artinya
pendidikan itu harus bisa menumbuhkan mental, kognitif serta afektif peserta
didik. Artinya kata tarbiyah mencakup
tiga domain pendidikan, yaitu kognitif (knowladge),
afektif (doing) dan Psikomotorik
(life skill) dan dua aspek pendidikan
yaitu jasmani dan rohani.
Allah swt memberikan contoh Fir’aun dalam
mendidik nabi Musa a.s yang mana dia hanya mendidik dari aspek jasmani saja
tanpa memperhatikan aspek rohani, ini telah termaktub dalam al-Quran surat Asy-Syu’ara
ayat 18
artinya
Dia (Fir’aun menjawab, “bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan
(keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami
beberapa tahun umurmu” (QS. Asy-Syu’ara: 18).
Dua
ayat di atas dapat diambil hikmahnya bahwa dalam mendidik anak itu harus menumbuhkan
mental dan spiritualnya disamping menumbuhkan jasmani peserta didik. Dengan
begitu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik menjadi lebih seimbang.
Dari
pengertian tadi menjelaskan dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam simpulkan bahwa
pendidikan (tarbiyah) adalah proses
menumbuh dan mengembangkan peserta didik baik dari aspek jasmani maupun
rohaninya dengan menggunakan metode yang telah termaktub dalam al-Quran dan
al-Hadist.
Selain
itu, menurut penulis sendiri pendidikan itu juga bisa dikatakan nasehat. Ini berdasarkan pengertian
dari tarbiyah itu sendiri yakni
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta
didik, agar ia dapat survive lebih
baik dalam kehidupann dan berdasarkan hadist Rasulullah saw yang artinya “agama
itu adalah nasehat. Kamipun bertanya, untuk siapa ya Rasulullah? Beliau
menjawab untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya serta untuk para pemimpin kaum
muslimin pada umumnya” (H.R. Muslim).
Menurut
Ibnu Daqiq Al-‘id nasehat itu sendiri adalah segala bentuk kebaikan yang
diberikan demi kebaikan orang yang diberi nasehat. Yang mana pendidikan ini
berpegang pada dua sisi yaitu menjelaskan kebenaran dan mengingkari kebathilan
serta membangkitkan perasaan peserta didik. (Laila. 2008: 104).
Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan
oleh penulis itu sendiri tujuan pendidikan Islam (tarbiyah) antara lain:
1.
Membentuk
pribadi insan kamil, bertakwa dan
bermoral peserta didik
2.
Membangun
jiwa sosial
3.
Menumbuhkan
potensi peserta didik
Selain
tujuan di atas, menurut Ibnu Taimiyah tujuan pendidikan Islam itu tertumpu pada
empat aspek, yaitu: (1) tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari
al-Quran dan al-Hadist; (2) mengetahui ilmu Allah swt, melalui pemahaman
terhadap mahluk-Nya; (3) mengetahui kekuatan (qudrah) Allah melalui pemahaman
jenis-jenis, kuantitas dan kreativitas mahluk-Nya; dan (4) mengetahui apa yang
diperbuat Allah swt terhadap ciptaan-Nya dan jenis-jenis perilakunya. (Mujib,
Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008: 78).
Dari
semua tujuan yang telah dijelaskan tadi, tujuan pendidikan Islam itu bermuara
pada satu hal yaitu pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral
merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan pendidikan
jasmani, akal dan ilmu praktis. Ini berdasarkan pada sabda Rasulullah saw,
“aku
diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Malik bin Anas
dan Anas bin Malik).
Akhlak
yang dimaksud di sini adalah akhlak Allah yang maha sempurna, yakni akhlak yang
tertuan dalam asma al-husna-Nya.
B.
Konsep
Dasar Pendidikan Islam
Konsep “Pendidikan Islam” seringkali
mengundang keragaman arti. Pendidikan Islam, seringkali dimaksud sebagai
pendidikan dalam arti sempit yaitu proses belajar mengajar dimana Agama Islam
menjadi “core curricullum”. Pendidikan
Islam bisa pula lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kegiatan yang
menjadikan Islam sebagai identitasnya, baik yang semata-mata maupun tersamar.
Perkembangan terakhir memberikan pengertian bahwa Pendidikan Islam diberi arti
lebih subtansial sifatnya, yaitu bukan sebagai proses belajar mengajar maupun
jenis kelembagaan, akan tetapi lebih menekankan pada sebagai suatu iklim
pendidikan (education atmosphere) yaitu suatu suasana
pendidikan yang islami, memberi nafas
keislaman pada semua elemen sistem pendidikan yang ada. (Tobroni. 2008: 13).
Menurut Prof. Tobroni, M. Si (2010: 4) pendidikan
itu adalah persoalan yang paling strategis bagi kehidupan manusia baik dalam
perspektif individu, masyarakat dan bangsa. Dengan pendidikan status sosial
seseorang akan dipandang dalam masyrakat. Allah swt mencela hamba-Nya yang
tidak mengerti ilmu pengetahuan (knowladge).
Ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-Quran yang artinya
“Dia (Allah) berfirman), “wahai Nuh! Sesunggunya dia
bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu
jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui hakikatnya.
Aku menasehatimu agar kamu tidak termasuk orang yang bodoh” (QS. 11: 46).
Dari
ayat di atas secara gamblang menjelaskan bahwa Islam itu anti kebodohan. Karena
kebodohan itu merupakan awal hilangnya peradaban Islam. Dan inti dari
pendidikan itu adalah perubahan baik dalam sikap,ketermilan(skill) maupun dalam
pengetahuan. Selain itu, ayat di atas menjelaskan bahwa bahwa pendidikan itu
merupakan usaha dari para pendidik untuk memberikan bantuan, arahan terhadap
peserta didik sehingga mereka ada perubahan sikap dan wawasan yang lebih
bersifat positif bagi dirinya dan masyarakat secara umum. (Romlah. 2010: 24).
Pendidikan memang merupakan kunci
kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan, maka akan
diikuti dengan semakin baiknya kualitas
masyarakat/ bangsa tersebut. Tidak salah jika Fazlur Rahman menyatakan “setiap
reformasi dan pembaharuan dalam Islam harus dimulai dengan pendidikan.” Karena
itu, para pemerhati dan pengembang pendidikan Islam tiada henti-hentinya untuk
memperbincangkan masalah ini. (Muhaimin. 2009:73)
Ini sesuai dengan Firman Allah swt
dalam Surat Al-Baqarah ayat 159
“Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah kami
jelaskan kepada manusia dalam Kitab (al-Quran), mereka itulah yang dilaknat
Allah dan dilaknat pula oleh mereka yang melaknat”.
Ayat
ini menjelaskan bahwa peran pendidik dalam mentransformasikan ilmunya pada
peserta didik baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Keberadaan peserta didik dalam pendidikan Islam itu perlu dikembangkan dengan
potensi yang mereka miliki seperti bakat, kecerdasan, karakter dan lain-lain.
Islam itu merupakan agama yang menjunjung tinggi
ilmu pengetahuan, maka tidak heran jika guru dan peserta didik itu dimuliakan
oleh Allah swt. Ajaran Islam
juga melarang umatnya untuk
tidak paham akan ilmu pengetahuan (bodoh). Di sinilah pentingnya
belajar sebagaimana yang telah termaktub dalam al-Quran surah al-‘Alaq ayat 1 “bacalah”.
Ini berarti agama Islam menganjurkan umatnya untuk terus belajar yakni
dengan membaca, entah itu tekstual maupun kontekstual.
Membaca (iqra) dalam tradisi spiritual Islam
adalah kemampuan kemanusian untuk mampu mengakses pengetahuan bumi dan langit
secara bersamaan. Karena itu kebiasaan membaca yang perlu dilatih adalah
membaca dengan kesadaran spiritual untuk memahami rahasia Allah yang terdapat dalam
alam raya dengan berbagai displin keilmuannya. (Sirozi, M dkk. 2008: 147)
C.
Tinjauan
Teologis terhadap Pendidikan Islam
Istilah teologi itu lahir dalam tradisi Kristen.
Secara harfiah berasal dari bahasa Yunani berarti ilmu ketuhanan. Tapi pengertian
ini menurut Steenbrink (1987: 10) dianggap kurang cocok karena teologi
memang tidak bermaksud membicarakan problematika mengenai ketuhanan baik wujud,
sifat dan perbuatan-Nya, yang dalam hazanah Islam disebut Ilmu Kalam. Teologi
tidak identik dengan ilmu kalam yang berusaha mempertahankan keyakinan seputar
masalah ketuhanan dari serangan-serangan pihak luar dengan menggunakan
pendekatan filsafat atau dalil-dalil aqli. (Tobroni. 2008: 6).
Dalam Encyclopedia of religions, dikatakan
bahwa teologi merupakan ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya
dengan alam semesta, namun sering kali diperluas mencakup seluruh bidang agama.
Berdasar pengertian tadi, teologi menurut penulis
sendiri adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan,
yang mana ilmu ini mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan
beragama.
Dalam pendidikan, teologi
itu penting karena dengan teologi berarti berusaha mengkontekskan keprihatinan
iman atau panggilan hidup berdasarkan perintah keagamaan dengan masalah-masalah
pendidikan. (Tobroni. 2010: 10)
Terlalu banyak masalah-masalah kriminal (moral) yang
melanda Pendidikan Indonesia seperti pembunuhan, tawuran, hamil diluar nikah
dan lain sebagainya. Semua masalah-masalah tersebut bermuara pada satu hal
yakni tidak adanya iman
atau panggilan hidup untuk memecahkan masalah tersebut.
Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah
saw, bahwa agama itu adalah nasihat. Jadi di sinilah pentingnya pendidik untuk
mengkontekskan keprihatinan iman atau panggilan hidup untuk mentransferkan
nilai-nilai Islam (value of Islam).
Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.
Yang perlu diperhatikan
yaitu kata makruf. Yang mana makruf itu sendiri merupakan segala
perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Sedangkan munkar ialah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Ayat ini menerangkan bahwa pendidik mempunyai
kedudukan mulia dalam Islam maka oleh karena itu seorang guru mengamalkan
ilmunya, lalu perkataannya jangan berdusta. Karena sesungguhnya ilmu itu dapat
dilihat dengan kata hati, sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala.
Padahal yang mempunyai mata kepala adalah orang banyak. (Zainuddin. 1990: 56).
Faktor yang terpenting bagi seorang pendidik adalah
kepribadiannya. Karena dengan kepribadian itu ia akan dihargai dan dihormati
dalam masyarakat. Selain itu pendidik itu menjadi uswah bagi anak
didiknya.
Dalam
kehidupan bermasyarakat, upaya mewujudkan misi Islam tersebut tentunya ada
pembagian tugas dari masing-masing anggota atau komunitas masyarakat. Misalnya
ada yang menangani bidang pendidikan, kesehatan, keamanan dan lain sebagainya.
Dengan demikian berteologi di bidang pendidikan berarti mencurahkan segala
perhatian dan kemampuan untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas dalam
rangka terwujudnya kehidupan yang rahmatan lil’alamin. Berteologi di
bidang pendidikan (terutama pendidikan formal) hukumnya fardu kifayah. (Tobroni.
2008: 11)
Dengan berteologi dibidang
pendidikan maka bisa menjadi petunjuk bagi orang lain untuk tidak tersesat,
sebagaimana yang telah difirman oleh Allah swt, dalam surah An-Nisa
Dan apabila datang
kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu
menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri
di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah
karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan,
kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
Yang
perlu digaris bawahi adalah pengikut Syaitan, ini menandakan bahwa orang bodoh
itu mudah dipengaruhi oleh apapun, baik itu orang disekitarnya maupun kejadian
yang menimpanya. Jadi sudah jelas bahwa Allah swt, menurunkan agama Islam adalah
manifestasi sifat rahman dan rahim-Nya untuk memberikan petunjuk jalan yang
lurus (tidak sehat) kepada manusia yang dikaruniai kehendak bebas.
D.
Tinjauan
Filosofis Terhadap Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam merupakan prinsip,
struktur, metodologi dan objek yang
memiliki karakteristik epistemologi ilmu islami. Oleh karena itu, Pendidikan
Islam sangat bertolak belakang dengan ilmu pendidikan non Islam. Pengembangan
Pendidikan Islam adalah upaya memperjuangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang
lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan
semua problematika kehidupan sehari-hari. (Arief, Armai. 2002: 3).
Kebutuhan pokok manusia adalah hidup bahagia, paling
tidak ada dua hal yang harus terpenuhi agar manusia bahagia. Pertama, terpenuhi
kebutuhan pokok berikut sumber-sumbernya untuk menjamin kelangsungan hidup. Kedua,
mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang tata cara hidup perorangan dan
masyarakat agar terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman dalam masyarakat.
(Yusron Razak dkk. 2011: 203).
Di sinilah perlunya pemahaman mendalam tentang
filsafat Pendidikan Islam. Diskursus dan pemahaman tentang filsafat Pendidikan
Islam sangat penting karena dengan itu dapat mendorong untuk mengkaji ulang
makna dasar dari setiap kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya
pertanyaan-pertanyaan dasar di seputar proses belajar mengajar. Tentang
pentingnya filsafat pendidikan dalam aktivitas kependidikan ini, G.R. Knight
dalam issues and alternatives in educational philoshopy mengatakan bahwa
filsafat pendidikan berguna sekali untuk pendidik agar: (1) mengenai
masalah-masalah dasar pendidikan, (2) memikirkan evaluasi mengenai
usulan-usulan perbaikan terhadap masalah yang timbul, (3) memperjelaskan
pemikiran tentang tujuan hidup dan pendidikan, (4) memperkembangkan
pandangan-pandangan dan program yang konsisten serta berkaitan dengan konteks
secara luas. Filsafat pendidikan memang berusaha mengembangkan pemikiran yang
universal, radikal dan spekulatif sehingga hakikat pendidikan tercapai.
(Tobroni. 2008: 19).
Dalam mengkaji tentang filsafat pendidikan Islam
sangat penting yakni dengan menerapkan filsafat sebagai content yaitu
ontologi (metafisika),
epistemologi (teori pengetahuan) dan aksiologi (teori nilai, estetika) dalam
usaha memahami hakikat dan tujuan pendidikan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan tujuan Pendidikan
Islam ialah membentuk karakter peserta didik yang bertakwa dengan mempengaruhi
pemikiran atau pandangan mengenai komponen-komponen dalam pendidikan (anak
didik, pendidik, kurikulum, metodologi dan evaluasi).
Dengan begitu filsafat pendidikan Islam itu sangat
penting dalam pendidikan. Karena dengan filsafat bisa mengajarkan peserta didik
untuk berfikir kritis dan terstruktur. Dengan filsafat pendidikan Islam
pengembangan dan peningkatan kemampuan (skill) peserta didik dalam berfikir
lebih mapan.
Pengembangan dan peningkatan kemampuan (skill)
Sumber Daya Manusia) seutuhnya, merupakan faktor pokok sekaligus penentu
kelangsungan kehidupan pembangunan suatu bangsa. (Nizar, Samsul. 2005: 185).
Bab
III
Kesimpulan
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah diungkapkan oleh penulis
ada bebarapa kesimpulan yang dapat diambi, antara lain:
1.
Konsep
pendidikan dalam Al-Quran dan al-Hadist selalu relevan dengan zaman
2.
Tujuan
pendidikan Islam itu bermuara pada satu hal yakni pembentukan karakter peserta
didik yang berakhlak muliah
3.
Teologi
dalam pendidikan itu sangat penting karena dengan berteologi berarti
mencurahkan segala perhatian dan kemampuan untuk mengembangkan pendidikan yang
berkualitas dalam rangka terwujudnya kehidupan yang rahmatan lil’alamin.
4.
Berteologi
di bidang pendidikan (terutama pendidikan formal) hukumnya fardu kifayah.
5.
pemahaman
tentang filsafat Pendidikan Islam sangat penting karena dengan itu dapat
mendorong untuk mengkaji ulang makna dasar dari setiap kegiatan pendidikan,
termasuk di dalamnya pertanyaan-pertanyaan dasar di seputar proses belajar
mengajar.
B.
Kritik
dan saran
Demikianlah, makalah yang disajikan oleh penulis.
Banyak kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh buku ini. Untuk itu, demi
kesempurnaan makalah ini diperlukan kritik dan saran dari pembaca.
Daftar
Pustaka
Al-Quran
Terjemah. 2008. Tanggerang: PT. Sabiq
Laila.
2008. Cara Sukses Mendidik Buah Hati. Jakarta: INAS (Islamic Parenting)
Mujib,
Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Imam
An-Nawawi. dkk. 2006. Syarah Hadits Arba’in. Solo: Pustaka Arafah.
Tobroni.
2008. Pendidikan Islam; Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas.
Malang: UMM Press
___.
2010. Rekontruksi Pendidikan Agama; untuk Membangun Etika Sosial dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Malang: UMM Press
A
Partanto, Pius dan M. Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola
Romlah.
2010. Psikologi Pendidik. Malang: UMM Press
Muhaimin.
2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam; dari Paradigma Pengembangan, Manajemen
Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Zainuddin.
1990. Seluk-Beluk Pendidikan Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara
Sirozi,
M dkk. 2008. Arah Baru Studi Islam di Indonesia; teori dan metodologi. Yoyakarta:
Ar-Ruzz Media
Arief,
Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers
Razak,
Yusron dkk. 2011. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi dan Umum. Jakarta:
Uhamka Press
Nizar,
Samsul. 2005. Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam; Potret Timur
Tengah Era Awal dan Indonesia. Ciputat: Ciputat Press Group
Artikel tentang dasar pendidikan Islam dari Anda sungguh lengkap dan menarik. Sangat membantu dalam mengerjakan tugas-tugas makalah saya. Terimakasih telah sharing.
BalasHapussama-sama,,,,
BalasHapus