Oleh M. Feri El-Bageloka
Inspirasi Novel ini,
Ketika aku menulis rangkaian cerita tentang Murni, aku membayangkan seorang perempuan yang cantik dengan karakter yang sangat feminim. Cerita ini berawal ketika aku ditelpon oleh kakakku Iman Wahyudi yang mana dia berkata
"Fer, tadi aku ketemu sama cewek yang nangis tersedu-sedu karena ditinggal oleh pacarnya"
"Terus kenapa kakak tidak menolongnya?" Tanyaku
"Gak ah,,ntar aku kena masalahnya"
Terus aku terus merenung untuk membuat cerita tentang perempuan itu. Dalam novel ini semua tentang diriku kutelanjangi disini,, mulai dari cita-citaku, harapanku untuk punya pacar serta sifatku yang cenderung halus sama perempuan.
Album Cinta Murni adalah sebuah novel yang menceritakan tentang rangkaian cinta Murni, bagaimana dia dicampakkan dan bagaimana dia dicintai oleh Dahlan. Album Cinta Murni adalah sekumpulan cerita pendek yang mengupas akan kesedihan, kebahagian dan keindahan. Berikut ini adalah karakter Cerita dalam Album Cinta Murni
Oke Cukup sampai di sini dulu
Prolog
Seorang gadis cantik yang dicampakkan oleh pacarnya setelah dia dihamili, namanya Murni. Dia bingung kemana tempat dia mengadu untuk melepaskan segala kegundahan di hatinya. Secara jujur Murni ingin mendapatkan seorang pria yang begitu tulus mencintainya ketika dia ditinggalin oleh pacarnya setelah hamil. Waktu itu dia bertemu dengan Dahlan, akankah dia mendapatkan kebahagian itu. Silahkan baca ceritanya.
Tangisan Murni
Suasana menderu menghiasi kota Malang, orang sibuk dengan berbagai aktivitasnya. Seorang pemuda bernama Dahlan, tetap menarik gas sepeda motornya yang berjenis Vixion melaju kencang. Ketika tiba di depan SPBU Sekolah Tinggi Administrasi Malang, Dahlan berhenti disitu untuk menambah energi Yamaha Vixion-nya. Setelah itu Dahlan langsung berlalu dari tempat itu. Ketika asyik dan focus melaju, tiba-tiba terbesit dalam hatinya untuk membeli majalah SOCCER yang mengupas tentang berita khusus berita sepakbola, maka sudah tentu ia memutar sepeda motornya menuju Gang Tirto tempat warung Koran langganannya. Tatkala tiba di sana ia menepikan Yamaha Vixion-nya kemudian melihat dan membaca majalah yang ia cari. Ketika sedang asyik membaca majalah BOLA (Tabloid Olahraga) pelan-pelan dia mendengar suara tangisan yang baru datang lima menit tadi, lalu ia menoleh ke belakang dan terlihatlah wanita yang memakai baju bermotif batik, berwarna pink dan memakai tas hijau dicampur dengan corak warna kuning. Wanita itu berambut gelombang warna hitam terurai indah hingga bahunya. Wanita itu terus menangis tersedu-sedu. Dahlan mencoba untuk menenangkannya,
“Maaf mbak, sampean kenapa, kok nangis?” Tanya Dahlan dengan perasaan pilu
“Gak apa-apa kok mas, aku lagi galau aja” jawab Wanita itu
“Galau kenapa?” Tanya Dahlan
Wanita itu langsung diam dengan wajah menunduk
“Ayo mbak, siapa tahu aku bisa bantu” ungkap Dahlan
“Aku ditinggal oleh pacarku, setelah aku hamil dan dia tidak mau bertanggung jawab, dan saya takut pulang ke rumah mas” jawabnya dengan nada pilu
Dahlan diam sejenak, kemudian ia membayar majalah SOCCER ke kasir. Ia menoleh iba kepada wanita yang duduk di depan warung itu.
"Mbak, gimana kalau Pean ikut saya ke kontrakan?" ajak Dahlan
Kini malah wanita itu yang terdiam, dia masih ragu akan tawaran Dahlan. Sikap diam wanita cantik itu membuat Dahlan mengerti,
“Mbak, saya gak jahat kok, kalau pean tidak percaya, ada pisau di rumah untuk bacok saya, gimana?”
Wanita itu kembali terdiam, lalu ia mengangguk pelan walaupun dengan wajah yang menampakknan rasa ragu. Mereka langsung melaju kencang menuju rumah Dahlan, di tengah perjalanan mereka terdiam membisu seribu bahasa, Dahlan membuka percakapan
“Mbak, nama sampean siapa?” Tanya Dahlan
“Murni mas, sampean sendiri?” ia balik bertanya
“Dahlan”
“Mas, pean asli mana?” Tanya Murni
“Asli Sumbawa, pean?”
“Bandung”
Dahlan tidak terlalu mendengar jawaban dari Murni karena ia lagi fokus. Ternyata Murni nama gadis yang hamil itu, sungguh menyayat hati akan nasib Murni, sudah hamil tinggal oleh pacarnya. Setibanya di rumah Dahlan, bertempat di belakang Korammil Sengkaling, masuk gang tepatnya samping Masjid Al-Ma’un. Mereka tiba di rumah itu, kira-kira pukul 22.30 WIB, Dahlan pun memakirkan sepeda motornya. Sementara dilain wajah, Murni masih terbengong dengan arsitektur rumah dari Dahlan yang megah bergaya arsitektur eropa. Rumah Dahlan bak hotel bintang lima yang membuat orang betah di dalamnya, dia bertanya dalam hatinya, “Apa sih pekerjaannya?”. Tiba-tiba ada suara yang mengejutkan Murni
“Murni silahkan masuk” pinta Dahlan
“Ya mas, terima kasih” jawab Murni
Mereka pun masuk ke dalam rumah itu ketika mereka masuk Dahlan langsung menyalakan lampu rumahnya, maka terpampanglah lukisan-lukisan indah yang bercerita tentang alam dan poster Thiago Silva dan poster AC Milan. Murni masih mengamati lukisan-lukisan itu, dia bertanya
“Mas, sampean suka bola ya?”
“Kok tahu?” Tanya Dahlan balik
“Tuh ada poster tim AC Milan” jawab Murni dengan seungging senyum
“Hahaha, ya dan ntar malam ada pertandingan sepakbola antara AC Milan vs Arsenal, mau ikut nonton bareng ta?” Tanya Dahlan
“Hmm, gimana ya…. ya dah” jawab Murni "tapi dimana?” Tanya Murni
“Café Fork” jawab Dahlan singkat
Dahlan terus membimbing Murni menuju kamar yang akan ditempatinya malam itu
“Oke Murni ini kamarmu, maaf ya kalau jelek dan selamat menikmati malam indah bagimu” ucap Dahlan dengan nada yang sangat manis
“Gak apa-apa kok mas, saya suka” jawabnya dengan seungging senyum.
Murni langsung masuk dengan senyum yang mengembang di bibir, tanpa sadar hatinya berdo’a kepada sang Khalik
“Ya Allah semoga ia menjadi suamiku”
Hanyut dalam hayalan indah maklum pada saat itu hati Murni lagi bimbang tidak tahu tempat mengaduh. Seketika itu khayalan Murni langsung berkelibat di benaknya. Kala itu, Murni menjadi isteri Dhaln dan dia menjadi isteri yang taat dan patuh pada suaminya. Anak-anaknya berlari kesana kemari ini yang membuat hatinya bahagia sangat bahagia. Sambil menunggu suaminya Murni bermain bersama anak-anaknya. Tanpa terasa tertidur dengan sendirinya dan mengucapkan I LOVE YOU, MAS DAHLAN.
Nonton Bareng
Waktu menunjukkan pukul 24.00 WIB, Dahlan terbangun dari tidurnya lalu ia langsung mencuci muka dan mengambil jaket yang berlogo AC Milan. Sebelum ia berangkat tidak lupa ia membangunkan Murni. Dahlan melangkah menuju kamar Murni
“Murni, Murni bangun jadi ikut kagak” Panggil Dahlan dari luar sambil mengetuk pintu
Lama terdengar jawaban dari Murni sendiri, lima belas menit kemudian jawaban itu terdengar
“Ya mas, bentar saya keluar” Jawab Murni dengan suara yang cukup berat
“Oke, saya tunggu yaa” jawab Dahlan
“Yaaaa” sahut Murni
Untuk mengisi waktunya Dahlan langsung menyalakan TV di ruang keluarga yang diperuntukkan untuk calon keluarganya jika kelak ia berumah tangga. Setelah TV itu menyala, terpampanglah prediksi antara AC Milan VS Arsenal yang menurut para pengamat Bola bahwa 50% mereka menang.
Tak berapa lama kemudian keluar Murni dengan segala keramahan di wajahnya,
“Mas ayo berangkat”
Dahlan kaget mendengar sapaan nyaring itu, ia ternganga melihat wajah cantik itu dengan balutan senyum dua inci di bibirnya. Sementara Murni terheran dengan sikap Dahlan,
“Mas ayo” ajak Murni “saya sudah siap”
“Oke, let’s go” jawab Dahlan “Masya Allah, Ni. Kok cantik banget”
Murni hanya tersenyum mendengar pujian itu, tapi hatinya langsung bergetar hebat dan merasa terbang ke Sidratul Muntaha tetapi dia berusaha menyembunyikan getaran hatinya. Mereka langsung berangkat ke Café Fork, dalam perjalanan Murni banyak bercerita tentang dirinya dan kesukaannya dan Dahlan hanya menjadi pendengar yang setia saja. Dalam ceritanya Murni itu ternyata anak tunggal yang sangat di sayang orang tuanya sehingga tidak heran jika ia selalu bermanja diri kepada Dahlan, bahkan lebih manjanya lagi ia langsung memeluk Dahlan dengan manjanya. Tanpa sengaja candaan romantis keluar dari mulut Dahlan,
“Seandainya kamu isteriku Ni, sudah tentu saya gigit bibirmu itu”
“Apa Mas. Coba ulang” pinta Murni dengan manja
“Gak ada siaran ulang, bayar kalau mau diulang” balas Dahlan tersenyum
“Gak ah, kalau mas gigit bibir saya gak mau” jawab Murni dengan suara khas seorangg gadis yang minta diberi perhatian oleh pacarnya
“Kenapa?” Tanya Dahlan
“Sakiit” jawab Murni dengan penuh kemanjaan sambil memeluk Dahlan
Tanpa disadari kedekatan itu menambah benih-benih cinta di hati Murni. Bagaimana tidak, dengan Dahlan ia langsung mendapat semacam kasih sayang dan perlindungan yang ia harapkan dari seorang pria. Sebab selama ini Murni tidak pernah mendapatkan perhatian semacam ini. Bersama Dahlan segala macam kasih sayang dia dapatkan menurut hati nuraninya sebagai seorang perempuan. Dalam harapnya ingin sekali dia berlama menikmati kemesraan dengan Dahlan dia atas sepeda motor Vixion-nya. Secara tidak sadar Murni mengucapkan I Love You. Tapi Dahlan tidak mengubris perkataan itu karena tidak mendengarnya dan hanya fokus melihat jalan. Tidak terasa Café Fork langsung tersenyum menyambut mereka. Dahlan langsung memarkirkan sepeda motornya,
“Mas, gak apa-apa ta saya ikut pean?” Tanya Murni
“Gak usah dipikir Ni, santai aja” jawab Dahlan lalu ia menggenggam tangan Murni
Ia langsung membimbing Murni menuju bangku paling depan. Setelah itu Dahlan memesan kopi dan susu,
“Mas, kok pesan susu?” Tanya Murni heran
“Gak apa-apa Ni, itu baik untuk bayimu” jawab Dahlan
“Hmmmm” ucapnya tersenyum bahagia
Waktu menunjukkan jam 01.45 WIB semua mata tertuju kepada layar TV yang sedang menayangkan pertandingan antara AC Milan VS Arsenal. Dengan begitu Dahlan langsung berteriak bukan kepalang ketika melihat tim kesayangannya mendapat peluang tapi gagal dikonfirmasikan menjadi gol. Keasyikan berteriak tidak jelas, tanpa disadari Murni yang sedang duduk di sampingnya sudah tertidur pulas dengan posisi duduk yang kepalanya disandarkan di atas bahunya Dahlan. Ketika Dahlan menengok, ia hanya menggelengkan kepalanya dengan kelakuan lucu dan kemanjaan dari Murni, secara otomatis Dahlan sulit untuk berteriak dan berjingkrak seperti biasanya. Dengan segala keikhlasan dia menahan diri untuk tidak merokok, dia hanya membelai rambut Murni. Setelah menunggu pertandingan pertama selesai, Dahlan membangunkan Murni dengan bisikan lembut,
“Ni, ayo pulang pertandingannya sudah selesai”
“Ya ta mas” kata Murni sambil mengucek matanya
Mereka langsung bangun dan pulang menuju rumah Dahlan. Sesampainya di rumah Dahlan, tanpa basa-basi Murni langsung masuk ke dalam rumah dan tidur depan TV yang letaknya di ruang keluarga dengan hanya beralas karpet tanpa bantal, Dahlan hanya tersenyum melihat tingkah Murni,
“Murni tidur di kamar aja, karena di sini agak dingin” pinta Dahlan
“Gak apa-apa mas” jawab Murni
Mendengar jawaban itu, Dahlan membiarkan walaupun dengan berat hati. Selang lima menit kemudian dengan sendirinya Murni naik ke atas Sofa dan tidur di atas pangkuan Dahlan. Sementara Dahlan tetap menikmati pertandingan antara AC Milan dan Arsenal. Pertandingan itu selesai pada jam 03.40 WIB. Dahlan langsung tidur juga di atas Sofa bersama Murni
***
Pagi menyambut dengan senyum. Begitu Murni bangun ia kaget bercampur bahagia ketika mendapat dirinya tertidur di atas pangkuan Dahlan. Dan Dahlan masih tidur dengan posisi duduk, ingin rasanya Murni berlama menikmati kejadian itu. Tetapi ia memutuskan untuk bangun dan memasak makanan untuk Dahlan yang walaupun ia sendiri tidak tahu memasak, niatnya ingin memberi kejutan untuk Dahlan. Dia menemui pembantu Dahlan yang lagi mengepel lantai untuk bernegosiasi
Ketika ia masuk dapur, Murni bingung sendiri “apa yang akan kumasak?” hatinya bertanya. Akhirnya ia memutuskan untuk memasak Mie dan Telor. Ketika ia menggoreng telor, dia berlari menjauhi telor yang lagi tergoreng dalam wajah dan telor itu langsung gosong dengan menampakkan warna hitam pekat. Bau gosong dari telor masakan Murni langsung merasuki Hidung, sontak saja Dahlan bangun mencari bau gosong itu
“Wow, siapa yang masak, kayaknya enak nih” puji Dahlan
Murni hanya tersipu malu mendengar pujian itu, lalu ia berkilah,
“Maaf mas, telornya gosong”
“Gak apa-apa, kayaknya enak nih” kata Dahlan dan langsung menyantap makanan itu
Melihat tingkah Dahlan, Murni heran,
“Maaf mas, tolong cuci tangan dulu” pinta Murni
“Oh ya saya lupa” ucap Dahlan
Ia langsung pergi cuci tangan setelah itu mereka langsung menikmati sarapan pagi, tengah asyik sarapan tiba-tiba Dahlan berujar
“Oh ya ada yang kelupaan”
Lalu ia bergegas keluar dari ruangan itu dan masuk di kedalam kamarnya kemudian ia menyalakan musik yang keras yang beraliran R n B. Ketika Dahlan masuk ke ruangan makan ia langsung berjoged dan diiringi oleh teriakan tidak jelas laksana penyanyi keserupan. Dengan tingkah seperti itu Dahlan langsung mendapat gelak tawa super merdu dari Murni tidak hanya itu Murni juga ikut-ikutan menyemangati Dahlan bak superter sepakbola,
“Ayo mas, goyang ke kiri, ke kanan juga”
Mendapat semangat seperti itu Dahlan langsung menampakkan semangat 45 untuk melanjutkan jogednya. Karena sudah capek Dahlan langsung beristirahat menikmati sarapan pagi yang ditinggal tadi
“Murni, nanti jam 9 saya mau ke kantor, kamu gak apa-apa kan di sini sendirian?” tanya Dahlan kepada Murni
“Hmmm gak apa-apa mas, pulang jam berapa?” tanya Murni
“Biasanya jam lima sore, itupun kalau gak lembur” jawab Dahlan
“Bentar mas, pean kerja dimana sih?” tanya Murni heran
“PT, Molen 3 Warna”
“Wow, itukan perusahaan besar mas, bawa oleh untuk saya ya” pinta Murni
“Oke, aku mandi dulu ya”
Setelah itu Dahlan langsung mandi untuk bersiap-siap ke kantornya dan sehabis mandi Dahlan berpakaian rapi dan langsung berangkat ke kantornya. Ketika ia berangkat ke kantornya, Dahlan tidak mendapati di ruang dapur maupun di ruang tamu, maka ia menulis pesan di kertas
MURNI SAYA BERANGKAT DULU YA
JAGA KESEHATANMU
Setelah itu Dahlan langsung berangkat menuju perusahaan PT Molen 3 Warna tempat ia kerja. Tatkala tiba di kantornya, Dahlan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Sebelum ia masuk ke dalam ruangan itu, terlebih dahulu ia mengecek semua karyawan dan ternyata semua karyawan itu masuk semua. Setelah mengabsen satu persatu lalu ia menuju ruangan kerjanya untuk mengecek daftar kue yang telah terjual. Sambil berjalan Dahlan mengambil handphonenya dan menelepon Sukiman“Iman, kamu dimana?”tanya Dahlan
“Saya di ruangan Bendahara Boss” jawab Sukiman
“Oke, aku ke situ” kata Dahlan sembari menutup Handphonenya
Ketika tiba di depan ruangannya Sukiman, Dahlan mengetuk pintu
“Masuk” jawab Sukiman
Dahlan langsung masuk dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum, Mas Brow gimana?”. Sukiman hanya tersenyum melihat bossnya datang.
“Alhamdulillah boss omzet hari ini bertambah dan ini list barang yang terjual”
Dahlan mengambil dan melihat daftar barang yang terjual itu, terpampanglah daftar yang direkap oleh Sukiman seperti ini. Untuk mengisi waktu luangnya, Murni melihat album foto Dahlan. Di sana foto itu bercerita tentang kenang-kenangan Dahlan dari masa kecil, bagaimana dia bercengkrama dengan orang tua dan teman sebayanya. Tetapi ketika dia melihat Dahlan bersama mantannya di dalam album itu hati Murni langsung dibakar oleh rasa cemburu.
Hari Selasa, tanggal 20 September 2012
Pukul 12.00 WIB, Molen Hijau habis 100 Kotak
Pukul 04.00 WIB, Molen Biru habis 50 Kotak
Pukul 17 WIB,:
1. Molen Biru habis 30 Kotak
2.Donat habis 200 biji
3.Donut habis 300 Biji
4.Donot habis 120 biji
Melihat daftar barang yang terjual, Dahlan hanya tersenyum dan mengucapkan “Alhamdulillah, semoga rizki kita bertambah lancar”. Sukiman langsung menjawab “Amiiiin”.
“Oke, Brow aku keluar dulu ya, ingat tanggal 30 September kita rekreasi ke pantai Kuta kasih tahu teman-temanmu yang lain ya, pendaftarannya Cuma tiga puluh ribu rupiah”
“Oke boss” balas Sukiman sambil memberi hormat dengan dua jarinya
Dahlan keluar kemudian menuju ruangan tempat ia kerja. Begitu tiba di ruangannya yang langsung menghitung semua pemasukan dan pengeluaran kas perusahaannya. Selain itu Dahlan juga mencari tips agar perusahaan tidak bangkrut. Dia membaca dengan teliti dan seksama. Setelah puas membaca kemudian Dahlan menelpon Murni.
***
Di rumah Dahlan…
Kring kring kring, bunyi handphone Murni berdendang keras sementara dia sendiri dalam kamarnya lagi berdandan. Mendengar bunyi hanphonenya memanggil, Murni langsung bergegas menuju ruang keluarga tempat telepon itu memanggil,
“Halo.” Sapa Murni
“Ya, bisa bicara dengan Murni” goda Dahlan diseberang sana, padahal ia sudah tahu kalau itu kalau itu suara Murni.
“Ya, ini dengan saya” jawab Murni dengan sewot plus jutek
Dahlan menahan tawanya ketika mendengar nada itu
“Murni pasti tahu, aku adalah orang yang membawamu ke jalan asparaga”
“Mas Dahlan, ya Allah” kata Murni tidak bisa menyembunyikan kekagetannya
“Hahahaha, lagi ngapain sekarang?” Tanya Dahlan,
“Nggak ngapa-ngapain Cuma kesepian aja” jawab Murni tersenyum
“Tuh ada kucingku di situ” kata Dahlan
“Gak mau, gak enak mas, pean cepat pulang ya” pinta Murni dengan suara manja
“Kangen ya?” goda Dahlan
“Gak, Cuma sepi aja” kilah Murni cepat padahal ia sangat senang Dahlan berkata seperti itu
“Oh ya Ni, ada film baru, mau nonton ke Matos ta?” Tawar Dahlan
“Hmmm, gimana ya, ntar aja setelah mas pulang” jawab Murni dengan manjanya
“Oke” jawab Dahlan singkat
Dahlan menlanjutkan pekerjaannya dan selesai pada jam 15.00 WIB, dia langsung bergegas pulang setelah selesai dari pekerjaannya. Tapi sebelum ia pulang terlebih dahulu ia membeli buahan-buahan di tempat orang jual buah dekat terminal Landungsari.
Setelah lengkap yang ia beli Dahlan berangkat, setibanya di rumah ia membuka pintu rumahnya, tanpa sengaja ia melihat pintu kamar Murni terbuka. Dahlan langsung berniat untuk menutup, tetapi dia langsung ternganga melihat Murni tidur yang roknya, tersingkap dan kelihatan celana dalamnya. Dengan terburu-buru Dahlan menutup pintu itu dan hampir saja dia tergoda untuk menjamah tubuh indah Murni. Tapi Dahlan masih punya iman sehingga yang terjadi Dahlan hanya menutup pintu kamarnya Murni. Setelah itu Dahlan langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan menyegarkan fikirannya.
Setelah mandi Dahlan langsung mengganti pakaiannya dan saat itu dia memakai kemaja polos dipadukan dengan blazer warna cream dan dia memamkai celana jeans warna hitam sehingga menambah kesan yang sangat maskulin pada diri Dahlan. Dahlan melangkah ke ruang keluarga di sana dia melihat Murni sedang duduk dengan sadar dengan muka yang masih kelihatan malas,
“Mas” Sapa Murni dengan seungging senyum dan langsung duduk di sampingnya
“Sekarang kita ke MATOS nonton film air terjun pengantin dua” Ucap Dahlan. “Cepat mandi sana” Seru Dahlan
“Sekarang tam as?” Tanya Murni kebingungan
“Gak. Tahun depan, ya sekaranglah” Jawab Dahlan sekenanya
“Oke mas” Murni bangkit dari tempat duduknya.
Setelah semuanya beres mulai dari perlengkapannya Murni dan lain sebagainya mereka langsung pergi ke Matos. Setibanya di MATOS, terpampanglah gedung tiga lantai yang berdiri megah di hadapan Universitas Negeri Malang. Orang-orang tampaknya ramai berlalu lalang masuk ke dalamn untuk belanja ataupun untuk jalan-jalan sore. Di dalam MATOS, terdapat berbagai macam jenis barang yang diperjual belikan, mulai dari elektronik hingga kuliner bahkan permainan anak-anak kecilpun tersedia di matos.
Murni dan Dahlan langsung menuju lantai dua untuk di cinema 21 untuk menonton film. Mereka tidak teralu ramai. Sehingga mereka berdua tidak terlalu antri, ketika filmnya mulai diputar tampaknya Murni sangat tegang bahkan saking tegangnya Murni sampai mengapit tangan Dahlan karena ketakutan. Begitu dia melihat adegan horror yang menyeramkan refleks saja Murni langsung berteriak “ahhh”. Dahlan tersenyum dan diam saja melihat ketegangan Murni. Selesai menonton mereka langsung pulang ke rumah.
Malamnya….
Suasana hangat menyelimuti hati Murni, ia berusaha mempercantik diri untuk duduk di samping Dahlan di ruang santai. Ketika Murni mau ke ruangan itu, terlihat Dahlan sedang membaca Al-Quran kemudian menulis makna dari Al-Quran itu. Dengan langkah senang Murni datang ke situ
“Mas lagi ngapain?” Tanya Murni
“Biasa lagi merenung, udah makan ta, tadi di sediain oleh mbak Iyem” kata Dahlan sambil tetap memperhatikan Al-Quran
“Udah mas, oh ya mas gimana penampilanku?” Tanya Murni
“Hmm, cantik kok tapiiii…..” kata Dahlan
“Tapi apa?” Murni “jangan bikin saya penasaran, Mas”
“Tai matamu masih banyak, hahahaha” kata Dahlan tertawa
“Masa mas,”kata Murni keheranan
“Ia” jawab Dahlan singkat sambil menatap Murni dengan tatapan beda dari pada biasanya
Murni tidak tahan terus membalas tatapan itu ia langsung mengusap matanya dan bertanya “mas, masih ada ta?”
Melihat Murni panik seperti itu tergelitik di hati Dahlan untuk menggoda Murni dengan asal menunjuk mata sebelah kirinya. Setelah tahu bahwa Dahlan sengaja menggodanya Murni pura-pura cemberut. Dahlan hanya tersenyum memandang wajah Murni cemberut seperti itu,
“Mas jahaaat” ujar Murni
“Hahaha, gak apa-apa, kalii” Dahlan tersenyum
Mereka langsung berbincang banyak hal tentang kehidupan mereka masing-masing. Di tengah asyik berbincang, tiba-tiba Murni bertanya “mas, saya penasaran dengan dirimu?”
“Kenapa?” Tanya Dahlan
“Sebenarnya pekerjaan mas apa sih, kok kayak santai aja?”
“Ntar kamu tahu, sekarang ayo kita istirahat”
Dahlan dan Murni langsung beranjak dari tempat itu dan masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Ia menoleh sebentar dan berujar
“Ni, ingat akhir bulan September kita ke Bali untuk liburan”
“Oke mas” jawab Murni dengan tersenyum kalem
Hati murni langsung tersirami dengan berseminya bunga-bunga cinta di hatinya. Dia baru tidur setelah jam menginjak angka satu.
Bulan September, 30-2012
Pagi menyambut dengan hangat, jam menunjuk angkat 06.00 WIB. Dahlan langsung menelepon Sukiman,
“Halo boss” balas Sukiman dari seberang sana
“Man, jangan lupa kordinir teman-temanmu itu, bahwa kita berangkat pada jam tujuh tepat, gak ada jam karet oke” kata Dahlan
“Oke, boss, bereesss” ujar Dahlan
“Oke aku tunggu”
Begitu menginjak jam Dahlan langsung bergegas setelah mandi, sementara Murni dari tadi sudah menunggu di ruang tamu untuk berangkat ke Perusahaannya Dahlan. Begitu Dahlan muncul di ruang tamu, Murni langsung bertanya
“Mas, sekarang ta?”
“Ya, ayo” kata Dahlan
Mereka langsung berangkat ke Perusahaan Dahlan, lewat jalan Ahmad Yani. Tatkala di perusahaan itu, seribu karyawannya telah berkumpul dan menyambut Dahlan. Para karyawan langsung berkumpul jadi satu, Dahlan langsung memberi arahan ataupun semacam nasehat dan sambutan,
"Ya" jawab mereka
"Boss inin pacar sampean ta?" tanya Jodi salah satu karyawan Dahlan
"Hmm, sahabat terbaikku" jawab Dahlan sekenanya
"Huuuh" teriak para karyawan Dahlan sepontan
Lama berselang Dahlan, lalu berbicara panjang lebar. Setelah itu dia dan karyawannya langsung berangkat ke Bali, naik Bus Titian Mas yang telah di booking (pesan) oleh Sukiman, seminggu sebelum berangkat. Senja menjelang Maghrib, perjalan itu memakan waktu tiga jam. Begitu tiba di Bali, suasana alam yang hangat langsung menyambut kami. Hamparan pepohonan dipinggir jalan menari ditiup angin sepoy-sepoy, iringan musik alam dan deru mobil tidak kalah serunya menghiasi kota Bali, Bus kita langsung menuju pantai
"Man, Hotelnya sudah di Booking ta?" Tanya Dahlan
"Beres boss" jawabnya santai
Begitu bus menginjak Pantai Kuta, kita lansung turun dari bus. Alangkah terkejut Dahlan ketika melihat keindahan pantai Kutai Bali. Pantai itu di balut pasir putih, gulungan ombak nan indah. Dahlan dan karyawannya langsung mengambil pose untuk mengabadikan momen ini. Namun ada salah satu karyawan yang centil nyeletuk,
"Ayo mbak foto sama Pak Dahlan ya" ucap karyawan itu
Dahlan langsung tersenyum dan salah tingkah mendengar celetukan itu. Pipinya Murni langsung bersemu merah menampakkan keindahan dan keanggunan seorang wanita. Mereka pun langsung berpose ala kadarnya. Namun, mereka ditegur oleh para Karyawannya
"Pak, yang romantis dong" Suara dari sana sini terdengar
"Masa gak romantis Pak" sahut seorangnya lagi
Maka dengan terpaksa Murni dan Dahlan berpelukan layaknya suami isteri dengan perasaan canggung mereka. Dengan perasaan gundah Dahlan langsung berujar,
"Udah rek, silahkan kalian urus urusan kalian sendiri key"
Mereka langsung bubar. Ketika mereka bubar, Dahlan dan Murni langsung berjalan-jalan mengelilingi Pantai berkejar-kejaran dengan kaki telanjang. Dengan manjanya Murni minta digendong oleh Dahlan. Pura-pura Dahlan tidak mau menggendong Murni. Maka Murni memasang muka cemberut.
Dengan melangkah ke sana Dahlan langsung menggendong Murni ke tepi Pantai kemudian menceburnya ke tepi Pantai
"Mas, tega sampean, tunggu ya aku balas" ancam Murni dengan hati gregetan
Dahlan langsung berlari sementara Murni mengejarnya hingga dapat menangkapnya. Kemudian ia mengancam "Mas pokoknya mas harus bayar"
"Dengan apa aku harus bayar" jawab Dahlan
"Ntar pean harus,, buatin aku kopi"
"Oke, tapi..." Dahlan langsung mencium Murni dan....
Mereka lalu bermesraan, ditambah dengan keisengan Dahlan menjaili Murni dengan lemparan pasir dan air. Terkadang Murni pura-pura cemberut padahal ia sangat senang dengan sikap jail Dahlan. Begitu menjelang Maghrib Dahlan dan karyawannya pergi ke hotel penginapan mereka, tatkala di sana mereka berkumpul bercandaria. Yang menjadi bahan celaan adalah Dahlan dan Murni,
"Pak kapan nikah, itu loh Bu Murni setia di samping bapak" celetuk Ria (Bendahara Perusahaan)
"Bentar, saya lagi bertafakkur" jawab Dahlan senyam senyum
"Waduh pak, kapan lagi kita nunggu, lihat tuh Bu Murni tersenyum dari tadi" Kata Ria
Serentak semua pegawai langsung tertawa. Sedangkan Murni dan Dahlan salah tingkah satu sama lain. Jam 10.00 WIB mereka bubar untuk tidur. Sementara Dahlan dan Murni masih berbincang empat mata,
"Murni, sebenarnya aku ingin kamu menjadi isteriku sudah seminggu aku menunggu jawabanmu, tapi,,,," Dahlan diam sejenak ambil
Jantung Murni seakan berhenti berdetak, hatinya bersemi bahagia, sangat bahagia. Bahkan Murni tidak bisa berkata apa-apa saking bahagianya,,,
"Maukah menjadi isteriku?" tanya Dahlan dengan perasaan gundah
"Terus terang Mas, saya bahagia mendengar kata-kata itu, tapi saya hamil dua bulan dan rasanya tidak pantas untuk mas" Jawab Murni
Hening seketika,,,
"Murni, jujur aku ingin menjadi suami bagi anak-anakmu, belajar mencintaimu, karena selama ini aku selalu mempermainkan hati wanita, anak yang ada dikandungmu bukan masalah bagiku" Papar Dahlan yang terus memandang Murni
"Terus kenapa Mas memilihku?" tanya Murni setengah bimbang meminta kepastian
"Hati yang menuntunku" jawab Dahlan kemudian memegang tangan Murni
Murni terdiam beberapa saat lalu ia mengangguk pelan dan mencium tangan Dahlan. Desiran hati mereka berdua langsung hening, menyatu dalam cinta. Menuai ruang rindu melengkapi kebahagian. Murni melangkah kearah Dahlan kemudian ia berlutut mencium lututnya Dahlan. Dia langsung memegang tangan Murni
"Beb, jangan,,,,"
Murni langsung memeluknya, mereka luput dalam keharuan. Tanpa disadari moment itu direkam oleh para karyawannya,
"Wah romantisnya" seru Ria
Mereka terkejut dan tersenyum malu,
"Ah biasa, lagi akting" serga Dahlan, sementara Murni menunduk diam sambil mengapit tangan Dahlan
"Boss bagaimana agenda kita besok?" tanya Sukiman
"Besok kita pulang dan lusa libur" ucap Dahlan
"Hore" teriak karyawan Dahlan
Para karyawan langsung terjun ke aktivitasnya masing-masing. Dahlan dan Murni melangkah ke kamarnya masing-masing.
Kebahagian Murni
Subuh menyambut, nyanyian burung bersahut-sahutan menggambarkan keindahan di pagi hari. Matahari bangun dengan warna merah, suasana di Pantai Kuta masih sepi tidak ada orang walaupun sebatang kara. Dahlan tersadar dari tidurnya lalu bangkit, dan berjalan mengelilingi Pantai Kuta. Dia berdiri di pinggir pantai melihat gulungan ombak yang saling berkejar-kejaran. Untuk melampiaskan suasana hatinya, Dahlan mengambil pasir kemudian melemparnya ke pantai dan berteriak,
“Murni, I Love Youuuuuuuuuuuuuu”
Tanpa di sadari ada tangan yang memeluk dari belakang,
“I Love You to mas”,
Dahlan terheran kemudian menoleh, ternyata Murni di belakangnya,
“Sayang sejak kapan kamu kesini?” Tanya Dahlan
“Tadi mas, ketika mas keluar kamar, tanpa sengaja Murni lihat pean kemudian Murni “Ikut karena penasaran, takutnya mas selingkuh nanti” jawab Murni
Dahlan menoleh diam beribu bahasa, membiarkan pundaknya menjadi sandaran dagunya Murni,
“Kalau aku selingkuh, bagaimana dengan dirimu?” Tanya Dahlan
“Saya akan bunuh perempuan jalang itu?” jawab Murni
“Terus, kalau dia mati?” Tanya Dahlan
“Biarin, emang Murni pikirin yang penting Kang Mas hanya buatku seorang” kilah Murni
“Mmm,, yang benar?” Tanya Dahlan
“Pasti dong” jawab Murni
Kemudian Dahlan menoleh dan mencium Murni dengan penuh khidmat dan hati ikhlas, sehingga terjadilah kemesraan antara mereka berdua.
***
Jam 09.00 WIB, matahari langsung tersenyum dengan hangat melihat mereka berdua. Dengan begitu mereka langsung menghentikan kemesraannya.
“Ni, ayo kita pulang” ajak Dahlan,
Murni mengangguk lalu mengikuti kemauan Dahlan dan terus mengapit tangan Dahlan dengan manjanya, Murni berharap kemesraan ini jangan cepat berakhir. Setibanya di rumah (penginapan), Dahlan dan Murni langsung berhamburan ke tempat pegawainya berkumpul, Dahlan langsung bertanya,
“Teman-teman kita pulang jam berapa?” Tanya Dahlan
Mereka bingung, kemudian saling tatap satu sama lain,
“Gak tahu, kan boss yang ngatur” jawab Sukiman
“Oke, ntar sore, jam 5” kata Dahlan
Semuanya langsung teriak “horee”, karena gembira. Tapi,
“Pak, kenapa gak besok aja?” tanya Susi
“Terserah kalian, cumaa saya gak nanggung transport bagi yang nginap di sini” jawab Dahlan
Jam 17.00 WIB, mereka bersiap-siap untuk kembali ke Malang. Perjalananpun dimulai, keceriaan, tawa canda menghiasi ruang Bus Titian Mas. Karena suasana itu perjalanan jadi menyenangkan tanpa terasa jam menunjukkan pukul 00.00 WIB, mereka pun tiba di Malang langsung menuju kantor PT Molen Tiga Warna. Tatkala di kantor PT tersebut, mereka langsung mengadakan rapat evaluasi sebentar yakni memberikan motivasi pada para karyawannya. Setelah itu mereka langsung pulang ke rumahnya masing-masing. Dahlan dan Murni langsung menuju ke rumah Dahlan.
***
Malam nan sunyi, Murni bangun kemudian ia memasak air, untuk minum susu hangat sambil menunggu air masak ia menyalakan TV, terpampanglah film Bruce Lee. Dengan sangat terpaksa Murni menonton film itu, angannya pun melayang. Seandainya ia menikah dengan Dahlan dan mempunyai anak-anak yang imut, lucu dan menggemaskan tentu ia akan bahagia. Tanpa ia sadari, handphone memekik di atas meja, terpampanglah nama Arumi memanggil, jantung Murni langsung berdetak dan darahnya langsung naik. Dengan segera Murni mengangkat telepon itu. Murni belum bersuara, panggilan mesra langsung merasuk telinga,
“Sayaaang, I feel Hot” nada Arumi mesra
“Maaf ini dengan siapa?” cemburu Murni langsung menguap
“Aku tunangannya mas Dahlan" jawab Arumi
"Ini dengan siapa?” Arumi keheranan
Murni mematikan HP itu. Dan Murni menangis sejadi-jadinya, Murni berlari ke kamar Dahlan dan memukul Dahlan laksana orang keserupan dengan tangis meledak, Dahlan langsung bangun mendengar tangisan dan merasakan pukulan itu, setengah sadar Dahlan bangun mengucek matanya
“Mas, mas jahat”,
“Sayang, ada apa?”
“Mas jahat, mas selingkuh yaa?” Murni menutup mata dengan kedua tangannya
"Kok bilang begitu?" Dahlan heran
"Tuh,, selingkuhannya mas nelpon" jawab Murni masih memegang muka dengan kedua tangannya
“Siapa yang nelpon?” tanya Dahlan
“Arumi” Murni masih menutup mata dengan tangannya
“Oo Arumi ta? Itu adalah mantanku dulu gak usah diurus” jawab Dahlan acuh
“Yo opo seh mas, pokok e Mas harus ngomong ma wong iku?”
“Ya, aku tidur dulu” jawab Dahlan
Murni belum bisa menerima hal itu, ia terus menangis dan menangis hingga tidurnya terjaga menjelang pagi dan tangannya masih memegang tangan Dahlan
Pagi indah itu Murni murung sangat murung, tidak bicara walaupun ditanya dengan diam. Tidak terasa Dahlan bangun dan mencium keningnya Murni, lalu menuju dapur,
“Mas,” Murni memanggil
“Ya” Dahlan berbalik lihat Murni
“Beneran Mas gak ada hubungan dengan wanita ganjeng itu?” tanya Murni menatap hampa
“Ya” Jawab Dahlan
Murni tersenyum kemudian memeluk Dahlan. Ada kebahagian tersendiri dalam hati Murni dengan berita itu. Dia terus memeluk Dahlan tanpa mau melepasnya. Sementara Dahlan langsung membimbing Murni ke dapur untuk membuat Kopi,
“Kamu tahu gak bedanya kamu dengan Monyet?” tanya Dahlan
“Gak tahu” jawab Murni
“Kalau Monyet itu berkeliaran di hutan, terus kalau Murni berkeliaran di hatiku” Gombal Dahlan
“Beneran?” tanya Murni menatap dengan rasa sayang
“Ya, masa gak?”
Hening lima menit,
“Ni, ntar kita ke rumahmu ya” Kata Dahlan
“Untuk apa?” Murni keheranan
“Agar orang tuamu tidak khawatir” kata Dahlan
“Gak Mas, Murni malu” jawab Murni cemberut
“Jangan gitu, Murni harus ikut ya” Dahlan memohon
Murni mengangguk pasrah. Setibanya di dapur Dahlan langsung berkilah,
“Baik sayangku, kamu mau apa?”
“Terserah masku sayang” jawab Murni
“Coba kamu tutup matamu” titah Dahlan
“Ada apa Mas?” Murni heran
Tanpa banyak bicara Dahlan langsung membimbing Murni menuju sebuah ruangan super megah yang telah dirancang sebelumnya, “Sekarang kamu buka matamu” perintah Dahlan. Begitu Murni membuka matanya terlihatlah desain kejutan yang super megah plus indah. Dahlan langsung berujar,
“Happy birthday to you, Happy birthday to you, happy birthday Murni”
Murni mengusap air matanya, lalu meniup lilin serta memberi Dahlan kue itu. Begitu Dahlan dapat kue, langsung timbul keisengan untuk menjaili Murni dengan melempar air minum sirup ke kepalanya. Tidak hanya itu Dahlan juga menumpahkan Terigu hingga Murni kelihatan seperti Pocong berjalan di siang bolong.
“Mas, mas jahat” Murni cemberut padahal bahagia
Dahlan tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Murni berlepotan terigu. Dengan sekuat tenaga Murni mengejar Dahlan, tapi yang dikejar lebih sigap dan berteriak,
“ti dak bisaa, ti dak bisaaa”
Langkah terayun kencang Murni mengejar Dahlan dan akhirnya dapat juga ia membalas sikap iseng dari Dahlan,terigu, kue langsung tertumpah di badan Dahlan. Ia langsung memeluk Murni, mengusapkan terigu di badan Murni. Mereka berbahagia bermandi keringat dan kebahagian hilir mudik dalam ruangan. Mereka saling berkejar-kejaran hingga kelelahan. Murni pura-pura cemberut untuk meminta perhatian Dahlan. Melihat tingkah Murni seperti itu Dahlan langsung menghampirinya kemudian bertanya
“Ada apa?” Tanya Dahlan keheranan
“Mas, gendong aku” pinta Murni manja
“Gaak”
“Ayolah mass, gendong yaa” pinta Murni
“Oke, ada syaratnya” kata Dahlan
“apa?”
“Muni berteriak AKU JELEEEEKK”
“Gak mas, wong aku ayu kok” bantah Murni
“Ya udah, kalau gitu” Jawab Dahlan membalikkan badannya
“Mas” Panggil Murni kemudian menarik napasnya “AKU JELEEEKKK”
Dahlan langsung tertawa melihat ekspresi Murni yang setengah terpaksa. Dengan begitu Dahlan langsung menggendong Murni,
“Tuan Putriku yang cantik, mau kemana?” Tanya Dahlan
“Kemana aja, yang penting heppi”
“Oke” Dahlan menganggukkan kepalanya “aku taruh Murni di kandang Kerbau”
“Tidak bisaa, kalau mas berani saya akan bunuh diri”
“Jangan ntar mayatmu saya goreng loh”
Murni cemberut menatap gemas dan mereka langsung bercanda ria memamerkan kebahagian yang tidak terkira.
***
Setibanya di rumah, terpampanglah rumah dengan arsitektur mirip Candi Brobudur, di depannya dikelilingi bunga matahari dan Lili liar dan beberapa pohon Mangga yang rindang. Ketika mereka berdua memasuki halaman rumah itu, hawa sejuk dan rindang merasuki ubun-ubun kepala Murni dan Dahlan,
“Mas, inilah rumahku. Silahkan masuk” Murni mempersilahkan dengan raut muka sendu
Dahlan manut (taat) saja dengan ajakan Murni. Begitu di depan pintu, Murni langsung memencet bell. Lima menit berlaku pintu terbuka. Ketika terbuka, Murni langsung memeluk wanita setengah baya itu, rambut gelombang, tingginya sebahu. Namanya Mahni, tangis mereka langsung meledak.
“kemana saja kamu selama ini?” Tanya Mahni
Murni diam beribu bahasa,
“Pak ini Uni dah pulang” teriak Mahni
Uni ternyata nama panggilan dari Murni ketika kecil. Bapaknya Murni langsung turun dan berhamburan memeluk Murni, suasana haru itu terjadi depan pintu hingga Dahlan pun terbawa dengan suasana itu.
“Ini siapa?” Ayah Murni menatap nanar pada Dahlan
“Mas Dahlan” jawab Murni
Ayah Murni langsung melepaskan pelukannya lalu pergi ke depan Dahlan. Di depan Dahlan tanpa tedeng aling ayah Murni langsung memukul Dahlan dengan umpatan-umpatan kasar
“Kamu ya yang telah menghamili Uni, akan kubunuh kau” sembur Ayah Murni.
Dahlan tidak bisa menjawab karena pukulan sudah melayang pada wajah dan badannya, Ayah Murni terus memukul dan memukul,
“Stoooop” teriak Murni “Pak, jangan pukul Mas Dahlan, dia yang telah menampung Murni akibat ditipu oleh Mas Karyo”
Ayah Murni sangat terkejut mendengar pengakuan yang tidak terduga dari Murni. Ibarat kata ya, ayah Murni tertampar akan kemarahannya sendiri dan seketika itu langsung reda. Ayah Murni langsung memeluk Dahlan dengan erat.
Dahlan berusaha tersenyum walaupun hatinya gusar tak terkira. Dahlan berusaha untuk menerimanya,
“Ya pak tidak apa-apa” jawab Dahlan menahan sakitnya
“Mak cepat ambil air hangat untuk menghilangkan memar di mukanya” Titah ayah Murni
Ibunya langsung berlari ke dapur sementara Murni langsung duduk di samping Dahlan seraya memegang memar di pipinya
“Mas sakit a?” Murni terus memegang pipi Dahlan kemudian menciumnya
“Ni, udah gak apa-apa?” Kilah Dahlan
Murni tidak tahan lagi untuk meneteskan air matanya, ayah Murni terdiam, sulit untuk mengungkapkan kata maaf dari mulutnya hanya terdiam tanpa ekspresi. Untuk mengawali pembicaraannya, ayah Murni bermohon maaf atas segala tindakannya. Dahlan hanya menjawab dengan anggukan senyum setengah ikhlas. Suasana langsung cair dengan candaan-candaan dari Ibu Murni terutama ketika ia menceritakan.
“Nak Dahlan, Murni itu waktu kecil kira-kira umur tujuh tahun masih ingusan dan ngompol di celana” ungkap Ibu Murni
“Maak” teriak Murni manja “Jangan”
Mahni (ibu Murni) tertantang menceritakan banyak hal tentang Murni kecil kepada Dahlan. Murni hanya menunduk mendengar cerita itu sementara Dahlan hanya senyam-senyum mendengar cerita Murni kecil,
“Gak apa-apa Bu, Murni tetap terlihat cantik walaupun ia ngompol hingga sekarang” kata Dahlan
“Mas” bisik Murni mencubit paha Dahlan dengan manjanya
Suasana langsung tegang ketika ia menceritakan pengalaman pahitnya dengan Karyo. Waktu itu, Murni diajak oleh Karyo ke kostnya karena hujan deras langsung mengguyur kota dingin Malang, jadilah Murni tidak bisa pulang ke kostnya, dengan terpaksa Murni menunggu hingga pukul sebelas malam. Murni mengangguk,dibalik tawaran itu ternyata Karyo berbuat curang dengan menaruh obat penidur dalam minumannya, jadilah ia dijamahin sang playboy. Begitu bangun Murni air matanya langsung mengalir deras. Karyo cuek dengan tangisan Murni, ia hanya memberi minum dan mengantarnya pulang. Mereka pulang, tatkala di rumah Murni langsung masuk ke kostnya tanpa berbicara sedikitpun. Betapa pilunya hati Murni kala itu hingga hubungan itu terus menerus berlanjut, sampai waktu itu ia telat tiga minggu kemudian ia meminta pertanggung jawaban Karyo atas perbuatannya itu. Dengan segala kesombongannya, Karyo berkata “Aku tidak akan menikahi perempuan murahan kayak kamu, dasar pelacur”
“Tapi, mas kan yang menghamiliku” jawab Murni
“Biarin” Karyo langsung meninggalkan Murni
Cerita berakhir, hening dengan seribu nada. Ayah dan ibu Murni terdiam. Dahlan hanya bisa memegang tangan Murni sebagai bentuk perhatian dan motivasinya dalam ujian kehidupan yang dia lalui.
“Terus Karyo itu dimana sekarang?” Tanya Mahni (Ibu Murni)
“Saya gak tahu bu, tapi biarlah kan sudah ada mas Dahlan” jawab Murni mengapit tangan Dahlan
“ Nak Dahlan ketemu Murni dimana?” Tanya Murni
“Di Malang pak, dan saya datang kesini mau mengantar Murni sekaligus melamarnya” Dahlan memamerkan senyumnya
“Nak Dahlan yakin ta akan hal itu?” Tanya Mahni
“Yakin bu” Tatap Dahlan mantap
“Tapi Uni kan sudah tidak ada perawan lagi” kata Ibu Murni memancing keikhlasan hati Dahlan
“Tidak apa-apa Bu, itu bukan masalah bagi saya yang penting Murni bahagia itu aja Bu” jawab Dahlan dengan sorot mata berbinar yang menandakan keikhlasan
Ada kebahagian tersendiri dalam hati Murni, ayah dan ibunya mendengar kata-kata Dahlan,
“Oh ya nak, malam ini kamu nginap dimana?” Ibu Murni berharap agar Dahlan menginap di rumahnya
“Saya harus balik da nada masalah perusahaan yang harus diselesaikan dik” Jawab Dahlan
Ayah dan Ibu Murni mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berusaha untuk memahami setiap perkataan dari Dahlan. Padahal dalam hati mereka ingin sekali Dahlan si pemudah tampan nan karismatik itu menginap di rumah mereka untuk malam. Karena mereka ingin menanyakan banyak hal tentang Dahlan. Mereka penasaran akan kehidupan pribadi Dahlan.
Waktu menunjukkan jam lima sore. Dahlan langsung pamit kepada kedua orang tua Murni. Ayah dan Ibu hanya bisa tersenyum “Nak, hati-hati di jalan ya sering-sering jenguk Uni ya” ucap Ibu Murni. Dahlan mengamit dan mencium tangan kedua orang tua Murni. Ketika Dahlan mau pamit kepada Murni air matanyaa langsung berlinang dan memeluk Dahlan erat-erat “Mas kapan kesini?” Tanya Murni bimbang plus galau.
“Gak tahu dik, mungkin kalau si cantik kangen ma abang” goda Dahlan
“Ya saya akan kangen berat dengan mas”
Mereka tersenyum, Dahlan langsung mengecup kening Murni “saya pamit dulu ya Pak bu” Ucap Dahlan. Mahni dan suaminya hanya mengangguk tersenyum,
Balik Ke Malang
Seminggu kemudian di Malang. Dahlan langsung fokus pada pekerjaan yakni sebagai direktur PT Molen Tiga Warna. Ia lupa dengan Murni bagaimana tidak, Dahlan tidak menghubunginya lagi baik melalui sms ataupun telepon saking sibuknya dengan pekerjaan itu.
Ini yang membuat murni penasaran sekaligus kangen berat terhadap Dahlan, ia bertanya dalam hati kapan ya mas Dahlan datang ke Bandung?”. Hati gundah-gulana menyelimuti Murni, ia langsung menelpon Dahlan,
“Mas, kenapa gak ada kabar?” Tanya Murni dalam kebimbangan.
Dahlan tidak menjawab dalam tiga puluh menit, dia sibuk melihat data yang penting. “Mas” Murni marah di balik telepon itu
“Ya” jawab Dahlan beban
“Mas, kok gak jawab sih” Sembur Murni sebal
“Sibuk” jawab Dahlan sekenanya
“Ya,,, urus pekerjaanmu itu, lupakan Murni !!!!” Plak Murni langsung menutup teleponnya
Dahlan diam, fikirannya berkelana, ia bergelut dengan segala kegelisahannya, “aahhhhhhhhhhhhh” teriak Dahlan hingga orang dalam perusahaannya terkejut dan terheran dengan teriakan itu. Ria melangkah ke ruangan Dahlan kemudian mengetuk pintu
“Ya, masuk” kata Dahlan
Ria masuk, terpampanglah wajah gundah Dahlan, tatapan kosong itu tanpa ekspresi apapun. Ria tersenyum kemudian duduk di depannya,
“Pak, adap apa, kok teriak?” Tanya Ria keheranan
“Masalah pribadi kok gak apa-apa” jawab Dahlan
“Owww, saya kira mas mau berbagi, siapa tahu saya bisa bantu”
"Terima kasih atas perhatiannya" Jawab Dahlan "Gimana penjualan tahun ini?"
“Alhamdulillah berjalan lancar Pak bahkan bisnis kita membludak cuma untuk mengembangkan perusahaan, kita harus menambah kira-kira sepuluh karyawan kemudian mensejahterakan mereka, ini untuk menghindari demo buruh” Ungkap Ria berapi-api “dan satu lagi Pak, kita harus membeli tanah yang kosong di samping rumah Sukiman” usul Ria.
Dahlan diam meresapi usulan Ria. Kira-kira ada lima menit ia termenung lalu berkata “baik ntar kita musyawarahkan setelah shalat Dzuhur”
“Yes boss, ntar ta kasih tahu arek-arek” jawab Ria memberi hormat bak polisi.
Adzan bergema di siang hari, memanggil hati Dahlan untuk shalat Dzuhur di Mushallah perusahaannya. Mushallah itu terletak di lantai dua, dihiasi dengan keindahan kaligrafi bertuliskan surah Al-Qari’ah. Dahlan mengambil air wudhu kemudian shalat dan bermunajat kepada Allah swt. Dalam do’anya ia meminta semoga mendapatkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Setelah shalat, ia langsung menuju ruangan tempat biasa ia bermusyawarah bersama pegawainya, setibanya di sana dia langsung duduk kemudian membuka musyawarah itu,
“Sahabatku, Alhamdulillah perusahaan kita dalam beberapa tahun ini mengalami kemajuan pesat. Namun untuk mengimbangi kemajuan itu saya mulai berfikir untuk menambah insentif kalian dan merekrut anggota baru gimana menurut kalian?”
Sebuah pernyataan tegas dan berkarakter kuat kemudian disambut gembira oleh para karyawannya. Lalu Ria menengahi “itu yang dimaksud oleh Pak Dahlan Cuma beliau berpesan pada kita jujurlah dalam bekerja dan jika omzet perusahaan naik dua puluh persen lagi maka gaji kalian akan dinaikkan plus dengan bonusnya, bagaimana?”
“Setuju” Jawab karyawan Dahlan serempak
Ria memukul bangku lalu berkata “Tapi permasalahannya Pak Dahlan belum nikah, maka pertanyaannya kapan ya bos kita mau nikah?”
Sebuah pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh Dahlan, ia tersenyum dan berkilah “tunggu tanggal mainnya”.
Dahlan pulang, setibanya di rumahnya Dahlan gundah gulana lagi, fikirannya melayang entah kemana. Sungguh hatinya tidak tenang saat itu “Ya Allah, bantulah hamba” Itulah doa yang terucap dari bibir Dahlan dan ia baru menyadari jika akhir-akhir ini ia kepikiran Murni. Karena tidak tahan dengan segala keresahan hatinya maka Dahlan memutuskan berangkat ke Bandung untuk menemui Murni. Hari ini juga ia langsung meluncurkan Yamaha Vixionnya.
Dalam perjalanannya Dahlan berhenti sejenak untuk membeli buah-buahan seperti Apel, Pisang dan lain sebagainya. Setelah itu ia langsung berangkat. Tatkala tiba di rumah Murni, Dahlan langsung masuk dan memencet bell. Lama dia menunggu, hatinya harap-harap cemas apakah ada orang di rumah ini.
Lima menit kemudian…..
Lima belas menit kemudian pintu masih belum terbuka
Mendengar bell memanggil Murni menuju pintu. Ketika pintu itu dibuka, Murni sangat terkejut sekaligus senang melihat orang yang berdiri di depannya. Namun Murni berusaha menampakkan wajah cemberut, cuek plus jutek yang walaupun sebenarnya dia sangat bahagia,
“Ngapain kesini?” Murni menampakkan wajah cemberut
Bukannya menjawab Dahlan malah mencium bibir Murni dan langsung blusukan masuk dan duduk di kursi ruang tamu lalu menghembuskan nafasnya dan berkata
“Dik aku haus, tolong buatin minuman”
“Gak, pokoknya, mas harus jawab pertanyaan Uni” Jawab Murni tegas
“Ya sudah” Dahlan langsung masuk dapur
Tak berapa kemudian dia keluar membawa air putih satu gelas lalu duduk di samping Murni
“Dik kok tambah cantik dengan kehamilanmu itu” Puji Dahlan agar Murni ceria
Mendengar pujian itu perasaan Murni bahagia tetapi kebahagiannya berusaha ditahan agar tidak kelihatan, Murni pun pura-pura marah
“Kok diam?” Dahlan heran
“Biarin, untuk apa mas datang ke sini?” Muka Murni cemberut
“Karena kangen Uni” Ucap Dahlan dengan nada romantis
“Terus Uni harus bilang wow gitu” Jawab Murni jutek plus judes
“Ya silahkan” ucap Dahlan tanpa beban
“Aku membencimu mas” Ucap Murni menatap Dahlan pura-pura cemberut
“Kamu mencintaiku” Dahlan tersenyum
“Gak” Ucap Murni cemberut menatap Dahlan
“Ya udah, kalau Uni gak suka saya datang, saya pulang aja dah” Dahlan bangkit kemudian menuju pintu depan
“Mas” Panggil Murni wajah sendu
“Ya” Dahlan menoleh ke arah Murni
“Tunggu” Pinta Murni
Dahlan menunggu, Murni berjalan berjalan kearah Dahlan kemudian dia memeluk dan menumpahkan segala kerinduan dan beban fikirannya di dada Dahlan.
“Mas, kenapa baru datang sekarang padahal Uni sudah kangen berat ma kangmas” Murni mencium dada dan leher Dahlan
Dahlan diam lalu berjuar tanpa beban “Aku ingin menikah besok pagi ma adik”
“Kok cepat?” Lagi-lagi Murni heran
“Karena aku gak tahan tidur sendirian lagi” Dahlan membelai pipi Murni
“Tapi mas, kok cepat banget” Kini Murni lebih heran lagi
“Ini untuk kebaikan Murni juga agar image Uni baik dan tidak terjadi gonjang ganjing dalam masyarakat
“Baik mas” Murni bahagia
Tumpah ruah kebahagian meluap saat itu juga di hati Murni, dia langsung memeluk Dahlan untuk kedua kalinya. Isak tangis melebur dalam kebahagiannya. Murni oh Murni betapa aku mencintaimu, itulah kata yang terucap dari hati Dahlan,
“Mas, I Love You” Ucap Murni dengan penuh ketulusan dan mempererat pelukannya
Dahlan diam menjawab ungkapan itu. Dia menikmati setiap detik pelukannya sungguh bahagia mereka berdua saat itu. Mereka berdua menumpahkan kebahagian itu dengan berciuman yang sangat intens, bibir mereka saling menekan, saling melahap di setiap kenikmatan yang tersaji.
Karena kebahagian itu, tanpa mereka sadari bell sudah bordering. Murni menghentikan aktivitas itu lalu memandang Dahlan tersenyum dan mencium bibirnya Dahlan. Setelah itu dia menuju pintu ruang tamu, begitu pintu di buka, ayah dan ibu Murni tersenyum melihat anaknya,
“Kok tampak bahagia, apa karena ada tamu istimewa ya?” Goda Ibu Murni
Murni tersenyum dan mengikuti langkah kedua orang tuanya. Begitu tiba di ruang keluarga, Dahlan sudah tidak ada, handphone, jaketnya yang berlogo AC Milan berserakan di kursi
“Loh menantu mama mana?” Kata Mahni
“Mungkin lagi mandi maak” Jawab Murni
Pernikahan Murni
Berjalan ke dapur, hati Murni dipenuhi oleh bunga-bunga bahagia. Dia tersenyum, tertawa sendiri membayangkan suasana seru dalam rumah tangganya dengan Dahlan. Tanpa di sadari, Plak, sebuah pukulan mendarat di bahunya,
Murni melapaskan apitan tangan ibunya lalu menuju dapur diikuti oleh ibunya sementara ayahnya langsung menuju kamar. Sepanjang aktivitasnya di dapur dia berkicau menyanyikan lagu Westlife, My Love. Melihat tingkah anaknya seperti itu Mahni hanya tersenyum dan bersyukur,
“Mama, Mas Dahlan melamar saya” Ungkap Murni dengan muka bersinar
“Terus?” Mahni tidak bisa menyembunyikan kekagetannya
“Mmmmm” Murni menahan senyumnya
Ibu Murni sudah bisa menebak perasaan hati anaknya dengan menampakkan raut muka yang ceria bin bersinar. Mahni langsung memeluk anaknya dan berbisik,
“Kapan kalian menikah?”
“Besok lusa rencanya bu”
Murni mencium pipi Mahni lalu membenamkan mukanya di leher belakang Mahni. Betapa bahagianya mereka berdua saat itu, terutama Murni. Karena sebentar lagi statusnya akan menjadi nyonya Dahlan, air matanya mengalir dan tidak bisa dibendung. Hati mereka berdua diselimuti perasaan bahagia, tiba-tiba Murni mendengar handphone Dahlan memekik, Murni melepas pelukannya lalu menuju ruang keluar, tatkala di ruang itu dia membuka pesan dari handphone Dahlan. Ternyata ada pesan dari Ria
Assalam, pak bulan depan ada meeting dengan investor dari Palangkaraya
Murni langsung menutup pesan itu dan menunggu Dahlan keluar dari kamar mandi, ketika Dahlan keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk di badannya dia bertanya,
“Ni, Uni, sekarang jam berapa?”
Murni hanya menatap Dahlan dengan senyuman indah lalu Dahlan duduk di samping Murni
“Mas gak Pulang ta hari ini?” Menyandarkan kepalanya di bahu Dahlan
“Gak” Jawab Dahlan sekenanya
Dahlan memegang tangan Murni dan mengelus-elus rambutnya dengan mesra,
“Terus bapak dan ibu di Sumbawa sudah dihubungi ta mas?” Tanya Murni sendu
“Udah dik, besok mereka sudah nyampai sini” Jawab Dahlan
Murni tersenyum bahagia menatap Dahlan lalu memeluknya
“Mas, saya bahagia saat ini, semoga ini bukan mimpi” Murni mengapit lengan Dahlan
“Ya dik, ini bukan mimpi kok. Tapi seminggu lagi saya harus berangkat ke Palangkaraya untuk studi banding dan melobi investor untuk menginvestasikan modalnya pada kita. Jadi kita tidak sempat bulan madu” Ungkap Dahlan cemas takutnya Murni khawatir dan kecewa
“Gak apa-apa mas, yang penting kita nikah” Jawab Murni menenangkan hati Dahlan yang lagi galau berat
Mereka langsung berpelukan erat, tapi
“Ehem, ehem ehem” Suara berdehem dari luar
“Oh mama,ngapain disitu?” Tanya Murni malu
“Gak ngapa-ngapain” Ibu Murni tersenyum dan menatap bahagia
Satu keluarga itu berkumpul di ruang keluarga bercanda ria satu sama lainnya, Mahni cengingikan melihat balutan handuk yang masih melekat di badan Dahlan,
“Loh Nak Dahlan, gak pakai celana ta?”
“Waduh” Dahlan memegang keningnya dan langsung beranjak dari tempat duduk
Besoknya,,,,
Selasa, hari bahagia Murni dan Dahlan karena hari ini adalah hari bersejarah bagi mereka, menikah. Hari ini adalah hari yang menentukan sah tidaknya hubungan mereka dalam ikatan cinta hakiki. Ketika penghulu selesai mengucapkan kata kata ijab kabul, Dahlan sempat deg-degan ketika menerima ijab Kabul itu.
“Saya terima nikahnya Murni binti Jufri Ahmad dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai”
Sah, saah jawab para hadirin serempak memberikan kesaksian.
Ketika perkataan sah menggelegar seantero ruangan Masjid Al-Maun, Bandung. Hati Murni langsung diselimuti bahagia campur haru tak terkira. Dan serah terima mahar pun terjadi Murni langsung mencium tangan Dahlan. Setelah, menuju pada resepsi pernikahan mereka yang telah dikonsep sederhana dalam rumah Murni. Tamu-tamu pun yang datang hanya keluarga mereka dan karyawan Dahlan di PT Molen 3 Warna.
Sungguh acara pernikahan itu berlangsung meriah walaupun sederhana. Dalam acara itu Murni bersikap manja pada Dahlan, terkadang ia minta di gendong, minta disuapin dan terkadang dansa bersama. Acara itu berajhir pada pukul 22.00 WIB, para tamu undangan perlahan mulai pulang sedikit demi sedikit. Begitu para tamu itu pulang ditelan malam indah. Murni mengapit tangan Dahlan menuju kamar tidur yang telah didesain seindah dan secerah mungkin. Murni oh Murni, akan kubuat dirimu bahagia malam ini, bisik Dahlan dalam hatinya. Begitu mereka menginjakkan kaki di kamar yanag megah nan indah yang dibaluti cahaya remang-remang lampu berwarna merah, Dahlan mengangkat dagu Murni lalu menatapnya mesra,
“Uni, aku punya sesuatu buatmu”
“Apa kangmas?” Jantung berdegup kencang menanti surprise dari Dahlan
“Pejamkan matamu” Pinta Dahlan
Murni menurut saja akan pinta Dahlan, jantung Murni berdegup ketika rambutnya ditaruh ke belakang oleh Dahlan. Hatinya bertanya apa ya surprise dari kangmasku ini? Sekali lagi Murni berdebar menantikan surprise dari Dahlan,
“Sayang, buka matamu” Seru Dahlan
Begitu Murni membuka matanya di depan cermin, dia terkejut sekaligus senang akan kejutan seperti itu. Sebuah kalung yang bertuliskan nama Dahlan. Tanpa bisa ditahan air mata meleleh di pipinya, dia membalikkan badannya lalu melingkarkan tangannya di leher Dahlan.
“Kangmas, saya bahagia bisa berkenalan dengan mas, sungguh saya bahagia, seandainya saya tidak ketemu mas,,,,” Murni tidak bisa melanjutkan kata-katanya dan air mata itu mengalir di pipinya
“Ssttt, udah jangan ngomong lagi” Dahlan menempelkan jari tangannya di bibir Murni “ I Love You”
“I Love you too kang” Jawab Murni
Murni memejamkan matanya kala Dahlan mau mencium bibirnya. Darahnya mengalir deras, gugup dan detakan jantungnya kencang. Dalam hitungan menit dia sudah merasakan hangatnya bibir Dahlan mendarat di bibirnya, Murni pun membalas ciuman itu dengan hangat pula. Dia menikmati dan membalas dengan rakus setiap detik ciuman itu. Dan terjadilah surga duniawi di dalam kamar itu pada malam pertama.
Satu Minggu Setelah Pernikahan
Hari-hari itu terasa bahagia dalam hidup Murni walaupun hari ini dia tidak ditemani oleh sang suami, Dahlan. Seperti biasanya Murni bangun pagi sekitar jam 04.00 WIB dan shalat Subuh. Setelah itu, dia berolahraga mengelilingi halaman rumahnya untuk menjaga keseimbangan kandungannya. Sehabis berolahraga, Murni masuk ke dapur untuk meneguk segela air dingin dalam kulkas. Murni pun masuk dalam kamar mengeringkan rambutnya tanpa sengaja dia melihat handphonenya dan terteralah dan tujuh panggilan tak terjawab, satu pesan dari Dahlan dengan nama profil kangmasku
Sayang kok gak diangkat
Murni sumringah membaca pesan dari Dahlan lalu dia membalas pesan itu,
Kangmas kangen ya ma aku
Pesan dari Murni lama dibalas oleh Dahlan, ini yang membuat Murni gemas dengan tingkah Dahlan yang lama balas pesannya. Dengan segera menelpon suaminya dan teleponnya tidak dijawab oleh Dahlan. Ini yang membuat hatinya gundah berat memikirkan keadaan suaminya itu, dan dia pun mengirim pesan kepada Dahlan,
Kangmas
1 Januari 2013, Palangkaraya
Handphone Dahlan tidak bersuara, tapi pekikannya tidak dihiraukan oleh Dahlan sebab dia lagi meeting dengan investor yang mau menginvestasikan modal mereka mengenai rencanya untuk mengembangkan pabrik perusahaanya. Dalam ruangan sejuk plus indah dengan motif matahari berwarna hijau bentuk ruangannya bercorak kombinasi timur tengah dan eropa, kalighrafi al-Quran surat Al-Maun membentang di dinding ruangan itu.
Dalam ruangan megah itu, Dahlan mempresentasikan planning nya dalam bentuk slide power point, terpampanglah gambar bangunan yang berjajar rapi bak perumahan, warna semua bangunan itu adalah biru tua kemudian dia menjelaskan planning-nya,
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pai semuanya, Insya Allah dalam waktu dekat ini saya ingin mengembangkan PT Molen 3 Warna ini berguna untuk menambah jumlah produksi molen kami” Dahlan menjelaskan dengan tenang dan penuh yakin
“Karena akhir-akhir ini permintaan konsumen meningkat, mungkin diantara bapak-bapak/ibu-ibu ada yang berminat membantu untuk mengembangkan perusahaan kami” Dahlan berhenti dengan jedah waktu dua menit untuk menunggu pertanyaan
Semua investor saling menatap dan merenungkan tentang rencana Dahlan. Tiba-tiba diantara Investor ada yang mengangkat tangannya,
“Maaf pak, sebelumnya. Yang saya tahu Molen itu tidak terlalu menarik bagi kami mungkin molen bapak ada yang sesuatu yang menarik, tolong tunjukkan bentuk molennya p`da kami” Ujar laki-laki yang berambut gelombang dan berjas biru.
Kemudian Dahlan menampilkan gambar molen-molennya lengkap dengan rasanya, tidak hanya itu dia juga mengeluarkan Molennnya dua puluh bungkus yang telah dia persiapkan dari Malang untuk dicicipi.
“Emmm, Enak Pak” Ujar seorang investor “Baik pak jika saya menginvestasikan uang saya untuk pembangunan pabrik anda saya dapat bonus berapa persen?” Seorang investor minta kepastian
“Mungkin pihak kita akan memberi bonus dari keuntungan kita dua puluh persen” Jawab Dahlan mantap
“Keuntungan perbulannya berapa?” Tanya Investor berjas biru itu lagi
“Sembilan ratus juta paling rendah dan satu trilliyun perbulan” Menatap mereka dengan penuh keyakinan
“Wow” Kata mereka serempak karena kagum dengan penghasilan besar itu
Melihat prospek omzet yang begitu besar, para investor itu berani menginvestasikan modal mereka, dengan bonus dua puluh persen. Saat itu pula Dahlan menerima lembaran cek dan semua investor itu dua trilliyun rupiah bahkan ada juga yang langsung memberi uang sekitar dua milyar rupiah. Hati Dahlan langsung melonjak gembira dan bersyukur pada Allah swt akan karunia dan pertolongan diberikan kepadanya. Setelah itu para investor itu pulang sambil menyalami Dahlan satu persatu. Mendapat bantuan seperti itu Dahlan ingin mengabari Murni,
15.00 WIB, di Bandung
Murni bangun setengah sadar mencari letak handphone-nya. Kemudian dengan membuka kunci tombol handphone-nya dan terlihat pesan dari Dahlan,
Isteriku, gimana kabarmu
Sebenarnya Murni mengeluh karena tidurnya terganggu tetapi dia memaksakan dirinya untuk membalas pesan dari Dahlan,
Kasih tahu gak ya
Mendapat jawaban pesan seperti itu, hati Dahlan langsung gregetan. Maka dia langsung membalas pesan itu lagi,
Terus gue harus panjat kopi sambil bilang pucuk-pucuk gitu
Kembali lagi Murni terbangun dengan pekikan handphone-nya, dia hanya adem-anyem tidak mau membaca pesan dari Dahlan. Dia bangun untuk membersihkan badannya, di tengah menikmati hangatnya pancuran air shower. Tiba-tiba dia mendengar teriakan ibunya,
“Murni, Murni coba lihat berita ini”
“Apa maaaa” Jawab Murni dari dalam kamar mandi
“Ini ada berita gempa besar di Palangkaraya” Teriak ibunya
Jantung Murni seperti berhenti berdetak dalam waktu dua detik, buru-buru dia memakai handuk kemudian berlari ke luar melihat berita di TV One,
Palangkaraya, gempa berkekuatan 8 Skalaliter
Orang-orang berhamburan lari ke lapangan untuk menyelamatkan diri. Di jalan raya kondisinya serba macet. Sepeda motor, mobil dan manusia pada histeris berteriak, entah bunyi klakson mobil, sepeda motor dan teriakan manusia seperti “ya Allah, Ya Tuhan, Yesus selamatkan kita, La ilaha illallah, Allahu Akbar” melebur menjadi satu. Orang-orang sudah tidak peduli satu sama lainnya. Karena menyelamatkan diri.
Dahlan dan para investor tidak tahu mau kemana karena mereka berada di lantai dua. Dahlan sempat mau melompat dari lantai dua. Tapi di tahan oleh para investor kita berdoa kepada Tuhan semoga kita selamat itu kata salah satu investor untuk menenangkan Dahlan.
Ternyata doa mereka dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Bangunan itu masih kuat walaupun sempat mau rusak tetapi karena konstruksi bangunannya yang kokoh menjadikan bangunan itu cukup kuat menahan gempa berkekuatan sebesar itu. Akhirnya mereka bersamaan mengucapkan “Alhamdulillah”.
Bandung, 17.00 WIB
Melihat suasana gempa seperti yang mana orang pada sibuk untuk menyelamatkan diri, air matanya Murni menitik dengan sendirinya air mata Murni. Dia langsung mengambil handphonenya untuk menghubungi Dahlan. Tetapi waktu di telepon jawaban yang diterima oleh Murni bukannya suara Dahlan tetapi suara operator “nomor yang anda tuju diluar jangkuan” Hati Murni langsung gundah-gulana memikirkan suaminya yang ada dalam benak dan fikirannya hanyalah Dahlan, Dahlan dan Dahlan.
Murni menutup muka dengan kedua telapak tangannya sambil menangis bila mengingat keadaan suaminya. Dunia terasa gelap bagi Murni, mentalnya remuk saat itu. Tak berbayang dalam fikiran jika dia ditinggallin oleh sang suami. Melihat kesedihan diraut muka Murni, ibu dan bapaknya datang menghampiri kemudian memeluk agar Murni sabar dengan keadaan seperti itu,
“Nak, yang sabar ya, pasti ada hikmah dibalik musibah ini” Ujar Ayah Murni mengelus-elus rambut anaknya
Murni tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya bisa menangis untuk meluapkan kesedihannya. Dalam benaknya teringat masa lalunya bersama Dahlan di tepi pantai Balai Kambang saat mereka rekreasi. Saat itu, mereka duduk di tepi pantai memandang gulungan ombak menari indah dihadapan mereka berdua. Suasana romantis di pantai Balai Kambang pada pagi hari di tengah pancaran sinar matahari turut membuat mereka betah dengan kemesraannya. Ketika Murni menyandarkan kepalanya di bahu Dahlan. Timbul keisengan dalam fikiran Dahlan, dia mengambil pasir kemudian ditaburkan di atas kepala Murni. Tahu dirinya ditaburi pasir, Murni mencubit paha Dahlan dengan manjanya. Dahlan langsung berlari menyisir tepi pantai, tentu saja Murni mengejar sambil melemparkan pasir kearah Dahlan. Sementara Dahlan berhenti ketika mau ditangkap oleh Murni. Dia menunduk lalu memeluk pinggang Murni lalu menjatuhkan diri dan Murni jatuh dipangkuannya, dia baru teringat jika Murni sedang hamil muda, sontak saja dia terkejut bukan kepalang,
“Gak apa-apa ta sayang?” Tanya Dahlan cemas
Murni hanya tersenyum nakal menatap Dahlan, dia memajukan kepalanya hingga berjarak dua sentimeter. Dug, jantung Dahlan berdetak kencang namun bukannya ciuman yang didapat oleh Dahlan malahan bisikan mesra yang keluar dari mulut Murni
“Kalau saya keguguran, saya tidak keberatan asalkan mas mau menghamili saya lagi”
Dahlan tersenyum jail penuh makna dia langsung menyiram air ke muka Murni. Siraman itu membuat mata Murni panas karena hawa air pantai. Murni langsung mengucek matanya,
“Mas” Ujarnya cemberut
“Kenapa sayaaang” kata Dahlan pura-pura perhatian
“Panas nih”
“Sini tak cium”
Murni langsung berhenti mengucek matanya berharap pada Dahlan agar mencium matanya. Padahal dia hanya berpura-pura agar Dahlan memberikan perhatian lebih padanya. Mal`han Dahlan mencium bibirnya, kemudian bangun meninggalkan Murni. Ciuman itu membuat darah Murni seperti tersengat listrik, dia ternganga melihat Dahlan pergi begitu saja dari hadapannya, Murni tidak percaya akan hal itu,
“Mas” Murni memanggil
Dahlan berhenti sejenak kemudian menatap pemilik suara itu, dia berjalan kembali dengan harapan agar Murni mengejar dirinya kembali
“Mas, tunggu”
Murni berlari kearahnya kemudian dia menatap Dahlan dengan mata sayu seakan tidak percaya apa yang telah terjadi.
“Mas, maksud mas mencium bibirku?” Tanya Murni dengan nada bergetar
Dahlan bergeming tidak menjawab malahan dia mengambil tangan Murni lalu menuntun Murni ke suatu tempat. Murni cuma manut saja yang walaupun dia sendiri grogi setengah mati akan sikap Dahlan seperti itu. Sepanjang mereka diam tanpa berkata walaupun berbisik. Setibanya di peristirahatan mereka, Dahlan langsung mengambil sebuah amplop berwarna pink bermotif bunga mawar. Amplop itu diberikan kepada Murni. Ketika amplop itu di tangan Murni, dia hanya menunduk tidak berani menatap Murni. Menerima amplop dari Dahlan, Murni gugup, tangannya bergetar ketika dia buka lalu membaca tulisan surat itu,
Dear Murni
Rasa galau plus gundah selalu menggerogoti hatiku, aku tidak tahu kenapa? Jawaban itu telah aku temukan, penyebabnya satu yaitu dirimu. Aku tanya satu hal sama kamu, maukah kamu menjadi sejarah dalam hidupku,
Dari
Dahlan
Murni tidak bisa bekata apa-apa. Dia hanya memandang Dahlan dengan perasaan cemas. Dunia seakan runtuh bertebarangan seperti kapas yang ditiup oleh angin, hatinya terharu sekaligus bahagia,
“Mas, maksud dari surat ini?” Ucap Murni dengan suara bergetar meminta kepastian
Lama Dahlan menjawab, dia masih menunduk dalam waktu lima menit baru kemudian dia mengangkat mukanya,
“Maukah kamu menjadi isteriku?” Tanya Dahlan penuh harap
Pertanyaan sekaligus harapan dari Dahlan membuat mulut Murni tercekat. Dia bingung untuk menjawab. Murni menatap mata Dahlan yang berisi harapan itu, Murni menarik nafas,
“Mas, sebenarnya saya bahagia kalau menjadi isteri mas, tapi,,,” Murni tertunduk
“Tapi apa?” Tanya Dahlan berdebar-debar
Dahlan memegang tangan Murni dan memandang penuh harap. Tetapi Murni hanya menunduk sambil memikirkan jawaban dari harapan Dahlan,
“Mas, kenapa mas ingin menikah denganku padahal saya sedang hamil?” Murni balik bertanya dan minta kejelasan
“Aku ingin menikah denganmu bukan karena kasihan denganmu, aku ingin menikah tetapi karena aku mau belajar mencintai dan setia denganmu. Selama ini aku tidak pernah sedekat ini dengan perempuan manapun dalam hal perasaan”
Lagi-lagi Murni ragu dengan pernyataan Dahlan,
“Mas, beri saya waktu satu minggu karena ini merupakan sesuatu yang sulit bagi saya”
“Oke, saya tunggu jawabanmu” Jawab Dahlan dengan seungging senyum
Lamunannya hilang ketika mendengar teguran dari ibunya,
“Uni, Uni, Insya Allah Dahlan akan selamat, yang sabar ya nak” Ujar Mahni menenangkan hati anaknya
Ayah Murni juga ikut memberikan dorongan kepadanya agar sabar akan musibah yang menimpa mereka. Mereka sedih, berpelukan dalam balutan kesedihan yang sungguh menyayat hati akan musibah yang menimpa mereka. Dalam benak Murni dia sudah membayangkan kalau dia menjadi janda saat ini.
Malamnya di Palangkaraya…..
Malam gelap gulita di Palangkaraya tanpa lampu, tanpa sinyal membuat Dahlan kehilangan komunikasi dengan Murni. Dia ingin segera pulang ke Malang agar terlepas dari penderitaan sebagai pengungsi, sambil menunggu Jet pribadinya diperbaiki oleh pilotnya. Dahlan membaur dengan para pengungsi. Di pengungsian dia melihat betapa menderitanya para pengungsi itu namun kebersamaan serta kekeluargaan juga tumbuh di sana. Bagaimana mereka makan bersama, menerima bantuan dari relawan walaupun berebutan berdesak-desakkan. Di sana semua fakta sosial tersaji, mulai dari kejahatan hingga kebaikan, ada yang malas, taat dan ada pula yang suka mengganggu pengungsi yang lain. Oh tuhan, beginikah nasib menjadi pengungsi keluh Dahlan dalam hatinya. Setelah menunggu selama lima jam
“Pak” Panggil pilot pribadi Dahlan
“Gimana Fer, udah selesai ta?”
“Udah Pak, sekarang kita sudah bisa pulang” Ujar Feri melebarkan senyumannya dua sentimeter
Dahlan mengikuti langkah Feri menuju jet pesawat pribadinya untuk pulang ke Malang, perjalanannya memakan waktu lima jam. Tatkala tiba di Malang, Dahlan langsung menghubungi Murni. Lama Dahlan menunggu teleponnya diangkat oleh isterinya. Karena terlalu lama menunggu Dahlan langsung beristirahat untuk melepas lelah di kamar, ia menyalakan lagu Robie William, Feel. Alunan nada dan suara musik itu membuat Dahlan tidur nyenyak terbuai dalam pulau mimpi.
Bandung, 2 Januari 2013
Suasana sejuk, indah sore hari di kota Bandung membuat Murni masih ingin menikmati kenyaman kasur singgahsananya, dia baru bangun keetika jam menunjukkan angka lima tepat waktu Indonesia barat. Ketika dia bangun Murni langsung melihat foto-foto kenag-kenangan di Handphonenya. Matanya terbelalak ketika melihat panggilan tak terjawab dari sang suami. Buru-buru dia menelepon Dahlan,
“Mas, sekarang dimana?” Tanya Murni harap-harap cemas
“Malang, ada apa sayang?”
“Alhamdulillah, tadi saya sudah cemas memikirkan keadaan mas, kapan ke Bandung?”
“Gak tahu dik, ada urusan yang harus saya selesaikan di Malang” Ungkap Dahlan sambil baring-baring
“Terus kapan selesai urusannya Mas?”
“Insya Allah, dalam waktu satu minggu”
“Mas” Panggil Murni dengan suara manja
“Ya”
“Kangen”
“Makanya tinggal di Malang saja ya” Bujuk Dahlan
“Gak, gak mau, ntar saya kesepian kalau di situ” Rajuk Murni
“Ya dah, hari minggu saya ke sana, oh ya gimana kabarnya si cabang bayi?”
“Ya tentu baik mas, saya, mama dan papa kangen dengan kangmas” Ujar Murni
“Aku juga kangen keluarga di situ, terutama isteriku tercinta”
Dahlan bersiap-siap ke berangkat ke kantornya untuk mengecek list jumlah barang yang terjual selama tahun 2012, tidak hanya mengecek Dahlan juga ikut memeriksa mesin produksi Molennya, mana yang higienis dan yang tidak. Bahkan jika tempat produksinya kotor tidak segan ikut membersihkan dapur produksinya, ini yang membuat para karyawannya begitu segan pada Dahlan.
Dalam perjalanannya Dahlan melihat seorang anak yang berjalan ke sana kemari dari warung ke warung. Dahlan berhenti untuk memperhatikannya, dia heran ketika anak kecil itu menyebarkan sebuah kertas putih. Maka Dahlan memarkirkan Vixionnya, di kafe Kava depan rumah sakit pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Dia memesan Kopi Loak khas Sumbawa. Dia duduk kemudian memanggil anak yang berbaju lusuh itu,
“Dik” Dahlan memanggil setengah berteriak
“Aku taa?” Anak itu menunjukkan dirinya sendiri
“Kesini” Seru Dahlan
Anak itu melangkah berjalan ke arah Dahlan, setibanya di depan Dahlan,
“Ada apa Pak?” Tanyanya tersenyum
“Duduk” Suruh Dahlan pada anak itu
Anak itu pun duduk dihadapan Dahlan,
“Coba lihat kertasmu”
Anak itu pun memberikan potongan kertas yang bertuliskan BUAT BELI BUKU SEKOLAH, Dahlan heran, jam setengah Sembilan di hari kamis kok ada anak yang bolos sekolah, hati Dahlan bertanya
“Adik sekolah dimana?” Tanya Dahlan meminta kejelasan
Anak itu diam menjawab Dahlan dalam hati, berteriak tapi mulut terkunci, sikap diam anak itu membuat Dahlan mengerti dan mengalihkan pertanyaannya,
“Namamu siapa?”
“Temmy Pak” Anak itu menunduk tak berani menatap Dahlan
Sekali lagi anak itu diam,
“Kamu ingin sekolah atau tidak?” Dahlan menatap Temmy
“Ya” Anak itu menjawab setengah ragu, setengah yakin
“Kalau kamu ingin sekolah, ikut aku ya” Ajak Dahlan
“Tapi Pak?” Kata Temmy dalam keraguan
“Kenapa?” Dahlan balik bertanya dan penasaran
“Ntar saya dimarahi” Wajah itu menampakkan ketakutan
“Siapa?” Dahlan tambah penasaran
“Pak Masudin, Bossku” Jawab Anak itu
Setelah lama Temmy dibujuk Dahlan dengan berbagai cara bahkan dia diiming-imingi motivasi berlipat dan uang. Akhirnya Temmy mau mengikuti ajaran Dahlan. Tetapi ada satu yang membuat Temmy takut yakni pakaiannya yang lusuh mudah dikenal oleh bossnya sekaligus bapak angkatnya. Maka dengan segera Dahlan banting gas Vixion menuju rumahnya,
“Pak kita mau kemana?” Tanya Temmy
“Ke rumah dik” Jawab Dahlan tetap fokus
Seterusnya Temmy hanya diam dan tampaknya tudak berani bertanya lagi. Dia begitu pasrah sekaligus bahagia diajak oleh Dahlan. Tatkala tiba di rumah Dahlan,
“Temmy, tolong buka pintunya” Seru Dahlan
Temmy langsung turun membuka pintu gerbang itu dan mereka pun masuk dalam rumah itu.
“Temmy mandi dulu, habis itu kita beli bajumu dan berangkat ke sekolah”
“Ya Pak” Jawab Temmy dengan senyuman yang mengembang
Ketika Temmy mandi, Dahlan menunggu. Selama menunggu dia mengirim pesan pada Ria untuk mengirim Laporan Pertanggung Jawabannya lewat email dan juga dia memberi tahu bahwa dia tidak bisa ke kantor hari ini. Setelah itu Dia juga ngobrol ngolor-ngidul dengan Murni mulai dari yang penting sampai yang tidak penting. Waktu Murni diberitahu bahwa Dahlan menolong anak jalanan untuk mengenyam pendidikan. Murni sempat terkejut akan hal itu. Mulanya dia tidak percaya menerima ide dari suaminya, tetapi karena sudah diyakinkan oleh Dahlan akhirnya Murni legowo. Temmy selesai mandi terlihat wajahnya lebih segar dan lebih bersih. Dahlan tersenyum melihat wajah baru Temmy. Tampan juga anak ini, kata Dahlan dalam hatinya. Kemudian dia langsung mengajak Temmy untuk membeli pakaian beserta perlengkapannya di Bandung Super Model, sebuah distro yang terletak di samping Taman Rekreasi Sengkaling. Selesai membeli baju Dahlan langgsung mengajak Temmy ke Pondok Ar-Rohmah putra, jalan Apel nomor 61, Sumber Sekar, DAU, Malang. Begitu masuk di halaman Pesantren itu, tampak santri bermain riang gembira menikmati keindahan alam. Temmy hanya taat mengikuti Dahlan dari belakang. Langkah Temmy terhenti ketika Dahlan berhenti di suatu tempat, kantor kepala pesantren. Dia duduk di samping Dahlan untuk menerangkan bahwa Dahlan menyekolahkannya di pesantren Ar-Rohmah. Alhamdulillah, niat baik Dahlan diterimah oleh pimpinan pondok. Setelah diterima, Dahlan pamit dan Temmy tinggal di situ guna untuk belajar. Sebelum pergi ke Bandung, dia memberi motivasi pada Temmy,
“Kamu adalah orang sukses, jadi mulai sekarang tekunlah belajar”
Bersambung ke Memori Indah Murni
memukau,, tapi perlu diperbaiki
BalasHapusCrtanya keren abis. D lnjutin ya..
BalasHapus