30 Nov 2010

Cintaku Bersemi di Masjid

Hadirin yang berbahagia, Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah swt, yang mana Allah swt telah menciptakan kita dan atas hidayah dan inayahnya pula kita dipertemukan oleh Allah swt pada bulan yang agung ini yaitu Bulan Ramadhan. Pantaslah jika Allah swt berfirman
“la in syakartum laazdi dang nakum, barang siapa yang mensyukuri nikmatku kata Allah swt maka nikmat itu akan aku tambah, wa la ingkafartum inna ‘azda bi lasyadiid, barang siapa yang kufuur terhadap nikmatku kata Allah maka azabku sangatlah pedih. Aku mengucapkan pidato atau ceramah ketika bulan Ramadhan di masjid Al – Ma’un, dengan semangat yang berapi – api aku menjelaskan betapa urgennya kita mensyukuri nikmat Allah swt, sampai – sampai aku lupa apa yang akan aku sampaikan lagi. Maka tanpa menunggu BA-BI-BU, aku langsung menutup pidatoku dengan ucapan Wabillahi Taufik Wal Hidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaaatuh, kemudian dijawab oleh para hadirin dengan sebagaimana lazimnya.
Ketika aku turun dari mimbar langsung mengimami para jama’ah kemudian merapatkan shaf mereka, tanpa sengaja aku melihat sekilas wajah salah satu muslimah yang mengandung unsur keindahan. Aku ingin tersenyum tapi kutahan karena takut salah persepsi Jama’ah tentang diriku, ya Allah alangkah bahagia aku dan hatiku berdesir ketika melihat wajahnya. Sungguh mata dan hatiku telah hilang ditelan oleh bayangan mata dan senyumnya yang begitu bersemi bak sekuntum Mawar Merah yang sedang mekar.
Kalau dalam istilah Fakultas Agama Islam ada yang dikenal dengan Teologi Islam, maka yang aku alami sekarang adalah Teologi Cinta. Seolah – olah mata dan hatiku telah ditutupi oleh seribu warna cinta, terkadang senang terkadang sedih dan terkadang pula seperti orang gila yang selalu tersenyum tanpa sebab yang jelas. Itulah maha adilnya Allah swt dengan menciptakan mahluknya berpasang – pasangan, jika di dunia ini ada sesuatu yang jelek pasti ada sesuatu yang baik. Begitu juga dengan manusia, ada lelaki maka sudah tentu ada wanita, ini untuk menenangkan jiwa manusia itu sendiri. Karena dengan adanya wanita maka jiwa kita akan tenang dan keturunan manusia akan berlanjut atau dengan kata lain keturunan manusia akan terjaga dengan adanya perkembangbiakan. Dengan adanya wanita pula, maka lelaki akan lebih semangat jiwanya dalam menjalani hidup. Kalau seandainya tidak ada wanita, alangkah meruginya jiwa ini karena tidak bisa tenang, adanya wanita kita dapat beribadah kepada Allah yaitu dengan melaksanakan Sunnah Rasulullah saw, alangkah indahnya hidup ini dengan diciptakannya wanita oleh Allah swt.
Aku mengimami jama’ah Shalat tarawih dengan suara sendu, saat itu aku bersemangat melantunkan ayat suci Al – Quran karena ada salah satu jama’ah yang sangat spesial di hatiku, Subhanallah aku gugup dan bahagia. Selesai shalat Tarawih, para Jama’ah yang ada di shaf depan langsung menyalamiku, ketika aku hendak meninggalkan tempat duduk. Anak – anak yang masih kelas satu SD hingga kelas tiga SMP langsung mengurumiku untuk meminta tanda tangan. Karena hati dan pikiranku tidak tenang saat itu, jadi aku asal – asalan menandatangani buku panduan Ramadhan mereka.
Setelah selesai menandatangani buku panduan anak – anak, aku langsung masuk kamar dengan niat supaya aku bertemu dengannya di teras Masjid. Tetapi keinginanku tidak tercapai karena orang yang sangat aku kagumi itu sudah keluar dulu dari Masjid Al – Maun, betapa kecewanya aku saat itu. Ketika aku masuk kamar dan ganti baju, aku dengar hpku bergetar dan ternyata ada sms masuk
Fer, u dmn?
 Tanya Dedi padaku. Aku jawab sms itu
Ni aq dkmr lagi  nyantai
Tidak lama kemudian, ada sms dari Fira yang masuk ke dalam hpku
    K2 chayank,lg ngapain
Aku tersenyuman membaca sms ini, kemudian aku balas
Ini lagi,,,, ngomomg ama teman2 k2
Sms itu terus menyerang hpku, ada – ada saja yang dikirim oleh temanku – temanku mulai yang romantis, lucu bahkan yang gilapun ada masuk dalam hpku juga. Karena keasyikan sms-an dengan teman – teman, saking banyaknya sms yang masuk dalam hpku.
 Tak kurasa ada orang yang masuk ke dalam kamarku
    “Assalamu’alaikum, bettul. Waah ada apa nih, kok senyam senyum sendiri” kata Surur padaku
    “nggaak, biasaa anak muda” jawabku sekenanya
    “ehemmmm. Aku tahu nih” selidiknya sambil tersenyum dengan senyuman yang penuh tanda tanya.
    “tahu apa Rur?” tanyaku dengan nada seperti orang penasaran, padahal aku sudah tahu kalau dia akan menggodaku dengan nama Maghfirah
    “pasti sms dari Fira kan, ayoo ngakuu ?” kata Surur
    “bettuuull, ya dari Fira tapi bukan Maghfirah tahu!!” kataku sambil menampakkan wajah kecut padahal hatiku tersenyum
    “hehehe, berarti kurang betul ya ?”
    “iya – yalah conk, masa iya iya dong” jawabku
Di kamar aku berkelakar dengan segala macam topik mulai dari yang bernuansa agama hingga yang bernuans lawak, semuanya tersaji dalam satu wadah. Namun, di waktu kita berkelakar, mata dan fikiranku teringat tentang dia. Entah magnet apa yang dia punya hingga bisa membuat aku terpikat seperti ini. Karena keasyikan menghayal tentang dia, tanpa kusadari Surur menepuk pundakku
    “heh, ngelamun ae, kon” kata Surur
    “adduh, astaghfirullahal ‘adzim, biasa Rur”
Pikiranku langsung buyar saat itu, tiba  - tiba hpku memekik, ternyata ada sms dari kak Ramedan
    FER, KESINI. RAMEDAN
Maka aku balas sms itu
Y. kak
Tanpa basa – basi aku langsung bergegas pergi ke rumah kak Ramedan dengan sepeda ontelku. Di tengah jalan begitu ramai kulihat orang dengan aktivitasnya masing – masing, ada yang pacaran dipinggir jalan, makan di warung dan ada pula yang bercanda dengan teman – temannya, semua itu tersaji dalam indahnya kehidupan. Sesampainya di rumah Kak Ramedan kulihat suasana rumah lebih asyik dan lebih ramai karena semua temanku yang termasuk keluarganya kak Ramedan berkumpul di situ. Akupun masuk dan mengucapkan salam, dan yang lebih mengasyikkannya lagi ternyata malam itu ada pertandingan klasik antara Menchester United vs Menchester City, sebuah pertandingan yang menguras emosi,
    “Assalamu’alaikuum”
    “Wa’alaikumussalam warahmatullah” jawab mereka dengan serempak
    “eeeee, Feri Rotinsulu datang” kata kak Ramedan menyambutku dengan senyumnya yang khas
    “hehehehe, ya” jawabku sambil garuk kepala padahal kepalaku tidak gatal
    “ee Feri rek, ehemmm, monggo monggo masuuk” kata Akbar mempersilahkanku dengan isyarat tangannya
    “matur nuwun, matur nuwun” ucapku dengan logat orang Jawa disertai dengan anggukan kepala
    “gimana kabarmu sekarang?” Tanya kak Ramedan tanpa menoleh kepadaku karena fokus pada pertandingan itu
    “Alhamdulillah, khairun Insya Allah” jawabku
    “bagus” balas Kak Ramedan dengan singkat
Semua mata tertuju pada pertandingan yang berlangsung seru itu, semua ekspresi ada di situ, mulai ekspresi tangan hingga suara yang menggelgar
    “gol gol hiya hia iya iya, adduh, astaghfirullah hampir saja” teriak kak Ramedan sambil menggepalkan tangannya dan memukul bantal yang ada di depannya
    “ah, sudah bengkok kakinya Rooney itu kak, tadi saya santet. Heheehe” ucapku tanpa beban kemudian tersenyum
Perkataanku tidak digubris oleh kak Ramedan, karena mata dan fikirannya masih tertuju pada pertandingan klasik itu
Lima menit kemudian…..
Setelah selesai nonton, teman – temanpun dengan aktivitasnya masing – masing. Sementara aku tetap pada tempatku karena kulihat salah satu acara televisi yang begitu menggiurkan yaitu Overa Van Java sebuah tayangan yang bisa membuatku terpingkal – pingkal, tidak lama kemudian kak Ramedan keluar dengan celana pendek dan baju dalam beliau, kemudian duduk di depanku.
    “Fer, pijitan sekarang” kata kak Ramedan sambil mengatur posisi duduknya
    “ya kak” akhirnya kena juga tugasku ini
Sambil pijit – pijitan kucurahkan semua masalahku padanya, mulai dari masalah finansial hingga masalah pemikiran yang merusak pondasi Islam. Tetapi beliau selalu menghiburku dengan serangkaian motivasi dan untaian hikmah yang terkandung di dalam Al – Quran. Subhanallah, sungguh hatiku tergugah, kata beliau yang paling aku ingat
    “Fer, Allah pasti akan menolongmu asal kamu yakin, ingat firman Allah dalam surat At – Thalaq ayat 2 dan 3”
Setelah selesai memijat kak Ramaedan, aku langsung pamit pulang, karena sudah kecapaian dan ngantuk berat. Tetapi sebelum aku pulang terlebih dahulu aku minta Kurma pada kakakku yang satu ini, dengan begitu aku langsung pulang dan mengayunkan sepeda ontelku ke Masjid Al – Maun.   
Sesampainya di Masjid Al – Maun kulihat teman – teman satu kamarku sudah tidur. Aku bergegas mengambil kunci gudang untuk memassukkan sepedaku. Di kamar kubuka pintu sehalus mungkin dan berhasil karena tidak membangunkan temanku. Akan tetapi ketika kubuka pintu kedua kalinya, ternyata Surur sudah bangun
    “Fer, dari mana?”
    “dari Rumah kak Ramedan”
    “o o o” jawabnya dan langsung melanjutkan tidurnya,
Akupun langsung mengambil perlengkapan tidur dan tidak lupa berdo’a agar tidak di ganggu oleh Syaitan. Karena kalau kita berdo’a kepada Allah, tidur kita akan tenang. Kupejamkan mataku ini, selang beberapa jam kemudin aku sudah terbuai dalam mimpi yang sangat indah, seolah – olah aku berada dalam Surga. Kulihat dia tersenyum di depanku, tak kuasa hatiku ingin mengucapkan Masya Allah. Lalu kumaju dan kuraih tangannya, kupegang kepalanya untuk menciumnya. Akan tetapi aku langsung sadar, dan segera kuucapkan istighfar sebanyak – banyaknya. Kemudian aku mengambil air wudhu dan kutegakkan Shalat Tahajjud untuk menghadap kekasihku yang sangat aku cintai.
Ketika aku baca surat ini, rasa badanku menggigil apalagi waktu aku baca ayat yang berkenaan dengan Sakratul Maut yang selalu ditakuti oleh setiap orang yang apabila dberi kesenangan oleh Allah swt, dengan membaca surat ini aku teringat mati. Selain itu juga, aku kepikiran apakah ending hidupku Khusnul Khatimah atau sebaliknya. Alangkah meruginya diriku ini jika seandainya aku wafat dalam keadaan Su’ul Khatimah, sudah tentu aku tidak bisa menjumpai kekasih hatiku yang sangat aku cintai ini.
Di sepertiga malam pula, aku menangis meratapi dan menyesali dosa yang telah aku buat, hatiku sangat sedih dengan dosa yang telah aku buat. Padahal kekasih tidak penah menuntut lebih banyak. Sungguh merugi apabila tidak mendapat kasih sayang darinya. Kutengadahkan tanganku ini seraya mengucapkan “ya tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami. Niscaya pastilah kami termasuk orang – orang yang merugi” dan tidak lupa pula aku minta kepadanya dengan segala macam permintaan. Karena keasyikan tenggelam dalam do’a, tidak terasa waktu sahur  datang menyambut, segera kuakhiri doa’ku dan tidak lupa pula aku mengucapkan kata yang spesial untuk kekasihku “ I love you Allah, I Love you ya Allah, I Love you” berkali – kali kuucapkan kata – kata itu sampai air mataku menetes
Akupun makan sahur bersama dengan teman – teman yang lain, sambil makan kusengaja melempar teka – teki yang sedikit vulgar kepada Mas Sahran dan Surur
    “eh, tebak nih, apa bedanya kucing dengan manusia?” Tanyaku pada mereka
    “ah itu mudah, Fer” jawab Surur sekenanya
    “kalau tahu ya tebak, Rur” tantangku padanya
    “ah kau fer, ada – ada saja” kata mas Sahran padaku
    “yaa, Cuma teka – tekii” jawabku sambil membela diri, aku diam seribu bahasa, sambil menunggu jawaban salah satu dari mereka, karena sudah bosan lalu Surur menjawab
    “menurut saya perbedaan kucing dengan manusia adalah kalau kucing itu binatang alias hewan, sedangkan manusia ya manusia” jawab Surur sedikit bingung sambil mengangguk kepala
    “bettul, tapi kurang betul, bedanya ialah kalau manusia itu ketika kawin mereka diam. Tapii, kalau lagi hamil telinga ini pecah dengar suara perempuan yang teriak, sedangkan kucing itu sebaliknya Rur, kucing itu ketika mereka kawin, semua orang kampung tahu kalau mereka lagi kawin saking ributnya, apabila dia beranak maka ia diam. Nah, itulah yang paling benar gimanaa?” tanyaku pada mereka
Mereka langsung menggeleng kepalanya sambil tersenyum menahan tawanya yang hampir meledak. Setelah selesai makan kita langsung dengan aktivitas masing – masing. Aku lebih memilih tidur dari pada baca buku maupun yang lainnya. Karena pada prinsipnya aku ingin jadi Sang Pemimpi, dengan begitu secara praktis aku langsung pejamkan mataku ini. Akan tetapi apakah aku dengan bermimpi banyak yang hanya aktivitasku tidur saja, semua mimpiku akan tercapai, tentu  saja tidak. Maka segera aku bangun dari kasur karena aku iri melihat semangat kedua temanku ini yang begitu getol mempelajari ilmu agama.
Rasa malasku hilang ketika kuingat pesan dari Rasulullah saw, sebuah kata motivasi yang bisa membangkitkan gairah untuk belajar. Pertama, kemudikanlah perahu karena laut itu sangat dalam, perbanyakkanlah perbekalan karena, sesungguhnya perjalanan itu masih panjang, ringankanlah beban dipundakmu sesungguhnya perbukitan masih panjang, ikhlaskanlah dalam berbuat karena orang mengkritik itu senantiasa mengawasi. Ketika aku ingat kata itu, jiwaku langsung bangkit dan aku ucapkan “Allahu akbar, semangat Fer” dan rasa malasku langsung hilang. Kemudian aku langsung masuk kamar mandi untuk menyegarkan otakku.
Aku masuk kemudian beberapa menit lagi aku keluar karena ada yang salah
    “Fer, kok cepat betul selesainya, tumben?” Tanya Surur keheranan
    “lupa baca do’a Rur, jadi aku keluar lagi deh” jawabku sekenanya
    “fer, fer, ada – ada saja” kata Surur menggelengkan kepalanya karena keheranan dengan tingkahku. Aku basuh semua badanku dengan air, kuresepi makna hidup. Maha suci Allah swt, yang telah menciptakan air. Jika seandainya Allah swt, tidak menciptakan air maka mahluk Allah swt tidak akan bisa hidup karena air adalah sumber kehidupan. Apalagi kita sebagai manusia mungkin akan jadi mahluk yang paling kotor karena tidak ada air dan tentu saja tidak mandi, wajar jika Allah swt berkata “nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?”. Sungguh, ya Rabb aku tidak bisa mendustakan nikmat yang telah engkau berikan, termasuk nikmat aku jatuh cinta di masjid.
Selesai mandi aku dengar tarkhim sudah menyambutku, maka aku segera bergegas untuk persiapan Shalat Subuh, kumantapkan niatku karena Allah swt, tidak lama kemudian terdengarlah Surur melantunkan adzan dengan suara yang mendayu – dayu. Ketika aku keluar, aku langsung bertatap mata dengannya. Masya Allah, hatiku langsung berdesir kuat tak tahan rasanya, maka segera aku tundukkan pandangan ini karena aku malu pada ibunya.
Selesai shalat Subuh aku sengaja keluar kencing, padahal tujuanku untuk menikmati keindahan ciptaan Allah swt, yang sangat cantik, kutatap wajahnya dia tersenyum aku langsung tersenyum bahagianya hatiku saat itu. Dan senyum itu selalu terkenang hingga sekarang sulit bisa aku lupakan, tanpa kusadari dalam hatiku mengucapkan “ya Allah semoga aku halal untuknya” aku tak tahu kenapa aku bisa seperti ini lagi. Dan semoga aku bisa mencintainya untuk sekarang dan seterusnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

M. Feri Firmansyah
Tarbiyah angkatan 2009
No.hp 087 863 995 848
Email: feri@webmail.umm.ac.id
Walaupun cerpenku tidak dimuat. Tapi, aku bahagia karena ini merupakan ungkapan hatiku pada orang – orang yang telah berjasa selama hidupku. Selain itu, juga aku beri tahu jika masjid itu tidak hanya menjdi tempat ibadah akan tetapi juga bisa menjdai wadah pacaran bagi muda – mudi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata