[Kerahkan Seperempat Tenaga Dalammu Membaca Ini!] - Vol 1
Kalau disebut nama “Abu Hatim al-Busty”, mungkin sebagian besar kita tidak kenal, atau bisa jadi bagi kawan yang pernah mendengarnya, akan mengira ia sama dengan Abu Hatim ar-Razy (w. 277 H), dan bagi yang pernah mendengar kata ar-Razy, bisa jadi justru mengira Abu Hatim ar-Razy adalah sang ar-Razy yang biasa kita dengan Fakhr ad-Diin ar-Razy (w. 606 H), penulis kitab tafsir ‘Mafaatiih al-Ghayb’ atau juga dikenal sebagai ‘at-Tafsiir al-Kabiir’. Nah, belum lagi ternyata ada pula yang disebut Ibnu Aby Hatim ar-Razy (w. 327 H).
Dan ternyata semuanya berbeda. Keempatnya bukanlah orang yang sama. Kita bisa ‘terkecoh’ dengan dua hal:
[1] Nama “Abu Hatim”, dan:
[2] Nama “ar-Razy”
Jadi, ada 3 Abu Hatim dan ada 3 ar-Razy, yang kesemuanya ada 4 orang. Dan jika kita tidak mau mengecek manakah yang dimaksud, akan benar-benar terkecohlah kita.
Jika berkenaan dengan tafsir, Ushul Fiqh dan Mantiq, maka kemungkinan besar: Fakhr ad-Diin ar-Razy!
Jika berkenaan dengan ilmu Hadits, maka Abu Hatim ar-Razy, Ibnu Aby Hatim ar-Razy dan Abu Hatim al-Busty lah yang tergolong! Namun, siapa di antara ketiganya yang dimaksud? Nah!
Sebelum saya lanjut ke biografi singkat mengenai ketiganya, sebenarnya masih ada ar-Razy lainnya: Abu Zur’ah ar-Razy (w. 264 H) seorang ulama hadits, Abu Bakr ar-Razy (w. 313 H) seorang dokter dan filosof, Zayn ad-Diin ar-Razy (w. 666 H) seorang ulama bahasa. Agar tidak melebar jauh ke sana, maka kita cukupkan pengenalan singkat terhadap 3 nama sebelumnya, yakni Abu Hatim ar-Razy, Ibnu Aby Hatim ar-Razy dan Abu Hatim al-Busty. Nah, mereka adalah:
[1] Abu Hatim ar-Razy (w. 277 H)
Beliau adalah Muhammad bin Idris bin al-Mundzir bin Daud. Tergolong imam di bidang Jarh wa Ta’dil, sezaman dengan al-Bukhary (w. 256 H) dan Muslim (w. 261 H).
[2] Ibnu Aby Hatim ar-Razy (w. 327 H)
Cukup ditambah ‘Ibnu’ di atas, seharusnya pembaca sudah tahu dong siapa beliau. Ya, beliau adalah anaknya Abu Hatim ar-Razy. Nama beliau adalah Abdurrahman. Berarti: Abdurrahman bin Muhammad bin Idris bin al-Mundzir bin Daud. Beliau tergolong seperti ayahnya, yakni: pakar dalam ilmu Hadits, terkhusus di cabang Jarh wa Ta’dil. Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan dalam “Minhah al-Allam” (1/21) mengatakan: ‘Anda akan melihat: hampir setiap lembaran dari karya Ibnu Aby Hatim ar-Razy terdapat pendapat atau riwayat ayahnya.’
[3] Abu Hatim al-Busty (w. 354 H)
Nah, ini dia yang bisa jadi teka teki siapa sebenarnya beliau. Sebenarnya beliau ini sering sekali hadir di kitab-kitab, terutama kitab hadits. Beliau ulama hadits, memiliki kitab “Shahih”. Beliau juga menulis kitab-kitab lain berjudul “ats-Tsiqaat”, “al-Majruuhiin”, “as-Siirah an-Nabawiyyah wa Akhbaar al-Khulafaa’, dan yang paling ‘enak’ dicerna oleh kita-kita sebagai pelajar pemula adalah kitab:
“Rawdhah al-Uqalaa’ wa Nuzhah al-Fudhalaa”
Nah, pertanyaan dari saya untuk para pembaca –hafizhakumullaah-:
“Sebutkan nama masyhurnya beliau!”
(Silakan cari jawaban di manapun, dan bangkitlah! Belajarlah untuk tidak selalu inginnya di-talqin dan disuapi saja. Zaadakumullaahu ilma!)
Kalau disebut nama “Abu Hatim al-Busty”, mungkin sebagian besar kita tidak kenal, atau bisa jadi bagi kawan yang pernah mendengarnya, akan mengira ia sama dengan Abu Hatim ar-Razy (w. 277 H), dan bagi yang pernah mendengar kata ar-Razy, bisa jadi justru mengira Abu Hatim ar-Razy adalah sang ar-Razy yang biasa kita dengan Fakhr ad-Diin ar-Razy (w. 606 H), penulis kitab tafsir ‘Mafaatiih al-Ghayb’ atau juga dikenal sebagai ‘at-Tafsiir al-Kabiir’. Nah, belum lagi ternyata ada pula yang disebut Ibnu Aby Hatim ar-Razy (w. 327 H).
Dan ternyata semuanya berbeda. Keempatnya bukanlah orang yang sama. Kita bisa ‘terkecoh’ dengan dua hal:
[1] Nama “Abu Hatim”, dan:
[2] Nama “ar-Razy”
Jadi, ada 3 Abu Hatim dan ada 3 ar-Razy, yang kesemuanya ada 4 orang. Dan jika kita tidak mau mengecek manakah yang dimaksud, akan benar-benar terkecohlah kita.
Jika berkenaan dengan tafsir, Ushul Fiqh dan Mantiq, maka kemungkinan besar: Fakhr ad-Diin ar-Razy!
Jika berkenaan dengan ilmu Hadits, maka Abu Hatim ar-Razy, Ibnu Aby Hatim ar-Razy dan Abu Hatim al-Busty lah yang tergolong! Namun, siapa di antara ketiganya yang dimaksud? Nah!
Sebelum saya lanjut ke biografi singkat mengenai ketiganya, sebenarnya masih ada ar-Razy lainnya: Abu Zur’ah ar-Razy (w. 264 H) seorang ulama hadits, Abu Bakr ar-Razy (w. 313 H) seorang dokter dan filosof, Zayn ad-Diin ar-Razy (w. 666 H) seorang ulama bahasa. Agar tidak melebar jauh ke sana, maka kita cukupkan pengenalan singkat terhadap 3 nama sebelumnya, yakni Abu Hatim ar-Razy, Ibnu Aby Hatim ar-Razy dan Abu Hatim al-Busty. Nah, mereka adalah:
[1] Abu Hatim ar-Razy (w. 277 H)
Beliau adalah Muhammad bin Idris bin al-Mundzir bin Daud. Tergolong imam di bidang Jarh wa Ta’dil, sezaman dengan al-Bukhary (w. 256 H) dan Muslim (w. 261 H).
[2] Ibnu Aby Hatim ar-Razy (w. 327 H)
Cukup ditambah ‘Ibnu’ di atas, seharusnya pembaca sudah tahu dong siapa beliau. Ya, beliau adalah anaknya Abu Hatim ar-Razy. Nama beliau adalah Abdurrahman. Berarti: Abdurrahman bin Muhammad bin Idris bin al-Mundzir bin Daud. Beliau tergolong seperti ayahnya, yakni: pakar dalam ilmu Hadits, terkhusus di cabang Jarh wa Ta’dil. Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan dalam “Minhah al-Allam” (1/21) mengatakan: ‘Anda akan melihat: hampir setiap lembaran dari karya Ibnu Aby Hatim ar-Razy terdapat pendapat atau riwayat ayahnya.’
[3] Abu Hatim al-Busty (w. 354 H)
Nah, ini dia yang bisa jadi teka teki siapa sebenarnya beliau. Sebenarnya beliau ini sering sekali hadir di kitab-kitab, terutama kitab hadits. Beliau ulama hadits, memiliki kitab “Shahih”. Beliau juga menulis kitab-kitab lain berjudul “ats-Tsiqaat”, “al-Majruuhiin”, “as-Siirah an-Nabawiyyah wa Akhbaar al-Khulafaa’, dan yang paling ‘enak’ dicerna oleh kita-kita sebagai pelajar pemula adalah kitab:
“Rawdhah al-Uqalaa’ wa Nuzhah al-Fudhalaa”
Nah, pertanyaan dari saya untuk para pembaca –hafizhakumullaah-:
“Sebutkan nama masyhurnya beliau!”
(Silakan cari jawaban di manapun, dan bangkitlah! Belajarlah untuk tidak selalu inginnya di-talqin dan disuapi saja. Zaadakumullaahu ilma!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata