Oleh M. Feri El-Bageloka
Pelajaran bahasa sastra Indonesia sekarang sudah menjadi sesuatu yang sangat penting bagi para mahasiswa ataupun para pelajar. Karena dengan pelajaran bahasa Indonesia bisa menjadikan para pelajar untuk lebih kreatif dalam menulis. Selain itu, pelajaran sastra untuk sekarang bisa menjadikan
penekunnya untuk menjadi orang kaya dan penulis yang handal dan menghasilkan karya-karya yang begitu fenomenal.
Untuk menjadi seorang penulis yang handal itu terkadang menemui karakter tulisannya seperti apa, maka untuk itu saya akan menjelaskan beberapa karakter, berikut ini antara lain;
Siapa yang tidak kenal dengan Andrea Hirata, semenjak tetralogi novel laskar pelanginya laris manis di pasaran namanya langsung mendapatkan tempat tersendiri di hati para penggemarnya. Andrea Hirata merupakan penulis yang sangat rinci dalam menuliskan alur ceritanya yang diambil dari pengalaman pribadinya sendiri. Setiap novelnya mampu menghadirkan nuansa timur yang sangat kental yakni suasana di Belitong.
Selain itu Andrea Hirata mampu menulis sebuah novel tanpa harus menempuh pendidikan Sastra di Institusi dan ini adalah sebuah fenomenal bagi saya.
Semenjak kehadiran Ayat-Ayat Cinta nama Habiburrahman El-Shirazi langsung dan dikenal sebagai seorang novelis. El-Shirazi adalah novelis spesialis religi yang mampu menghadirkan budaya, psikologi dengan bahasa renyah dan mudah untuk dicerna.
Kata-kata dalam novel Habiburrahman mampu menghanyutkan kita dalam susana yang dihadirkan olehnya. Selain itu El-Shirazi mampu mengajarkan kita tentang makna ayat-ayat Al-Quran dengan nuansa cerita ini dan ini yang membuat para penggemarnya sangat dinantikan.
Dewi dee Lestari termasuk penulis ajaib yang bisa menulis dalam ragam gendre novel, selain itu dia juga mampu menghadirkan nuansa budaya Indonesia dalam novelnya yang dipadukan dengan imajinasinya. Bahasa yang digunakan oleh Dee sangat enak untuk dibaca dan membuat enjoy tapi masih dalam ranah sastra.
Raditya Dika termasuk penulis aneh, karena dia menggunakan bahasa-bahasa modern yang sering digunakan oleh para remaja sekarang. Maka untuk itu Novel Raditya Dika digolongkan dalam bahasa yang ceplas ceplos artinya langsung ditulis tanpa memperhatikan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata