4 Des 2010

Membangun keluarga berbasis Ibadah

 Oleh : Mochammad Ja’far, S.Pd.I *

Jama’ah Jum’at rahimakumullah
    Pada kesempatan yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri sendiri dan para jama’ah untuk berusaha melaksanakan seluruh pesan-pesan Allah SWT dalam al-Qur’an sebagai jalan menuju ketakwaan. Rasa syukur atas hidayah dan kenikmatan tiada tara kita tunjukkan dengan memaksimalkan potensi akal, hati dan harta untuk melakukan pengabdian
kepada Allah SWT.
    Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan dan tauladan hidup kita Nabi Muhammad SAW yang membimbing manusia dari zaman kegelapan menuju zaman penuh cahaya.
 
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
    Salah satu tanggung jawab terbesar sebagai kepala keluarga adalah membangun keluarga. Seorang Suami sebagai kepala keluarga harus mempunyai Visi dan Misi tentang mau kemana arah keluarga akan dibawa. Membangun sebuah keluarga diibaratkan seperti mengolah sebuah ladang. Jangan harap kita dapat mengolah lahan di dalam keluarga yang di dalamnya penuh dengan ahli ibadah jika tidak kita “ olah “ terlebih dahulu. Jangan berharap keluarga kita akan berlomba-lomba menuju ketaqwaan jika kita (kepala keluarga) tak memberi tauladan bagi seisi rumah. Jangan pula berharap bisa memanen pahala berlipat ganda bila kita tak mengajarkan dan membiasakan kepada mereka beribadah dan beramal shaleh sejak dini.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah   
Rumah yang di dalamnya penuh dengan ahli ibadah menjadi tujuan kita semua. Tempat berawalnya sebuah kebajikan, ladang yang bisa menumbuhkan berjuta pahala. Ia bisa menjadi pondasi yang kokoh dalam membangun sebuah peradaban. Allah berfirman dalam Surat Al-Hajj (22) : 77 :
يا أيها الذين آمنوا اركعوا واسجدوا واعبدوا ربكم وافعلوا الخير لعلكم تفلحون
 “ Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”
Ayat diatas memberikan arah kepada kita bahwa ibadah, baik secara vertikal maupun horisontal akan mengantarkan manusia pada kemenangan. Kata tuflihun dari ayat di atas berasal dari kata aflaha-yuflihu yang berarti berhasil. Makna ini terkait dengan dengan kata lain yang berasal dari akar kata yang sama, misalnya al-falah yang berarti kemenangan , atau fallahun yang berarti petani, karena menghasilkan tanam-tanaman. Dalam Al-Qur’an terjemahan Indonesia  kata itu sering diartikan beruntung atau berjaya.
    Petunjuk bahwa ibadah akan mengantarkan kepada keberuntungan di tunjukkan  secara langsung dalam surat  Al-Baqarah ( 2 ) : 1-5 : “ Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”
    Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa keberuntungan atau kemenangan yang dimaksud dalam kata tuflihun maupun muflihun adalah kemenangan dengan masuk surga. Lebih lanjut Sayyid Quthb menjelaskan kemenangan itu berlaku di dunia maupun di akhirat.
    Begitu pula As-Samarqandi dalam tafsirnya menjelaskan muflihun sebagai “orang yang selamat “ yakni Allah SWT memuliakan mereka di dunia dengan penerangan dan akhirat dengan keselamatan. Hal tersebut hanya dapat terwujud jika kaum muslimin bisa menegakkan ibadah dengan sebaik-baiknya, yakni ibadah yang berpijak pada akidah yang benar serta diwujudkan dalam akhlak yang mulia. Kemuliaan dunia inilah yang akan menentukan kemuliaan selanjutnya di akhirat.

Jama’ah Jum’at rahimakumullah   
    Mengapa ibadah kepada Allah SWT dapat mengantarkan manusia pada kebahagiaan hidup yang hakiki ? Karena manusia secara fitrah di ciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman : “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” ( Yaasin ( 36 ) : 60-61)
    Itulah sebabnya seruan Nabi Muhammad SAW kepada ummat manusia yang paling utama adalah beribadah kepada Allah SWT, seperti dalam firman Allah SWT  : “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".( Al-Anbiyaa ( 21 ) : 25 )
Jika kita ingin berhasil membangun peradaban Islam, maka salah satu pondasi yang kita bangun terlebih dahulu adalah ibadah. Elemen pembangun peradaban adalah masyarakat, sementara elemen masyarakat adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, anaka dan anggota keluarga lainnya. Maka upaya membangun pondasi tersebut harus dimulai di dalam keluarga, yakni dengan menjadikan ibadah sebagai karakter di dalam anggota keluarga. Upaya itu juga harus dilakukan dengan menanamkan ketaatan dalam beribadah kepada anak-anak kita dengan dasar rasa cinta kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman :
“Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. ( Al-Baqarah ( 2 ): 165 )
Orang tua harus bisa mengantarkan anak-anaknya untuk mencintai Allah SWT melebihi cinta mereka kepada apapaun termasuk orangtuanya sendiri. Ketakutan mereka kepada Allah SWT harus lebih besar dari ketakutannya kepada orangtua sendiri. Kedekatan kepada Allah SWT harus lebih dalam dibandingkan kedekatannya kepada orangtua sendiri.
    Yang tidak kalah pentingnya, dalam rangka menanamkan karakter ibadah ini, orangtua harus menjadi uswatun hasanah yang contoh yang baik. Anak akan selalu melihat dan meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Jika kita istiqamah dalam menjalankan ibadah, maka insyaAllah anak-anak kita akan rajin ibadah. Tanpa dipaksa-paksa mereka akan senang melakukan ibadah. Sehingga ibadah menjadi karakter semua anggota keluarga.
    Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk membangun dan menyuburkan ibadah dirumah kita adalah :
Hendaklah orang tua mencari rizky dan memberi makan hanya dengan yang halal dan menghindari makanan yang haram atau subhat, karena ini akan sangat mempengaruhi karakter anak selanjutnya.
Mengajarkan kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT, serta memperhatikan kualitas pendidikan akhlaknya.
Menghadirkan kelembutan, cinta,  kasih sayang dan memberikan perhatian serta perawatan yang memadai.
Memerintahkan shalat kepada anak kita ketika memasuki usia tujuh tahun (untuk pembiasaan) serta menumbuhkan rasa cinta dan terikat terhadap shalat dengan memberikan sangsi yang mendidik kepadanya ketika berumur 10 tahun , jika sengaja meninggalkan shalat.
Membiasakan diri shalat berjama’ah dimasjid dan menghadiri kegiatan kegamaan dalam rangka menambah wawasan keislaman.
Mengajak anak terbiasa melakukan ibadah sunnah seperti : shalat sunnah rawatib, berdzikir dalan segal akeadaan, puasa sunnah, shalat dhuha, shalat tahajud dan bersedekah.
Mengajak anak untuk gemar membaca buku pengetahuan agama Islam, untuk memperkokoh keimanannya karena ilmu akan menyuburkan iman.
Sedapat mungkin memasukkan anak ke dalam lembaga pendidikan Islam sehingga terjamin  wawasan dan kepribadian islamnya.
Mengajarkan anak cinta kepada Al-Qur’an dengan sering membacanya setiap hari, memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, semoga kehidupan kita dan keluarga kita selalu berlimpah kebaikan dan kemuliaan, baik di dunia maupun di akhirat. Jika kita bersungguh-sungguh  menyuburkan gairah ibadah di dalam keluarga kita. Maka kebahagiaan dunia akhirat akan tercapai. Semoga.
Jl. Sumpil II / 42 Malang , Jawa Timur Kode Pos : 65125
HP : 08125240228






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata