24 Sep 2011

Cerita Ngawur

Bulu Ketek Alamsyah

Oleh M. Feri Firmansyah Bageloka
Ini cerita saya ketika masih di Panti Asuhan Muhammadiyah. entah lucu atau tidak, nggak pikir ah.
Siang hari nan panas menggelora bak api nerakanya Dunia. Jumhan berjalan mondar - mandir dari kamar ke
kamar (ini tokoh di SANTRI KOCAK DI SUMBAWA). Tanpa sengaja Jumhan melihat  Alamsyah tidur telanjang dada, tangannya dijadikan bantal. Dengan begitu bulu keteknya terlihat sangat lebat.
Tanpa pikir panjang Jumhan langsung ambil gunting untuk mencukur bulu ketek Alamsyah.
Entah Syaitan dari mana yang memberi Jumhan ide untuk mencukur bulu keteknya Alamsyah.
Jumhan melangkah dan duduk di sampingnya Alamsyah, dengan perlahan ia mencukur bulu itu dengan perasaan.
Karena keasyikan mencukur, bulu ketek itu sudah habis ternyata tanpa sengaja ia juga mencukur hingga kulit - kulitnya pun ikut terkupas. Sontak saja ia terkejut setengah mati, dengan begitu ia berniat mau lari. Tapi Alamsyah sudah bangun duluan,
"jum, kenapa ketekku berdarah?" setelah diperiksa "Ya Allah kok bulunya habis, sakiit"
"maaf, pak Alam, Maaf" kata Jumhan " ini saya mau cari obatnya,,,


Raj Kapoor dan Sofia Loren
Saya duduk di atas kursi menulis buku di waktu pagi, kira – kira jam tujuh pagi saya kedatangan tamu seorang famili saya, kebetulan dia datang bersama anaknya,
    “assalamu’alaikum Buya” ucapnya
    “wa’alaikumussalam warahmatullah, silahkan masuk, Nak” jawab saya mempersilahkan masuk
Dia masuk bersama anaknya yang imut, tampan dan lain sebagainya,
    “siapa nama cucu saya ini?” Tanya saya
    “Raj Kapoor” jawabnya
    “siapa?” Tanya saya setengah terkejut
    “Raj Kapoor,” jawabnya lagi
    “apa itu?” Tanya saya, saya lihat wajah mereka sedikit malu
    “Raj Kapoor itu kek, adalah nama bintang film India yang ganteng dan digemari oleh orang di Indonesia” jelas Raj Kapoor dengan logat lugunya
    “oooo, India macam,” ujar saya, seraya kepala menggeleng bak meniru orang India bicara,
Raj Kapoor mengangguk tersenyum,
“Raj Kapoor punya nama, ada bagus, Syabaas” kata saya meniru gaya bicara orang India “Kapoor, ada mari ” kata saya kepada anak itu untuk menyindir kedua orang tuanya
Kedua orang anak ini meresa tersindir dengan perkataan saya, kemudian saya berkata
    “Nanti oleh teman – temannya anak ini akan dipanggil Kapur saja. Ini berarti kapur tulis. Tentu  kalian tak suka mendengarnya bukan?”
    “lalu apa nama yang baik  anak kami ini Mak Haji?” Tanya ibu anak itu yang gelisah
    “kalau mau di Kapur juga, namakan saja Abdul Ghafur, Ghafur itu adalah nama Allah, yang artinya Maha Pengampun, ditambah Abdul berarti Hamba Yang Maha Pengampun” jelas saya,
Seketika itu nama anak itu langsung diganti dengan nama yang saya diberikan


Sore hari…
Hari Minggu, saya mengajak Afif untuk jalan – jalan sekitar rumah saya guna menyegarkan fikiran saya. Di jalan saya bertemu dengan sepasang suami istri, mereka menyapa saya,
    “siapa nama cucu saya yang cantik ini?” Tanya saya sambil memandang wajah anak mereka
    “Sofia Loren,” jawab ibu Sofia
    “wah, Masya Allah” ujar saya dengan nada terkejut yan dibuat – buat
    “iya Buya, maksudnya biar sama cantiknya dengan bintang film Itali itu,” jelas Ibunya, mungkin ia tahu saya kurang suka mendengar nama itu
    “bagus, bagus, bagus” ujar saya berkali – kali “memang anak ini secantik bintang film Lumpiah Goreng”
    “bukan Buya, tapi Sofia Loren” ujar ayah Sofia
    “maaf Buya salah dengar, maklum orang tua, Buya kira Lumpia Goreng yang enak itu, makanya Buya Kaget” kata saya
Mendengar nama itu, rona muka mereka malu dan tersenyum seadanya, lalu saya membujuk mereka,
    “Shafia itu nama yang baik, artinya penyembuh. Ibu saya juga namanya Shafia. Nah, buang saja Lorenya tetap memanggil Shofii” ujar saya dengan suara nyaring dan mengancungkan Jempol, kedua suami isteri itu hanya mengangguk – angguk. Kemudian kita melanjutkan kegiatan kita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata