24 Feb 2014

Dari Jualan Donat Menjadi Sarjana

Sebuah Feature dari Yusuf Wibisono S.Pd.I



22 februari mungkin subuah momen indah untuk salah satu teman yang dapat memotivasiku (khususnya) dalam mengarungi hidup. Sikap pantang menyerahnya sangat kugagumi sejak bertemu, namanya Fery, bukan Fery Wahyudi calon kakak iparku yang Ъ jadi karena kelaan nunggu adeknya yang masih kecil, Feri donat biasa ia disapa, tubuhnya kurus, hitam manis (ngakunya sih), pendek (tinggian aku kan Fer?), Ъ ganteng2 amat sih. Maklum aku bukan pencinta sesama jenis. Asli Indonesia timur, tepatnya di Sumbawa Desa Bageloka, kecamatan Moyohulu.


Entah berapa kali Ia keluar masuk rumah sakit yang jelas hampir setahun sekali. Lumayan pinter, kalau dikelas pinter ngomongnya kadang nyambung kadang juga Ъ, entah aku yang Ъ faham atau memang ngomongnya yang ngalor ngidul aku belum pernah meneliti.
Semangatnya kuliah ngalah-ngalahin pejuang kemerdekaan ampe tidur juga dikelas bukan sekali dua kali tapi lengganannya tidur hingga  fotonya ada hampir diseluruh warga tarbiyah 2009. Lebih parah lagi terkenal juga di kalangan Bapak Ibu Dosen kalo si doi hobinya ngelar tikar donat.
Bersama sepedah ontel butut yang setia menemaninya Ia kayuh pedal menuju kampus putih nan megah tidak ada rasa malu, sungkan dan pekiwuh nyantae aja bro... Tas hitam dipunggung tangan kiri pegang HP monoponik tangan kanan pegang kotak hijau (bukan kotak hitam loh ya, hebat kan ni orang naek sepedah Ъ megang setir) tau apa isinya? Macam-macam ada dadar gulung, lumpia, onde-onde pokoknya jajanan asli Indonesia yang tak kalah penting Donat, makanya Ia sering dipanggil Feri Donat. Ia harus merelakan nama Fery digunakan calon kaka Ipar ane yang kagak jadi itu.
Feri tak pernah minder menjajakan donat dan kawan-kawanya kepada siapa saja yang membutuhkan, tidak hanya mahasiswa, dosen staff bahkan tukang parkirpun ia tawari jajanannya. Ta heran banyak kenalannya.
Tidak jarang Ia mendapat ultimatum dari salah satu dosen karena banyak mahasiswanya rebutan donatnya feri hingga lupa kalo dosen lagi cuap-cuap. Atau pas lagi di lab pada asyik makan juga asyik buang sampahnya sana sini. Mungkin bagi sebagian kita tak banyak hasil jualannya namun bukan keuntungan yang aku pedulikan tapi sikap ulet pantang menyerah dan jiwa wirausahanya yang aku kagumi. Walau sklanya kecil.
Menurut Informasi Ia juga turut membantu biaya kuliah adiknya yang juga satu PT. Keren Ъ tuh. Ampe doi juga bela-belain jadi kaum (bhasa Banjar) masjid agar bisa bantu angaran kebutuhan keluarga walaupun jaraknya bermil-mil jauhnya dari kampus (waktu itu blom jualan donat sih). Ampe doi sering banget telat la naek sepedah ontel jaraknya jauh lagi. Tapi doi semangat aja. Saking semngatnya membawa doi ke Saiful Anwar. Ahirnya pindahlah ia ke masjid lain yg lebih dekat dari kampus dan banting setir menjadi penjaja Donat.
Sekarang Feri sudah Jadi Sarjana bukan sarjana donat tapi sarjana Agama PTS terwah se Jatim اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ. Mungkin tidak ada yang tahu dulu ia adalah penjual donat yang orang tahu dia adalah salah satu sarjana dari sejumlah sarjana yang lulus priode ini. Semoga sukses slalu juga untuk kwan2 2009 yang belom pada lulus ndang cepet lulus. Indonesia membutuhkan kalian kawan.

#catatan ini sudah mendapat izin dari yang bersangkutan

cerita rujukan
Belajar Bersama Pak Amien
Mental Baja Bekal Mencapai Cita-Cita
Senandung Cinta Bersapeda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata