OLEH: FAJAR KUSUMA
PENDAHULUAN
Tulisan ini ingin menginventarisir mengenai nilai-nilai akhlak Islami yang ada pada kitab Dhammapada kitab suci agama Budha. Karena pada dasarnya setiap agama mengajarkan ketertiban dan dalam Islam juga dianjurkan untuk mengambil hikmah dari manapun sebab hikmah adalah harta karun kaum Muslimin yang hilang, maka ambillah dimAna saja kau temui, begitu kata sebuah hadis.
Agama berasal dari kata “a” yang artinya jangan dan “gama” yang artinya kacau. Jadi adalah Agama bertujuan sama untuk mendamaikan hati manusia untuk terciptanya kedamaian diatas bumi ini. Agama-agama juga sama mengajarkan untuk menyembah kepada Sang Penciptanya. Agama adalah sama pada hakekatnya untuk mengajarkan kepada manusia bagaimana menjadi manusia seutuhnya.
Selanjutnya semua agama juga sama-sama mengajarkan pada manusia untuk lebih mengenal dirinya dan juga Tuhannya. Sesungguhnya semua agama adalah sebagai jalan untuk mencermerlangkan hati nuraninya sampai menemukan kesadaran tertinggi tentang kehidupan ini. Pada akhirnya semua agama adalah mengajarkan kepada manusia untuk saling mengasihi, setelah memahami inti dari ajaran agamanya.
Agama Buddha lahir di negara India, lebih tepatnya lagi di wilayah Nepal sekarang, sebagai reaksi terhadap agama Brahmanisme. Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Agama Buddha berkembang dengan unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia dan telah menjadi agama mayoritas di beberapa negara Asia seperti Thailand, Singapura, Kamboja, Myanmar, Taiwan, dsb. Pencetusnya ialah Siddhartha Gautama yang dikenal sebagai Gautama Buddha oleh pengikut-pengikutnya. Ajaran Buddha sampai ke negara Tiongkok pada tahun 399 Masehi, dibawa oleh seorang bhiksu bernama Fa Hsien. Masyarakat Tiongkok mendapat pengaruhnya dari Tibet disesuaikan dengan tuntutan dan nilai lokal.
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Pi?aka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Pi?aka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Pi?aka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Islam dan Budha sepintas seperti dua aliaran yang berbeda, memang berbeda dalam beberapa hal seperti theologi, hukum dll, serta kadang timbul persoalan yang dapat meruncing apabila dipaksakan. Namun, keduanya memiliki beberapa persamaan beberapa aspek. Aspek kejujuran, ketulusan, kebajikan, perasaan berkeadilan, welas asih terhadap kaum yang lemah merupakan nilai-nilai dasar yang dinjunjung tinggi kedua agama ini.
Tengok saja, pada urusan keadilan bagi umat Islam menjadi jiwa Al-Quran. Pada Buddha keadilan menjadi tonggak kekaisaran, Asoka. Ihwal kasih sayang menunjukkan kualitas menonjol pada Sang Guru Agung. Pun dalam Islam menebar kasih sayang tidak dibeda-bedakan. Apalagi soal dosa keduanya memiliki persamaan yang meralang untuk berbuat berzinah, mencuri, membunuh, berbong, judi, komsumsi narkoba, korupsi, mengrusak alam.
@dapun dalam tulisan ini ada beberapa hal yang akan diulas mengenai akhlak diantaranya: kebencian, marah, iri, tamak, kemelekatan, lalai, malas, sombong, cinta ketenaran, dzalim, berkata jujur, lemah lembut, bersemangat, mengamalkan ilmu, yakin, tenang, pemberani, dan adil. Sebagai tambahan di bahas pula mengenai metode pendidikan yang adad alam Al-Quran dan kitab Dhammapada
A.Akhlak-Akhlak Islami
a. Mewaspadai Kebencian, Amarah, dan Iri
Islam memperingatkan umatnya akan bahaya benci, amarah, dan iri karena ketiga hal ini membawa dampak yang buruk bagi kehidupan pribadi maupun sosial seseorang. Sang buddha juga mengatakan bahwa “Luka dan kesakitan macam apa pun, dapat dibuat oleh orang yang saling bermusuhan atau saling membenci. Namun pikiran yang diarahkan secara salah, akan melukai seseorang jauh lebih berat. (Citta Vagga:10). Kedengkian berupa kebencian atau rasa tidak suka terhadap seseorang dan iri hati terhadap orang lain berawal dari amarah, oleh karena itu Nabi Muhammad berpesan agar menjaga amarah. Tatkala beliau dimintai nasehat oleh seorang sahabatnya sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari beliau menjawab,”Jangan Marah”.
Jika amarah dipendam karena ketidakmampuannya melampiaskan, maka amarah akan berbalik ke batinnya, mendekam di dalamnya dan menjadi dengki.1Selanjutnya dari dengki akan beralih menjadi iri.
Sang Budha pun telah menyampaikan dalam Dhammapada:
Tak ada api menyamai nafsu; tak ada cengkeraman menyamai kebencian; tak ada jaring menyamai kedunguan; tak ada arus menyamai keinginan (18:15), Sang Budha melanjutkan, “Kebencian tak akan pernah berakhir, apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi, kebencian akan berakhir, Bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah satu hukum abadi” (Yamaka Vagga:5). Dalam hadis lain Rsulullah brsabda ”Sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api yang memakan kayu bakar”(Ibnu Majah).
Lalu, bagaimana mengatasinya?
Dalam Dhammapada dikatakan:
“Kalahkan kemarahan dengan cintakasih; kalahkan kejahatan dengan kebajikan; kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati; kalahkan kebohongan dengan kejujuran(Kodha Vagga :3)”
Hal senada juga diungkapkan dalam riwayat Ibnu Abid Dunya dikatakan:”....Jika engkau dengki, janganlah berbuat lalim”.
b. Mewasapadai Tamak, Lalai dan Kemelekatan akan nafsu
”Seseorang yang hidupnya hanya ditujukan pada hal-hal yang menyenangkan, yang inderanya tidak terkendali, yang makannya tidak mengenal batas, malas serta tidak bersemangat, maka Mara (Penggoda) akan menguasai dirinya. bagaikan angin yang menumbangkan pohon yang lapuk” (Yamaka Vagga:8).
Seseorang yang terbuai ketamakan akan menyebabkan kekikiran dalam dirinya sehingga kekikirannya menyebabkan kehancuran baginya baik di dunia maupun akhirat. Diriwayatkan bahwasanya iblis memberi nasehat kepada Nabi Musa,”...Jauhilah kikir, karena merusak kehidupan dunia dan akhirat pelakunya”. Hal ini di terangkan dalam Minhajul Qashidin pada Bab Celaan terhadap Amarah, Dengki, dan Iri.
Berikut ini penjelasan dalam Dhammapada:
Mereka yang tidak lagi mengumpulkan harta duniawi, yang sederhana dalam makanan, yang telah mencapai "Kebebasan Mutlak", maka jejak mereka tidak dapat dilacak, bagaikan burung-burung di angkasa 7:3
Janganlah melekat pada apa yang dicintai ataupun tak dicintai. Perpisahan dengan apa yang dicintai adalah suatu penderitaan. Perjumpaan dengan apa yang tak dicintai juga merupakan penderitaan 16:2
Di dunia ini, apabila seseorang dikuasai oleh keinginan kotor dan beracun, kesedihan niscaya berkembang bagaikan rumput Birana yang tumbuh subur karena tersirami air hujan. 24:2
Tetapi, barangsiapa dapat mengalahkan keinginan yang sukar dikalahkan itu, kesedihan niscaya berlalu darinya seperti butir air yang jatuh dari daun teratai. 24:3
Seseorang yang menjadi budak nafsu niscaya terjatuh ke dalam arus keinginan seperti laba-laba yang terjatuh ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri. Setelah menghentikan arus keinginan ini, orang bijak terlepas dari kerinduan dan terbebas dari segala penderitaan. 23:14
Bagi orang yang kacau pikirannya, bernafsu besar, dan melekat pada keindahan; keinginan niscaya kian berkembang. Sesungguhnya ia membuat belenggu semakin kuat. 24:16
c. Mewaspadai Sombong, Angkuh,dan Cinta Ketenaran
Orang bodoh mendapat pengetahuan dan kemashuran yang menuju kepada kehancuran, Pengetahuan dan kemashurannya itu akan menghancurkan semua perbuatan baiknya, dan akan membelah kepalanya sendiri (Balla Vagga:14)
Hal ini selaras dengan sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Muslim tentang tigaorang yang diadzab terlebih dahulu ke dalam neraka, sebabnya sama yaitu mereka ingin dikenal oleh manusia.
Budha pun memerintahakan: ”Cabutlah kegandrungan pada diri sendiri seperti memetik bunga teratai putih di musim gugur”. Magga Vagga:13
d. Malas Vs Semangat dan Bersegera
Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi malas dan tidak bersemangat, maka sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang berjuang dengan penuh semangat 8:13
Malas, adalah sumber kehancuran. Betapa banyak waktu dan kesempatan yang terbuang sia-sia karena malas, Rasulullah mnegabarkan,”Sesunguhnya ilmu diperoleh dengan sungguh-sungguh belajar, dan sikap sabar diperoleh dengan latihan sabar. Barangsiapa berusaha keras mencari kebaikan maka ia akan memperoleh kebaikan..(Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi)”2
Orang dungu yang doyan makan, bermalas-malasan, dan suka tidur menggeliat di tempat tidur seperti babi yang dipupuk makanan niscaya akan terlahirkan kembali tiada henti (23:6). Yahya bin Abi Katsir berkata,”Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang dimanjakan”3
Bergegaslah dalam berbuat kebajikan, dan cegahlah pikiran dari kejahatan. Kelambanan dalam berbuat kebajikan akan membuat pikiran bergembira dalam kejahatan (Papa Vagga:1), dalam al-Quran dikatakan,” mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya(al-Mukminun:61)”
e. Dzalim Vs Adil
Semua makhluk mendambakan kebahagiaan. Barangsiapa mencari kebahagiaan bagi diri sendiri dengan menganiaya makhluk lain, setelah kematiannya ia niscaya tak akan memperoleh kebahagiaan. Semua makhluk mendambakan kebahagiaan. Barangsiapa mencari kebahagiaan bagi diri sendiri dengan tidak menganiaya makhluk lain, setelah kematiannya ia niscaya akan memperoleh kebahagiaan 10:3-4
Dalam Islam dilarang untuk berbuat kedzaliman, bahkan dalam Arabain Nawawi, Allah mengharamkan atas kita perbuatan dzalim,”Wahai hamba-hambaKu sesungguhnya Aku mengharamkan atas diriKu untuk berbuat dzalim, maka Kuharamkan pula untuk kalian,maka janganlah kalian berbuat dzalim”.
Sang Budha memperingatkan bahaya berbuat dzalim dalam Dhammapada bab Danda Vagga (10):
Orang yang menganiaya mereka yang tak mencelakai, dan menjatuhkan hukuman terhadap mereka yang tidak bersalah, niscaya akan segera mendapat salah satu dari sepuluh akibat sebagai berikut: 10:9
...Menerima penderitaan jasmaniah yang berat, mengalami kemerosotan, tercelakai jasmaninya, menderita sakit keras, sakit jiwa. 10:10
Ditindak raja, mendapat tuduhan berat, kehilangan sanak keluarga, harta bendanya habis ludes. 10:11
Atau rumahnya musnah terbakar api, dan setelah meninggal dunia, orang dungu itu niscaya akan masuk neraka 10:12
Dalam hal pengadilan juga disampaikan: Seseorang yang mengadili suatu kasus dengan gegabah [prasangka sepihak] tidaklah dapat dijatakan sebagai orang adil. Orang bijak menyidik secara sakmana baik yang benar maupun yang salah.(Dhammatta Vagga:1). Dalam al-Quran Allah berfirman,” Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”(al-Maidah:6)
f. Kejujuran, Perkataan yang Baik dan Lemah Lembut Vs Dusta dan Kasar
Daripada seribu kata yang tak berarti, adalah lebih baik sepatah kata yang bermanfaat, yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya 7:1
Daripada seribu bait syair yang tak berguna, adalah lebih baik sebait syair yang berguna, yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya 7:2
Daripada seribu bait syair yang tak bermanfaat, adalah lebih baik satu kata Dhamma, yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya 7:3
Apabila dapat berdiam diri seperti gong pecah, Engkau berarti telah mencapai Nibbana. Tak ada lagi ucapan pelampiasan dendam dari dalam dirimu 10:5
Tidak ada kejahatan yang takdapat dilakukan oleh orang yang melanggar sila keempat, yang suka berdusta, yang melecehkan kehidupan mendatang 13:10
Orang yang suka berdusta niscaya masuk neraka. Demikian pula orang yang memungkiri apa yang telah diperbuatnya dengan berkilah "Saya tak melakukannya." Kedua jenis orang berkelakuan rendah ini mempunyai keadaan yang sama dalam kehidupan mendatang 22:1
Ia yang berbicara lemah-lembut, jelas, jujur, dan tak membuat orang lain tersinggung; Saya sebut 'brahmana' 26:26
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan pada semua perkara." (HR Bukhari dan Muslim).
Juga, sabda beliau, "Tidaklah kelemahlembutan itu terdapat pada sesuatu kecuali akan mengiasinya, dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali akan merusaknya." (HR Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Hibban)
g. Mengamalkan Ilmu dan Jangan Meremehkan Amal
Allah Subhanahuwata’ala berfirman,” Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (as-Shaf:3)
Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai ajaran, maka orang lengah itu, sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tak akan memperoleh, manfaat kehidupan suci. Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidaktahuan, memiliki pengetahuan benar, dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun, baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh, manfaat kehidupan suci (Yamaka Vagga (1):19-20)
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tidak bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang tidak melaksanakannya (Puppha Vagga(4):8)
Bukan bentuk dzahir yang dilihat, namun perilaku, batin dan pikiran yang benar itulah yang menjadi tolak ukur.
Bukanlah karena bertelanjang bulat, berkonde, bertiduran di atas lumpur, berpuasa, bertiduran di tanah, membasuh tubuh dengan debu, duduk berjongkok; seseorang yang masih belum terbebas dari keraguan dapat menjadi suci 10:13
Meskipun berdandan dan memakai perhiasan, apabila bertingkah laku benar, tenang batinnya, telah melatih diri, yang mapan [dalam Jalan], menempuh hidup suci nan mulia, tidak menganiaya semua makhluk; seseorang dapat disebut sebagai brahmana, pertapa ataupun bhikkhu. 10:14
Wahai orang dungu, apa manfaatnya Engkau berkonde dan mengenakan jubah dari kulit binatang? Bagian luarmu saja yang bergemerlapan, namun batinmu masih kotor. 26:12
Janganlah meremehkan kejahatan walaupun kecil dengan mengatakan bahwa "Itu tidak akan memberikan akibat apa pun." Ibarat tempayan yang dapat terpenuhi oleh air yang jatuh setetes demi setetes, demikian pula orang dungu sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan. Janganlah meremehkan kebajikan walaupun kecil dengan mengatakan bahwa "Itu tidak akan membuahkan pahala apa pun." Ibarat tempayan yang dapat terpenuhi oleh air yang jatuh setetes demi setetes, demikian pula orang bijak sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kebajikan. ( Papa Vagga (9):6-7)
h. Yakin dan Tenang
Orang yang pikirannya tidak teguh, yang tidak mengenal ajaran yang benar, yang keyakinannya selalu goyah, orang seperti itu tidak akan sempurna kebijaksanaannya (Citta Vaga(3):6)
Yaqin merupakan bagian dari iman, tak ubahnya kedudukan roh dari badan, jika sabar berpasangan dengan yakin maka kan lahir kepemimpinan dalam agama, sebgaimana firman Allah,
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami (as-Sajdah:63)
Bagaikan tanah, demikian pula orang suci. Tidak pernah marah, teguh pikirannya bagaikan tugu kota (indakhila), bersih tingkah lakunya bagaikan kolam tak berlumpur. Bagi orang suci seperti ini tak ada lagi siklus kehidupan. 7:6
Orang suci yang memiliki pengetahuan sejati, yang telah terbebas, damai dan seimbang batinnya, maka ucapan, perbuatan serta pikirannya senantiasa tenang. 7:7
Ia yang tak mencemasi apa yang lampau, mendatang dan sekarang; ia yang terbebas dari kecemasan dan kemelekatan ini Saya sebut 'brahmana' 26:39
yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram ()ar-Ra’d 28)
Dalam buku ”Syarah adab dan Manfaat Menuntut ilmu” dijelaskan bahwa termasuk akhlak seseorang adalah berperilaku tenang dengan bersikap yang berwibawa, hendaknya seorang penuntut ilmu menjauhkan diri dari sikap yang bisa merendahkan martabatnya.4
i. Rendah Hati, Mawas Diri, dan Sabar
Ia yang selalu menghormati dan menghargai orang yang lebih tua, kelak akan memperoleh empat hal, yaitu: umur panjang, kecantikan, kebahagiaan, dan kekuatan 8:10
Mantapkan diri sendiri terlebih dahulu dalam kebajikan yang patut, baru kemudian mengajar orang lain. Dengan bertindak demikian, orang bijak tidak akan membuat noda bagi dirinya. 12:2
Sebagaimana mengajar orang lain, demikian pula seseorang hendaknya berbuat bagi dirinya. Setelah dapat melatih diri sendiri, baru layak melatih orang lain karena sesungguhnya diri sendirilah yang [paling] sulit dilatih. 12:3
Oleh diri sendiri kejahatan diperbuat. Karena diri sendiri seseorang menjadi ternoda. Oleh diri sendiri kejahatan tak diperbuat. Karena diri sendiri seseorang menjadi suci. Kesucian atau ketaksucian adalah milik masing-masing. Tak seorang pun dapat menyucikan orang lain. 12:9
Kemenangan membangkitkan kebencian, sedangkan pihak yang kalah hidup dalam penderitaan. Dengan menanggalkan kemenangan dan kekalahan, seseorang yang batinnya penuh kedamaian niscaya hidup berbahagia. 25;17
Bersikaplah ramah-tamah dan sopan santun. Karena kebajikan tersebut, Engkau dipenuhi kegembiraan dan pada akhirnya terbebas dari penderitaan.
Barangsiapa tak gusar, tahan celaan, deraan dan hukuman; ia yang memiliki kesabaran sebagai laskarnya ini Saya sebut 'brahmana'. 26:17
”... dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (al-Baqarah: 177)”.
j. Taubat
Apabila telah [telanjur] berbuat jahat, seseorang hendaknya tidak mengulangi kejahatan itu. Jangan pula membangkitkan kepuasan atas kejahatan itu. Sebab, penimbunan kejahatan mengakibatkan penderitaan.(Pappa Vagga:2)
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu'adz bin Jabal Ra, menerangkan bahwa Rasulullah Saw, bersabda,
Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada. Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji."
(HR. Tirmidzi ia berkata, "ini adalah hadist hasan" dan disebahagian kitab ini adalah hadist hasan shahih)
Barangsiapa menanggalkan kejahatan yang pernah dilakukannya dengan berbuat kebajikan niscaya menerangi dunia ini bagaikan bulan yang terbebas dari awan. 11:10
k. Pemberani
Ia yang perkasa, mulia, pemberani, pencari kebajikan tertinggi, penakluk, terbebas dari kdinginan, suci, dan telah meraih Pencerahan; Saya sebut 'brahmana'. 26:40
Sikap kesatria adalah termasuk sikap muru’ah5. Keberanian adalah melangkah maju pada saat mengharuskan kita maju, sehingga keberanian haruslah dilandasi dengan pikiran yang jernih dan matang,jangan sampai keberanian menimbulkan perkara-perkara yang merusak.
m. Anjuran Untuk Memilih Teman
Apabila dalam pengembaraan seseorang tak menemukan sahabat yang lebih baik atau sebanding dengan dirinya, maka hendaklah ia tetap melanjutkan pengembaraannya seorang diri. Janganlah bergaul dengan orang bodoh 5:2
Seandainya seseorang bertemu orang bijaksana yang mau menunjukkan dan memberitahukan kesalahan-kesalahannya, seperti orang menunjukan harta karun, hendaklah ia bergaul dengan orang bijaksana itu. Sungguh baik dan tidak tercela bergaul dengan orang yang bijaksana. 6:1
Jangan bergaul dengan orang jahat, jangan bergaul dengan orang yang berbudi rendah, tetapi bergaullah dengan sahabat yang baik, bergaullah dengan orang yang berbudi luhur. 6:3
Karena itu,-- Ikutilah orang bijak yang arif, berpengetahuan luas, senantiasa menunaikan tugasnya, bersusila, terbebas dari noda batin, bajik, dan bijaksana, bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang.
15:12
Dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim dikatakan:
وأما اختيار الشريك، فينبغى أن يختار المجد والوراع وصاحب الطبع المستقيم المتفهم، ويفر من الكسلان والمعطل والمكثاروالمفسد والفتان.
Tentang memilih teman, hendaklah memilih yang tekun, waro, bertabiat jujur serta mudah memahami masalah. Menyingkiri orang pemalas, penganggur, banyak bicara, suka mengacau dan gemar memfitnah.
Nabi juga pernah berpesan dalam pertemanan ibarat kita berteman dengan penjual minyak wangi dengan pandai besi, Beliau juga pernah mengatakan “Seseorang itu tergantung agma sahabatnya maka perhatikanlah temandekatnya”
Apabila memperoleh sahabat yang cocok dengan dirinya, berprilaku baik, pandai dan arif, seseorang hendaknya pergi ke mana-mana bersamanya dengan senang hati, penuh penyadaran jeli, dan dapat mengatasi segala marabahaya.
23:9
B. Metode-Metode Pendidikan Dalam Al-Quran dan Dhammapada
a.Metode Pendidikan Dalam Al-Quran
Dalam buku Fikif Pendidikan karya Drs. Heri Jauhari Muchtar ada enam metode Pendidikan Qurani, yaitu: metode amtsal, metode kisah qurani (qishah), metode ibrah mauizah, metode trghib-tarhib, metode tajribi, dan metode uswah hasanah.
Arti dari amtsal adalah membuat sebuah perumpamaan dan perbandingan untuk melakukan pendekatan kepada audien, agar informasi yang disampaikandapat dicerna dengan baik. Metode amtsal memberi perumpamaan dari perkara yagn abstrak kepada hal lain yang lebih bersifat konkrit.
Contoh metode ini dapat dilihat dalam Surat Al Baqarah ayat 17, yaitu:
”Perumpamaan mereka adalah seperti orang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya: Allah hilangkan cahaya mereka, dan membiarkan mereka dalamkegelapan”
Metode kisah qurani, adalah pemberitaan Al Quran mengenai peristiwa-peristiwa umat yang telah lalu, nubuwat, dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Firman Allah Ta’ala: ”Kisah-kisah dalam alQuran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akantetapimembenarkan terhadap kitab-kitab sebelumnya. Dan alQuran itu menjelaskan tentang segala sesuatu, dan sebaagi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman ” (QS. Yusuf:111).
Sebagai contoh, dalam Q.S Al Qashash () 76-81, Allah memberi pelajaran contoh orang yang tercela:
Artinya: (76). Sesungguhnya Karun adalah Termasuk kaum Musa, Maka ia Berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". (77). Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (78). Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.(79). Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".(80). Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar".(81). Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
Cerita ataupun kisah sebagaimana di atas bisa dijadikan contoh dari teknik pendidikan. Allah menggunakan berbagai cerita; cerita sejarah faktual yang menampilkan suatu tokoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar manusia bisa berfikir dan mengambil pelajaran dari kisah tersebut.
Metode Ibrah Mauizah (Nasehat)ialah suatu cara yang dapat membuat kondisi psikis seorang siswa menetahui intisari perkara yang mempengaruhi perasaaannya, yang diambildari pengalaman orang lain atau pengalaman hidupnya sendiri,sehingga sampai pada tahap perenungan yang membuahkan pengamalan akan kebajikan.
Diantara ayat-ayat yang berkaitan dengan nasihat adalah nasihat para nabi terhadap kaumnya. Sebagaimana Nabi Saleh menasihati kaumnya dalam Q.S. al-A’raf (7):79
Artinya: 79. Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat”.
Pada ayat ini, nasihat diberikan kepada satu kaum yang terlihat melanggar perintah Allah. Kaum tersebut terkena bencana karena tidak mengindahkan nasihat tersebut. Nasihat pada umumnya diberikan kepada orang yang menyimpang. Jika nasihat ini dikaitkan dengan dengan metode, maka menurut al-Qur’an metode itu hanya diberikan kepada mereka yang melanggar peraturan, . dengan demikian, metode nasihat tampaknya lebih ditunjukan kepada murid-murid atau peserta didik yang malanggar peraturan. Ini menunjukan dasar fisikologis yang kuat karena pada umumnya orang tidak menyenangi nasihat, apalagi apabila nasihat itu ditunjukan kepada pribadi tertentu.
Metode targib-tarhib adalah strategi atau cara untuk meyakinkan siswa terhadap kekuasaan Allah melalui janji-Nya, disetai bujukan, rayuan dan ancaman. Seperti dalam surat Ali Imran ayat 134, Allah berjanji akan mencintai orang-orang yang berbuat baik, firman Allah:” yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Adapun yang berupa ancaman Allah berfirman,” Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (alBaqarah 279)
Metode tajribi merupakan latihan pengalaman dan pembiasaan yang diisyaratkandalam Al Quran. Allah dan RasulNya telah memberikantuntunan unutk menerapkan sesuatu perbuatan dengan cara pembiasaan.
Metode Uswah Hasanah (keteladanan), yaitu memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam Q. S. Al Ahzab (33):21 Allah menyatakan bahwa:
Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu….”
Dalam al-Qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata (أسرة) yang kemudian diberi kata sifat (حسنة). Kata (أسرة) diulang dalam al-Qur’an sebanyak 6 kali dengan mengambil contoh dari nabi. Dalam surat al-Ahzab diatas, merupakan bukti adanya metode keteladanan dalam pengajaran. Muhammad Qutb misalnya, mengisyaratkan bahwa di dalam Nabi Muhammad adalah contoh yang baik dan ini merupakan suatu metodologi dalam pengajaran. Bahwa harus mancontoh Nabi baik segi akhlak dalam bermasyarakat maupun dalam beribadah kepada Allah.
Masih banyak lagi metode-metodeyang terkandung dalam Alquran yang perlu untuk digali.
b.Metode Pendidikan Dalam Dhammapada
Tidak banyak ragam metoed yang dijumpai dalam Dhammapada ini. Tidak jauh berbeda denga metode Qurani, seperti metode perumpamaan, nasehat dan trgib-tarhib.
Untuk perumpamaan dapat italihat misalnya dalam syair Yamaka Vagga : 7-8 yang berbunyi:
Subhnupassim viharantam
indriyesu asamvutam
bhojanamhi amattaum
kustam hnavriyam
tam ve pasahati mro
vto rukkham va dubbalam
Asubhnupassim viharantam
indriyesu susamvutam
bhojanamhi ca mattaum
saddham raddhavriyam
tam ve nappasahati mro
vto selam va pabbatam
Seseorang yang hidupnya hanya ditujukan pada hal-hal yang menyenangkan, yang inderanya tidak terkendali, yang makannya tidak mengenal batas, malas serta tidak bersemangat, maka Mara (Penggoda) akan menguasai dirinya. bagaikan angin yang menumbuk. Seseorang yang hidupnya hanya ditujukan pada hal-hal yang menyenangkan, yang inderanya tidak terkendali, yang makannya tidak mengenal batas, malas serta tidak bersemangat, maka Mara (Penggoda) akan menguasai dirinya. bagaikan angin yang menumbangkan pohon yang lapuk.
Untuk nasehat misalnya dapat dilihat Citta Vagga 6-7, yang berbunyi:
Orang yang pikirannya tidak teguh, yang tidak mengenal ajaran yang benar, yang keyakinannya selalu goyah, orang seperti itu tidak akan sempurna kebijaksanaannya.
Kisah »
Orang yang pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu dan kebencian, yang telah mengatasi keadaan baik dan buruk, di dalam diri orang yang selalu sadar seperti itu tidak ada lagi ketakutan.
Adapun ancaman misalnya:
Danda Vagga (10):
Orang yang menganiaya mereka yang tak mencelakai, dan menjatuhkan hukuman terhadap mereka yang tidak bersalah, niscaya akan segera mendapat salah satu dari sepuluh akibat sebagai berikut: 10:9
...Menerima penderitaan jasmaniah yang berat, mengalami kemerosotan, tercelakai jasmaninya, menderita sakit keras, sakit jiwa. 10:10
Ditindak raja, mendapat tuduhan berat, kehilangan sanak keluarga, harta bendanya habis ludes. 10:11
Atau rumahnya musnah terbakar api, dan setelah meninggal dunia, orang dungu itu niscaya akan masuk neraka 10:12
Kesimpulan
Bahwa banyak persamaan antara Budha-Islam dalam segi moralitas dan juga memiliki kesamaan dalam metode pendidikan,meskipun metode yang ditawarkan Islam lebih banyak dan bervariasi.
DATAR PUSTAKA
Abdul Qadir, Yazid,2010, Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu, Cetakan II, Bogor: Pustaka At-Taqwa
Jauhari, Heri, 2008, Fikih Pendidikan, Cetakan II, Bandung: PT. Remaja ROsdakarya
Qudamah, Ibnu, 2006, Minhajul Qashidin, Jalan Orang-orang yang MendapAt Petunjuk, terjemah Kathur Suhardi, Cetakan XII, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar
al-Utsaimin, Shaleh,2005, Syarah Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu, terjemahan Ahmad sabiq, Cetakan I, Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi'i
Dhammapada, penerbit: Yayasan Bandung Sucinno Indonesia dan Yayasan Banten Dhammaviro
Abdul Qadir, Yazid,2010, Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu, Cetakan II, Bogor: Pustaka At-Taqwa
Jauhari, Heri, 2008, Fikih Pendidikan, Cetakan II, Bandung: PT. Remaja ROsdakarya
Qudamah, Ibnu, 2006, Minhajul Qashidin, Jalan Orang-orang yang MendapAt Petunjuk, terjemah Kathur Suhardi, Cetakan XII, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar
al-Utsaimin, Shaleh,2005, Syarah Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu, terjemahan Ahmad sabiq, Cetakan I, Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi'i
Dhammapada, penerbit: Yayasan Bandung Sucinno Indonesia dan Yayasan Banten Dhammaviro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata