5 Feb 2012

Menciptakan suasana Belajar yang Kondusif dalam kelas



Untuk menumbuhkan jiwa semangat anak dalam belajar perlu peran seorang guru yang professional yang mempu mengangkat jati diri anak dan membawanya untuk mejjadi seorang yang semangat
dan tidak malas dalam belajar. Sering dijumpai pada peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terlebih dalam mengikuti pelajaran tertentu, peserta didik semakin malas belajar, malas pergi sekolah, dalam kelas mengantuk serta kalau tidak bercanda dengan kawan-kawan lainnya sehingga menimbulkan kegaduhan dalam kelas. Semua itu tergantung pada guru yang dapat mengolah dan mengontrol anak dalam kelas untuk terciptanya suasana belajar yang kondusif dan efektif.

Menurut penulis berdasarkan deskripsi di atas sangat diperlukan penciptaan suasana belajar yang efektif dengan memerankan guru yang professional dalam artian guru yang professional adalah yang mampu membimbing, membina, serta mengarahkan anak didik kepada yang lebih baik sesuai dengan norma-norma dan nilai ajaran agama. Selain itu mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif serta menjadi cermin dan teladan bagi anak-anak.


Peranan Guru

Peran guru di kelas, seperti disinggung di awal, adalah menyelenggarakan pembelajaran dan pengajaran yang efektif di kelas. Untuk menjalankan peran tersebut guru perlu melihat secara jeli, seperti ditulis Fuller (1969), bagaimana ia memahami siapa dirinya sendiri, tugas dan tanggung  jawabnya (responsible), serta dampak aktifitasnya (impact) bagi para siswa.

Seorang guru yang tidak diterima murid di kelasnya, entah karena karakter guru itu yang “dingin” atau tidak gaul, barangkali, akan mengalami kesulitan membangun suasana belajar yang diterima siswa di kelas. Penampilan diri yang “culun”, volume suara yang rendah, emosionalitas yang tidak stabil, dan pengalaman mengajar yang minim, acapkali menjadi sebab seorang guru tidak percaya diri berdiri tegak di depan kelas.

Guru yang pemarah, misalnya, terkadang juga merupakan upaya menyembunyikan kegelisahan dan ketidakpercayaan diri di hadapan para siswanya. Dengan cara itu, menjadi “marah”, akan menjadi cara efektif mengendalikan siswa di kelas, menurutnya.

Setiap kali ia mengajar, mungkin faktor metode atau pendekatan mengajarnya tidak menarik, lalu para siswa menjadi acuh atau bergumam satu sama lain. Spontan saja, segera sang guru itu “marah”. Guru itu, mungkin merasa aman, karena muridnya segera “tenang” dan diam seribu bahasa. Ia merasa berhasil, karena “mampu” mengendalikan para siswanya dengan cepat.

Dalam arti tertentu, guru itu mungkin “berhasil”. Pada sisi lain, ia mesti bertanya, inikah tujuan pembelajaran yang mau diarahnya?

Peran guru sangat penting, karena ia harus mengenal karakter peserta didiknya, dan sejauh mana ia dapat melaksanakan tanggung jawabnya. Yakni, tanggung jawab menyelenggarakan pengajaran yang efektif, bersama dan untuk para siswanya. Peserta didik itu membutuhkan rasa nyaman, relasi manusiawi yang akrab, dan rasa aman, yang membuat mereka memiliki ruang untuk bebas menyampaikan pendapatnya.

Di sinilah pentingnya metode mengajar seorang pendidik itu, yakni untuk mengkondisikan suasan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik.
 
dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”. Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana"

Kata yang perlu digaris bawah ialah hikmah. Hikmah itu sendiri merupakan penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.

Ayat ini secara gamblang menerangkan bahwa Allah mengajarkan kepada manusia bagaimana cara mengajar mendidik peserta didik, yang mana dalam ayat ini peserta didiknya adalah malaikat dan nabi Adam as. Dalam ayat ini Allah swt menerapkan diskusi interaktif.
Metode diskusi interaktif itu sendiri merupakan metode yang mengembangkan potensi  peserta didik untuk berlatih berfikir analisi dan solutif. (Ma’mur Asmani, Jamal. 2011: 131).

Dalam metode ini sudah tentu terjadi proses Tanya jawab antara pendidik dan peserta didik atau dengan kata lain pendidik bicara langsung dengan peserta didiknya. Metode ini akan mudah dipahami, sesuai fakta dan teratur ini akan membuat mereka lebih siap diajak berkomunikasi. (Muhammad. 2010: 83).

Sebagaimana yang dilakukan oleh Luqman kepada anaknya ia bertanya “dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".


A. Kajian mengajar anak dalam al-Qur’an

Kegiatan mengajar merupakan suatu keterampilan yang dengan sendirinya dapat dipelajari, sebagai suatu ilmu yang juga sebagai seni. Kita perhatikan seorang guru harus bersifat sebagai artis dan sebagai scientist. (Alam, Buchari. dkk. 2010: 3).

Sebagai seorang artis, guru harus dapat berperan dimuka kelas sebagaimana seorang artis yang berperan di atas panggung. Hanya bedanya seorang guru harus menumpahkan seluruh kebiasan hidupnya sebagai guru yang ditiru dan tidak memiliki cela di masyarakat.

Kemudian sebagai scientist, dalam menghadapi masalah yang timbul di depan kelas atau di sekolah, maka guru dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan cara-cara ilmiah, tidak lagi sebagaimana orang awam menghadapi cara dengan cara emosional atau jalan pintas tanpa disertai pertimbangan yang matang. Oleh sebab itu keterampilan mengajar dapat dipelajari, dilatih sehingga menjadi kebiasaan yang melekat pada diri.

Menurut M. Firdaus Zarkasi (2009), dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai tekhnik-tekhnik penyajian, atau metode mengajar. (Ma’mur Asmani, Jamal. 2011: 25).


B. Mengajar peserta didik yang efektif menurut Rasulullah saw

  Ibnu Abbas ra. Bekata, bahwa Rasulullh SAW. Bersabda,”ajarlah, permudahlah dan janganlah persulit!gembirakanlah dan jangan takut-takuti! Jika salah seorang diantara kalian marah hendaklah berdiam diri!” (HR. Ahmad dan Bukhari)

  Keteladanan yang baik membawa dampak yang baik serta dapat membawa kesan positif dalam jiwa anak. Dalam kependidikan hendaklah melakukan hal yang demikian, guru dalam ruang lingkup sekolah sangat paling banyak diikuti oleh murid dan mereka pulalah yang paling kuat menanamkan pengaruhnya ke dalam jiwa anak. Jika dalam keluarga tentu orang tualah yang paling berperan dan berpengaruh dalam kehidupan anak “maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi yahudi, nasrani, ataupun majusi.” Kata Nabi.

  Berkaitan hal tersebut, sekolah pun demikian untuk menciptakan output yang akan dilihat baik burunya dimasyarakat. Demikian perlu penciptaan suasana belajar yang handal serta eafektif untuk mencegah uotput yang buruk terutama dalam kelas agar anak mampu menerima apa yang disampaikan guru serta mampu mengaplikasikan apa yang dicontohkan guru dengan demikian. Penciptaan belajar efektif menurut Nabi yang tepat diterapkan dalam kelas sebagai berikut:

a. Menemani Anak
Rasulullah Menemani anak hampir setiap waktunya, sepeti anak paman beliau ibnu abbas yaitu ja’far. Begitu juga para sahabat, Umar menemani anaknya dan Ibnu Abbas. Zubair menyertai anaknya di medan perang untuk mengajarinya seni perang.

b. Menggembirakan hati anak
Kegembiraan punya kesan mengagumkan pada jiwa anak. Oleh karena itu Rasulullah saw. Selalu membuat anak-anak merasa gembira, yaitu dengan cara: menyambut anak dengan baik, mencium dan mencandai anak, mengusap kepala anak, menggendong dan memangku mereka, menghidangkan makanan yang baik, dan makan bersama.

c. Membangun kompetisi sehat dan memberi imbalan kepada pemenang
Pada umumnya anak suka berlomba, apalagi anak masih punya emosi yang tinggi dan potensinya masih banyak terpendam. Oleh sebab itu Rasulullah membangkitkan semangat anak dengan bersaing untuk melahirkan potensi besar yang masih terpendam dalam jiwa anak.

Pada suatu hari Rasulullah menganjurkan berlari diantara anak-anak. Beliau membariskan Ubaidillah, Abdullah, dan anak-anak Abbas lainnya. Beliau bersabda “barang siapa yang mampu membalap saya, maka dia akan mendapat hadiah ini dan itu...” maka berlari dan berjatuhanlah mereka diatas dada dan punggung beliau. Setelah itu dipegang dan diciumilah oleh beliau.

d. Memotivasi Anak
Motivasi adalah unsur penting dalam tarbiyah dan tidak boleh dispelekan, namun tidak boleh berlebih. Memberi dorongan pada anak memainkan peran penting dalam jiwa, memicu gerak positif kontruktif dan mengungkap potensi dan jati dirinya yang terpendam. Sebagai mana ia dapat mengungkap kontinuitas kerja dan mendorongnya untuk terus maju kearah yang benar.

Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sehingga beliau bersedia berlomba lari dengan anak-anak seperti dalam hadist di atas. Begitu juga Umar bin Khatab mendorong anaknya agar berani berbicara dihadapan orang tua. Setelah diberitahu Abdullah bahwa dia bisa menjawab pertanyaan nabi tentang pohon dilembah, Umar bin Khatab berkata “kenapa kamu tadi tidak mengatakannya?, kalau kamu tadi mengatakannya saya lebih menyukainya dari pada ini dan itu.“  dan Abdullah menjawab “saya tidak berani karena saya lihat bapak dan Abu Bakar diam “. Diantara dorongan baik kepada anak adalah agar anak gembira membeli buku.

e. Memberi Pujian
Pujian sangat penting dalam diri anak. Dapat menggerakkan perasaan dan emosinya sehingga cepat memperbaiki kesalahannya. Mereka bahkan menunggu-nunggu dan mendambakan pujian itu.

Pada suatu hari ada seorang laki-laki yang bermimpi tengah malam setiap kali diceritakan kepada Rasulullah, dia adalah Ibnu Umar. Maka Rasulullah saw bersabda “sebaik-baik laki-laki adalah Abdullah, seandainya dia mau shalat malam”. Sejak itu dia tidak pernah meninggalkan shalat Malam.



f. Bercanda dan bersenda Gurau dengan Anak
Canda dan gurauan bagi anak-anak membantu perkembangan jiwanya dan melahirkan potensinya yang terpendam. Rasulullah saw bersabda “barangsiapa yang punya anak kecil hendaklah diajak bercanda gurau”. (HR. Ibnu Asakir).

g. Membangun Kepercayaan Diri Anak
Rasulullah saw, menggunakan banyak cara untuk membangun rasa percaya diri anak, diantaranya adalah mendukung kemampuan anak. Membangun kepercayaan sosial anak, membangun kepercayaan ilmiah dan lain-lain.

h. Panggilan yang Baik
Bermacam-macam cara Rasulullah saw memanggil anak. Tujuannya untuk menarik perhatian dan membuat anak siap mendengar apa yang hendak dipesankan. Seperti para sahabat yang berkata kepada anak temannya dengan panggilan “hai anak saudaraku”.

Berdasarkan contoh Nabi di atas, dapat diterapkan oleh seorang guru agar lebih dekat dengan anak didik, selain itu anak didik juga dapat merasa aman dan nyaman saat menerima pelajaran. Kondisi seperti itulah yang diinginkan  oleh anak didik akan tetapi dalam praktek guru sering tidak dominan dalam mengajar, kadang sering ditonjokan teory dan materi tanpa mempertimbangkan kondisi anak, kadang pula sebaliknya lebih mengedepankan sekil tampil didepan anak secara berlebihan tetapi kurang teori dan materi.

Penerapan berdasarkan contoh di atas adalah dalam belajar tidak harus serius sehigga muncul ketegangan, jadi harus diimbangi dengan canda gurau. Agar lebih semangat anak didik bisa diberi pertanyaan umpan balik yang mendukung materi yang disampaikan dengan mengasih imbalan atau hadiah bagi yang bisa menjawab. Dari situ akan muncul keaktifan dan memacu persaingan kompetisi pemahaman anak didik. Kemudian untuk mnjadi teladan yang baik, guru bisa memberi contoh dengan panganggilan yang menyenangkan hati anak, memberi pujian dan lain-lain.




Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan:
1. Selain menguasai materi dan teori, guru harus mempunyai skill mengajar yang baik dalam kelas seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.
2. Guru menjadi panutan bagi peserta didiknya
3. Dalam menyelesaikan masalah dalam kelas guru tidak boleh semenanya atau bertindak sewenangnya ia harus menyelesaikan secara Ilmiah.
4. Untuk penerapan agar sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah di atas, guru harus dapat bertindak sesuai dengan kondisi pembelajaran.










2 komentar:

  1. sebagai guru suasana kelas yang kondusif sangat penting. Guru harus bisa menciptakan meskipun siswa yang ada terkenal biang keonaran, tetapi guru dikelas adalah penguasa tunggal, kadang-kadang guru perlu menggunakan kekuasanya untuk membuat suasana kelas yang kondusif

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju,,, cuma seorang guru itu harus mempunyai strategi jitu dalam hal ini

      Hapus

Mari kita membaca dengan hati plus mata