6 Nov 2010

Peradaban yang Runtuh

Oleh M. Feri Firmansyah

Pendahuluan
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi jika peradaban Barat  memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perkembangan sains, religious, bahasa dan lain – lain. Sehingga tidak heran jika bangsa Barat selalu memelihara tradisi
keilmuannya dari masa Alexandrian, Syirian dan Persia sebagai gagasan dan metode yang diciptakan.
    Tidak heran jika timbul pertanyaan bagi kalangan orang Islam sendiri, apakah kemajuan Barat berpengaruh bagi ilmu pengetahuan dunia, terutama orang Islam? Karena banyak pemikiran yang timbul jika kemajuan  dunia tidak lepas dari  kontribusi mereka terhadap ilmu pengetahuan. Bahkan lebih parahnya lagi, jika paradigma orang Islam mengatakan cukup belajar dari dari Sirah  Nabi saw dab para khulafaur Rasyidin. Padahal mempelajari sejarah Islam secara komperehensif itu sangat urgen bagi umat Islam.
    Dalam tulisan ini penulis akan mengkaji dampak peradaban Barat dan ilmu pengetahuan terhadap Islam. Selain itu, penulis juga akan mengkaji ulang betapa kebudyaan dan ilmu pengetahuan klasik yang demikian kompleks berasimilasi dengan kebudayaan Islam. Demikian pula sprit intelektualitas Islam dalam proses interaksi dan asimilasi kultural sehingga mencapai puncak yang berangsur – angsur surut dan memunculkan kebangkitan peradaban Barat pada abad pertengahan. Dalam konteks inilah Islam dianggap ikut dalam prosesi peletakan batu pertama bangunan budaya dan peradaban modern.

Wajah Islam dari masa Rasulullah saw hingga Khulafaur Rasyidin
    Mempelajari Sirah Nabawiyah dan Sirah para sahabat Rasulullah saw sangat urgen dalam sejarah peradaban Islam karena mempelajari kedua sirah ini umat Islam dapat mengambil ibrah dari setiap tapak tilas dari pengalaman Rasulullah saw dan para Sahabat. Selain itu, mempelajari kedua sirah ini bukan sekedar mengetahui peristiwa – peristiwa yang mengungkapkan kisah dan kasus menarik. Karena itu, tidak sepatutnya umat Islam khususnya Intelektualisme Islam menganggap kajian Fiqh Sirah Nabawiyah termasuk kajian sejarah yang hanya sebatas mengetahuinya saja.
    Tujuan mengkaji sejarah peradaban Islam secara paripurna adalah agar setiap orang Islam memperoleh gambaran hakikat Islam secara paripurna yang tercermin dalam kehidupan Rasulullah saw dan para Sahabat sesudah dipahami secara konseptual sebagai prinsip, kaidah dan hukum, sirah Nabawiyah hanya merupakan upaya aplikatif yang bertujuan untuk menjelaskan hakikat Islam secara utuh dalam keteladanan yang agung. (Sa’id Ramadhan, Muhammad. 1999: 3)
    Masa ini disebut masa dakwah dan masa perintisan Islam dengan penyebaran Islam baik melalui perang (perluasan wilayah) maupun melalui dakwah. Dan pada masa ini Islam meluas sampai ke Andalusia. Pada Rasulullah saw hingga era Ibnu Khatab ra, ukhuwah Islamiyah sesama Islam sangat erat. Sedangkan pada masa Usman Bin Affan hingga Ali Bin Abi Thalib ukhuwah sesama Islam sedikit rapuh karena banyaknya terjadi pemberontakan.
    Semangant memperjuangkan agama inilah yang telah merangsang kaum muslimin untuk menyampaikan ajaran Islam kepada para penduduk di tiap Negara yang mereka masuki (Arnold, T W. 1990: 1) ini sudah terlihat semenjak mulai dirintisnya dakwah yaitu pada masa Rasulullah saw, sehingga tidak heran jika agama Islam memiliki peradaban pada masanya. Inilah yang patut diapresiasi oleh generasi Islam berikutnya. Pada masa peradaban Islam kesejahteraan umat beragama begitu dijunjung tinggi.
    Sikap toleran kaum Muslimin terhadap Kristen pada abad pertama Hijriah kemudian dilanjutkan oleh generasi setelahnya, seperti yang terlihat sekarang maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masuk Kristen ke dalam Islam adalah atas pilihan dan kemauan mereka sendiri tanpa paksaan (Arnold T W. 1990: 47)
Namun seiring berjalannya waktu bukan tidak mungkin peradaban yang telah dirintis oleh Rasulullah saw nyaris di ujung tanduk, ini disebabkan beberapa kendala, antara lain:
1.    adanya pemberontakan dan kudeta terhadap pemerintah yang sah, yang muncul ketika masa Usman Bin Affan
2.    dari segi peradaban intelektual dan keilmuannya mengalami kemunduran, disebabkan kurangnya perhatian terhadap sesuatu yang berbau sains ataupun ilmu pengetahuan yang lainnya atau dengan kata lain cenderung konservatif
3.    kurangnya pengetahuan mengenai tokoh dan cendikiawan Islam yang sangat berpengaruh bagi intelektual Barat
4.    sebagian besar khalifah pada masa Dinasti Islam cinta dunia dan kekuasaan, kecuali pada masa Rasulullah saw dan para Khulafaur Rasyidin
5.    umat Islam sebagian besar melupakan pedoman pokoknya
6.    adanya konflik politik dalam tubuh internal Islam itu sendiri
7.    adanya modernitas besar – besaran  terhadap sistem pemerintahan Islam, maksudnya pemerintah Islam cenderung mengikuti  sistem pemerintahan Barat yang padahal sistem pemerintah Islam lebih komperehensif


Wajah Peradaban Islam masa dua Dinasti
    Sengaja penulis memberikan perhatian khusus pada dua dinasti ini, karena keduanya mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap Islam maupun Orientalism khususnya Nasrani dan Yahudi sekalipun mereka tidak senang  terhadap Islam.  Kedua Dinasti ini merupakan dinasti pertama yang mengikuti peradaban  yang telah dirintis pada masa Rasulullah saw, adapun kedua dinasti itu antara lain

A.    dinasti Umayyah
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan bani Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarki, heriditas (kekuasan turun temurun), kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui, kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan suara terbanyak (Yatim, Badri. 2000: 42) inilah salah satu faktor dinasti ini berumur 90 tahun, bahkan tidak segan – segan membunuh gerakan oposisi yang mengganggu stabilitas kekuasaannya.
Kahlifah – khalifah besar pada masa Dinasti Umayyah antara lain Muawiyah Bin Abi Sofyan (661 – 680 M), Abdul Malik Bin Marwan (685 – 705 M), Al – Walid Bin Abdul Malik (705 – 715 M), Umar Bin Abdul Aziz (717 – 720 M) dan Hasyim Bin Abdul Malik (724 – 743 M). (Yatim, Badri. 2000: 43)
Ekspansi yang terhenti pada Usman Bin Affan dilanjutkan pada masa Dinasti ini. Mulai dari Muawiyah Bin Abu Sofyan yang berhasil menaklukkan Tunisia, Khurasan, Kabul dan Ibu kota Bizantium Kontinopel. Ekspansi yang dilakukan oleh Muawiyah kemudian dilanjutkan pada masa Abdul Malik. Dia mengirim tentara menyebrangi  Sungai Oxus dan berhasil menaklukkan Bukhara, Samarkand. Vergana dan Khawarizm. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balkhistan dan daerah Punjab Sampai ke Maltan.
Pada masa Al – Walid Bin Abdul Malik ekspansi wilayah Islam dilakukan secara besar – besaran. Kurang lebih sepuluh tahun tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju Barat Daya, benua Eropa yaitu pada tahun 711 M. setelah Al Jazair ditaklukkan Tariq Bin Ziyad pemimpin pasukan Islam mendarat di gunung Gibraltar (Jabal Tariq) dan masa ini pula Cordova berhasil ditaklukkan.
Dan pada masa Umar Bin Abdul ‘Aziz berhasil melakukan ekspansi beberapa daerah daerah baik Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam pada masa Bani Ummayyah sangat luas. Daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Paletina, Jazirah Arab, Irak, Persia, Afganistan, Pakistan, Purkemenia, Uzbek dan Kirgist di Asia Tengah.
Disamping ekspansi wilayah kekuasaan Islam, Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang, antara lain:
1.    mendirikan dinas pos
2.    mencetak uang sendiri pada tahun 659 M dengan tulisan Arab
3.    memberalakukan Bahasa Arab sebagai bahasa Resmi administrasi pemerintahan Islam.
Meskipun keberhasilan dinasti ini, namun tidak berarti politik dalam negeri dianggap stabil, banyak konflik politik dan pemberontakan yang ada dalam tubuh dinasti ini.


B.    dinasti Abbasiyah
Orang – orang Abbasiyah mewarisi kekuasaan yang maha luas dari Bani Umayyah, pilar – pilar solid, sistem stabil dan peradaban yang tinggi. Wilayahnya memanjang sampai perbatasan Cina di sebelah timur dan Perancis Selatan, termasuk Andalusia. Pengaruh Khalifah Bani Umayyah menyebar hingga daerah – daerah yang luas, pajak semua daerah terebut dikirim ke Damaskus (Sa’id Al – Wakil, Muhammad. 1998: 75)
Kekuasaan Dinasti Abbasiyah sebagaimana telah disebutkan yakni melanjutkan kekuasaan Dinasti Umayyah. Dinamakan khalifah Abbasiyah karena pendirinya dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al – Abbas paman Rasulullah saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al – Shaffah Ibnu Muhammad Ibnu Ali Ibnu Abdullah Ibnu Al – Abbas (Yatim, Badri. 2000: 49).
Periode Bani Abbasiyah merupakan periode berkembangnya filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam sehingga wajar jika Daulah Bani Abbasiyah disebut sebagai pusat peradaban kebudayaan Islam. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya rumah sakit, tempat pendidikan dokter dan farmasi, dan pada masanya sudah terdapat 8000 orang dokter dan kesejahteraan sosial, keemasan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan serta kesastraan berada dalam masa keemasannya. Pada masa inilah Islam menempatkan diri sebagai Negara terkuat dan tidak tertandingi.
Dari gambaran di atas Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasaan wilayah. Inilah yang menjadi peradaban pokok Bani Abbasiyah. Demikian pula, kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam klasik, kemajuan yang tidak ada tandingnya dikalan itu. Pada masa ini kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan. Sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Pada masa keemasan ini mencapai puncakknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami kemunduran (Yatim, Badri. 2000: 59)

Wajah Peradaban Islam setelah Peradaban Barat
    Setelah periode Rasulullah saw hingga periode Daulah Abbasiyah, mulai terjadi perubahan – perubahan yang signifikan dengan muncul dan berkembangnya beberapa peradaban Barat. Implikasi dominasi ekonomi dan kolonial Eropa terus berlangsung sampai sekarang ini. Pemerintahan kolonial merusak keseimbangan institusi yang telah membentuk sistem masyarakat Muslim dan menimbulkan kemunduran kekuatan politik masayarakat Muslim diseluruh dunia dan menimbulkan regresi kehadiran Muslim dibeberapa wilayah tertentu. Imperium Usmani kehilangan kekuasaan atas wilayah Balkan, dan warga Muslim di Asia Tengah akhirnya di bawah kekuasaan Rusia dan Cina (Ira M, Lapidus. 1999: 11)
    Intervensi Eropa secara nyata mengubah struktur internal masyarakat Muslim. Pada masing – masing wilayah pengaruh kekuatan Eropa tersebut berbeda – beda dan melalui perpaduan dengan keragaman Institusional dan kultural yang berkembang di tengah masyarakat Islam sendiri, perbedaan tersebut melahirkan keragaman tipe masyarakat kontemporer. Dan Implikasi dari intervensi melahirkan masyarakat Islam yang merupakan produk interaksi masyarakt Islam regional dengan pengaruh Eropa.
    Adanya intervensi Eropa secara nyata melahirkan modernisme Islam yang merupakan doktrin elite politik Islam dan  intelgensi abad sembilan belas, yang mesti dibedakan dengan reformisme Islam adalah jika ini merupakan doktrin ulama. Ajaran modernisme adalah bahwasanya kekalahan Muslim di tangan kekuasaan Eropa menyadarkan kelemahan mereka dan bahwasanya pemulihan kekuasaan politik menuntut mereka meminjam teknik – teknik militer Eropa, memusatkan kekuasaan Negara, memodernisir perekonomian mereka dan menyelenggarakan pendidikan modern bagi kalangan elite mereka. Ini berarti, bahwa bentuk peradaban Islam masa pertengahan harus disingkirkan, tetapi Islam semata tidak dapat disingkirkan.
    Agaknya Islam mestilah dikonstruksi berdasarkan ajarannya yang inheren, yakni prinsip rasionalitas, aktivisme dan patriotisme bukan ditinggalkan sama sekali (Ira M, Lapidus. 2000: 17). Intervensi dan invasi dari Eropa membuat Negara Islam kehilangan peradabannya yang telah dirintis pada masa Rasulullah saw dan Khulafaur Rasyidin kemudian diperluas dan diperkuat pada masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, direkontruksi pada masa Bani Fatimiyyah di Mesir terutama dalam bidang ilmu pengetahuan (sains).
    Kebangkitan kekuatan mengantarkan Eropa kepada konflik dunia dengan masyarakat Muslim. Jika Islam telah berkembang dari Timur Tengah sampai kepada Asia Selatan dan Tenggara, Afrika dan Eropa Timur, maka kekuatan Atlantik dan Eropa Utara mulai menampakkan ambisi mereka untuk memperluas wilayah kekuasaan di wilayah perbatasan bagian utara dan selatan dari masyarakat Muslim (Lapidus, Ira M. 1999: 42).
    Intervensi dan invasi yang dilakukan Barat terhadap Islam membuat Islam kehilangan peradaban keilmuannya, menurut Moh. Nurhakim (2004: 103) para ilmuwan yang berhasil disumbangkan ke dunia saat ini adalah Abu Thahir, Abu Ya’qub Yusuf dan Hasan Ali dalam bidang ilmu Nahwu. Ibnu Hani dan Abu Abdillah Muhammad seorang penyair kenamaan. Dalam bidang Filsafat lahir Ar – Razi, Abu Ya’qub, Ja’far Al – Mansur. Kemudian Abu Abdillah dalam bidang kedokteran, dan Abu Ali Muhammad Al – Haitsami dalam bidang Matematika. Bidang Fisika, Kimia dan Optik dipelopori oleh Ibnu Al – Haitsam. Sementara dalam bidang Astronomi dipegang oleh Ali Bin Yunus dan Zij Bin Yunus. Sedangkan tokoh agama di sana adalah Abu Hanifah Al – Maghribi, seorang tokoh ulama Syi’ah Ismaliyyah dan Ja’far Mansur Al – Yamani, seorang Qadhi Qudlat. Selain itu, pada masa tiga Dinasti ini pula terekspresikan pada upacara dan arsitektur keistanaan yang dirancang sangat megah.
    Dengan melihat fakta Historis yang ada kontribusi Umat Islam terhadap perkembangan dunia sangat besar. Ini terlihat dengan adanya sumbangan sains modern Umayyah di Spanyol, serta timbulnya tradisi intelektual. Selain itu juga, umat Islam berperan aktif dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya dan kemasyarakatan.
    Setelah penyerangan muncul dari kerajaan – kerajaan Spanyol Kristen terhadap pemerintahan Arab Islam, maka dengan sendirinya Bani Umayyah mengalami kemunduran dan kehancuran.
    Meskipun kekuasaan ini jatuh namun sisa politik Islam masih menunjukkan sisanya yaitu kekuasaan Al – Muluk Al Thawaif, Murabithun dan Muwahidun serta Bani Ahmar bersama dengan umat Islam di sana  hingga pada tahun 1609 M. Di tahun ini mereka lenyap sama sekali dari Spanyol dan mereka dibunuh atau keluar dari Spanyol (Nurhakim, Moh. 2004: 119)
    Inilah salah satu yang menyebabkan kehancuran dan kemunduran peradaban Islam yang mana Andalusia pertama kali ditaklukkan oleh Khalifah Bani Umayyah, Al – Walid (705 – 715 M) dengan menjadikan Afrika Utara yang telah awal dikuasai oleh Khalifah Abdul Malik (685 – 705 M) sebagai batu loncatan untuk memasuki wilayah Eropa itu. Dalam proses penaklukkannya pahlawan Islam yang paling berjasa yaitu Thariq Bin Malik dan Musa Bin Nusyair adalah orang yang paling berjasa. Pahlawan yang pertama sebgai perintis dan penyelidik jalan, yang kedua sebagai penakluk Spanyol yang sebenarnya dan yang ketiga sebagai pendukung utama Thariq Bin Ziyad dalam memobilitas pasukan dari Afrika Utara sehingga mampu menguasai sebagian besar wilayah Spanyol (Andalusia). (Nurhakim, Moh. 2004: 120)
    Fakta sekarang berbeda dengan tempo dulu. Sehingga tidak heran, jika Islam di Spanyol sekarang telah tiada padahal sekitar delapan sampai sembilan abad lamanya Islam berada di negeri Eropa itu. Sebab utama adalah perpecahan karena perebutan kekuasaan dan kelemahan diri. Sisi lain kemajuan Islam telah terbukti di sana dan akhirnya turut mempengaruhi lahirnya era reformasi dan resaisans di Eropa. Sehingga kini mereka berhasil menguasai dunia, sementara kaum muslimin masih tertinggal jauh dibelakangnya.
    Bersamaan dengan kemunduruan tiga kerajaan Islam di periode pertengahan sejarah Islam, Eropa (biasa disebut Barat) sedang mengalami kemajuan dengan pesat, hal ini berbanding terbalik dengan sejarah Islam klasik. Ketika itu peradaban Islam dapat dikatakan sebagai peradaban paling maju, memancarkan sinarnya ke seluruh dunia, sementara orang Eropa sedang berada dalam kebodohan dan keterbelakangan (Yatim, Badri. 2000: 169).
    Kemajuan Barat tidak lepas dari kontribusi ilmu pengetahuan, intelektual dan metode Islam  yang berfikir berfikir rasional ketika Islam mencapai masa keemasan di Spanyol. Banyak orang – orang Barat belajar ke Andalusia, kemudian menerjemahkan karya – karya umat Islam, peradaban Barat muncul sejak abad ke – 12 M.
    Selain itu, ihwal yang menyangkut perpustakaan – perpustakaan muslim sebagai pusat penelitian dan pendidikan dalam tradisi Islam. Sayangnya banyak dari perpustakaan yang telah dimusnahkan di kawasan bagian timur dalam invasi Mongol pada Abad ketiga belas (Nakosteen, Mehdi. 1995: 255) bahkan tidak tanggung – tanggung pasukan Tar – Tar (Mongol) membakar rumah, Masjid dan sekolah hingga ludes tanpa sisa.
    Mereka tinggalkan Bukhara pada tahun yang sama ibarat kemah yang hancur berantakan pada tahun yang sama 616 H/ 1219 M. Pada saat pasukan Tartar mengamuk di Bukhara, pasukan Salib juga menyerbu kota Dimyath sebagaimana yang telah dilakukan oleh pasukan Tartar di Bukhara, pasukan Salib juga menipu warga Dimyath, membunuh orang Muslim, menawan wanita dan anak – anak, memperkosa para wanita muslimah, mengirim mimbar Masjid, Al – Quran kepala kaum Muslimin yang terbunuh ke Al – Jazair dan mengubah Masjid menjadi Gereja (Sayid Al – Wakil, Muhammad. 1998: 240).
    Ini yang perlu dikaji dan ditelaah secara komperehensif karena secara keseluruhan pristiwa di atas tidak mungkin terjadi secara kebetulan dalam waktu yang bersamaan. Sebab pasukan Salib tetap berada di tempat mereka menandatangani perdamaian dengan pasukan Shalahuddin Al – Ayubi. Dengan adanya invasi bangsa Mongol dan pasukan Salib di dua kota yang berbeda, secara jelas membuktikan jika keduanya bekerjasama untuk menghancurkan Islam dan peradabannya. Agar Sultan Mesir tidak dapat memberikan bantuan yang diperlukan umat Islam dalam menghadapi serbuan yang brutal tersebut.
    Bukti di atas diperkuat dengan fakta bahwa meminta Raja Al – Jazair Asyraf untuk memimpin pasukan melawan pasukan yang telah disiapkan untuk menghadapi pasukan Tartar. Raja Asyraf tidak memenuhi permintaan kekhalifahan dan ia katakana kepada Beliau: “bahwa saya sendiri sedang dalam perjalanan menemui saudara kami di Mesir karena kaum muslimin di sana terancam dengan kedatangan pasukan Perancis yang notabene Kristen. Keberhasilan mereka menguasai Dimyath berarti menguasai wilayah Mesir secara keseluruhan (ibid. hal 240/ Al – Bidayah Wan Nihaya, jilid xiii hal. 83 – 84)
    Tidak ada teror dan kekejaman yang lebih tragis dalam sejarah Islam dibandingkan apa yang telah diperbuat oleh Bangsa Mongol. Pasukan Jengis Khan menggusur habis pusat peradaban dan kebudayaan Islam, mereka selalu meninggalkan puing – puing berantakan di setiap temapat yang mereka lalui. Dimana sebelumnya berdiri Istana – Istana yang indah dan kebun Gandum yang subur. Ketika Tentara Tartar bergerak meninggalkan kota Herat, hanya empat puluh orang yang masih hidup dari seratus ribu penduduk Bukhara yang terkenal dengan alim ulamanya, mengalami nasib yang sama, Masjid diinjak – injak, Al – Quran dan kitab Agama dijadikan kayu bakar. Seluruh kota diratakan dengan bumi. Demikian juga dengan kota lain di Asia Tengah yang pada waktu itu tela mencapai pundak kejayaan yang tinggi sebagai pusat peradaban Islam mengalami kehancuran yang sukar digambarkan. Samarkand, Balkh bahkan Baghdad yang berabad – abad menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah (W Arnold, Thomas. 1995: 192).
    Dengan adanya invasi pasukan Tartar dan pasukan Salib secara besar – besaran secara tidak langsung umat Islam dan peradabannya mengalami kemerosotan yang tidak terbatas dalam bidang pengetahuan dan kebudayaan saja. Melainkan juga dalam segala bidang umat Islam ketinggalan dari Barat, misalnya dalam industri perang padahal keunggulan Turki Usmani dibidang ini pada masa – masa sebelumnya diakui oleh seluruh dunia.
    Benturan antara kerajaan Islam dan kekuatan Eropa, menyandarkan umat Islam bahwa mereka sudah jauh tertinggal dari Eropa. Kesadaran itulah yang menyebabkan umat Islam di masa modern terpaksa belajar dari Eropa, perimbangan kekuatan Eropa dan Islam berubah dengan cepat. Diantara kemajuan Eropa dan kemunduran Islam terbentang jurang yang lebar dan dalam perkembangan berikutnya, daerah – daerah Islam hampir semua berada di bawah kekuasaan Eropa.
    Dan yang perlu menjadi perhatian, jika peradaban Barat itu ada karena mereka itu belajar dari Islam, karena dalam perkembangan bangsa Barat melahirkan gerakan Renaissance Reformasi dan rasionalisasi di Eropa. Gerakan Renaissance melahirkan perubahan yang besar dalam sejarah dunia. Abad ke 16 dan abad ke – 17 M, merupakan abad yang paling penting bagi Eropa, sementara pada akhir abad 17 M, dunia Islam mengalami kemunduran (Badri, Yatim. 2000: 169).
Pasca kebangkitan Barat /Eropa Negara Islam kehilangan jati diri atau dengan kata lain jika posisi mereka tidak pernah stabil selagi masih kuat, bersatu dan komitmen terhadap agama dan akhlaknya. Oleh karena itu, sengaja orang Barat memecah belah umat Islam dengan memalingkan mereka dari agama dan menjauhkan dirinya dari akhlak yang telah diajarkan dalam Islam.
    Seperti yang diterapkan oleh Kemal Atturk, dengan meniru pola sistem pemerintahan Barat, yaitu mendirikan Negara sekuler, kebijakan Kemalis yang penting adalah revolusi kultural, Mustafa berusaha memasukkan masa ke dalam Frame work ideologis dan kultural rezim republic, merengkan keterikatan umum terhadap Islam, mengarahkan mereka kepada pola kehidupan Barat dan sekuler. Selain itu, Rezim Kemalis menghapus sejumlah lembaga organisasi Islam, langkah – langkah yang dia lakukan antara lain;
a)    menghapus kesultanan Usmanin pada tahun 1923  dan sistem khalifah dihapuskan pada tahun 1924
b)    pada tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab
c)    memurnikan bahasa Turki dari muatan Bahasa Arab dan Persi
d)    mengganti hukum Syari’ah dengan kitab hukum Swiss

Dengan begitu, secara otomatis identitas Turki sebagai Negara kesultana menjadi Negara yang Sekuler. Pada abad ke – 20 perubahan ekonomi dan sosial Turki mengantarkan pada berkembangnya sebuah masyarakat nasional yang Plularistik dan sekuler dimana Islam melanjutkan peran keagamaan yang sangat menonjol bagi sebagian besar warga Turki, tetapi peran tersebut berlangsung luar kehidupan yang bersifat publik.
Demikian historis peradaban Islam yang mana Islam mencapai masa keemasan selama berabad – abad kemudian dihancurkan oleh Barat pada perang Salib dan Invasi Bangsa Tartar.
   
     
Analisa Sejarah
    Dengan Melihat Fakta historis yang ada, tidak dapat dipungkiri jika Islam pernah mencapai masa kejayaannya dan masa keemasannya. Hal ini dibuktikan dengan kontribusi – kontribusi terbaik yang dipelajari Muslim Timur menjadi signifikan, penambahan bervariasi terhadap miliknya sendiri, berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat dan seni Islam dikenalkan kepada Eropa Latin dan materi itu mencapai Eropa ditetapkan melalui dua saluran besar:
a.    Melalui para Cendikiawan dan Mahasiswa dari Eropa Barat yang belajar di sekolah tinggi dan Universitas di Spanyol
b.    Melalui terjemahan karya – karya orang Islam yang bersumber dari bahasa Arab (Nakosteen, Mehdi. 1995: 271)

Selain itu, Islam juga banyak menyumbangkan intelektual yang berpengaruh bagi intelektual Barat. Akan tetapi, peradaban yang dahulu pernah ada kini hilang tidak tentu rimbanya, seolah – olah peradaban tersebut dimakan oleh Rayap.
Semenjak Barat mengalami kemajuan (peradaban) umat Islam tertinggal jauh. Para Cendikiawan Muslim ikut – ikutan menjadi pengekor pemikir orientalis yang justru membahayakan aqidah umat Islam, dengan pemikiran mereka secara tidak langsung menyerang umat Islam dengan melemahkan Aqidah, dengan kemajuan yang mereka milik orang Barat meneriakkan:

a.    Implementasi kebebasan
Paska kebangkitan industri di Eropa, bangsa Eropa tidak henti – hentinya menggemborkan kata – kata kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah pemikir dan cendikiawan Eropa keluar dari lingkaran Gereja yang membatasi ruang lingkup mereka terhadap masalah – masalah peribadi mereka. (Sayyid Al – Wakil, Muhammad. 1998: 330)
b.    Hubungan bebas antar jenis
Ini ada kaitannya dengan emansipasi wanita yang mana wanita harus sama dengan laki –laki dalam segala hal. Mereka berpendapat jika wanita adalah mitra laki – laki dan masyarakat sangat membutuhkan sumbangsih mereka. Bahkan mereka tidak tanggung –tanggung menuduh Islam telah merendahkan martabat mereka.
Dengan begitu secara gamblang jika kemajuan Barat berdampak negative bagi Umat Islam. Namun di sisi lain berdampak positif, yakni kita dapat mengambil faedah dari kemajuan yang mereka miliki dalam bidang sains. Dan salah satu penyebab merosotnya Islam, terutama dalam bidang keilmuan yakni umat Islam cenderung konservative terhadap hal yang berbau sains. Karena bagaimanapun kita telah memasuki abad Modern yang selalu berkaitan dengan tekhnologi. Menurut Nurcholis Madjid (1992: 530) zaman modern dan tekhnologi merupakan suatu keharusan sejarah yang tidak terhindarkan.
    Dengan begitu sudah saatnya kita mempelajari tekhnologi di Eropa. Namun jangan lupa kita harus mempertebal keimanan di Timur Tengah. Karena faktor umum yang paling krusial terhadap kemerosotan rezim Muslim adalah bangkitnya kekuatan Eropa. Bangkitnya kekuatan Eropa membuat Rezim Islam melakukan Modernisme besar – besaran dengan meniru Barat.
Dunia Islam menjadi bahan tertawaan dalam proses modernisasi. Bukannya menjadi salah satu pemimpin dunia, orang Islam tejebak dalam blok yang tergantung pada kekuatan Eropa umat Islam diremehkan oleh kekuatan kolonialis yang benar – benar diilhami oleh etos – etos modern yang mengejutkan sehingga mereka benar – benar bisa melihat keterbelakangan, ketidakefesiean, kapitalisme dan korupsi masyarakat Muslim (Armstrong, Karen. 2002: 170).
Pada masa awal –awal, sebagian Muslim mengagumi Barat. Intelektual Iran, Malkum Khan (1833 – 1908 M) dan Aga Khan Kirmani (1853 – 1896 M) mendesak bangsa mereka agar mengenyam pendidikan di Barat dan mengganti hukum Syari’ah dengan aturan hukum sekuler modern, yang dipandang sebagai satu – satunya jalan menuju kemajuan (Armstrong, Karen, 2002: 174)
Kebangkitan Barat yang tidak tertandingi dalam sejarah. Negara di sebelah utara Alpen. Selama berabad – abad dianggap sebagai wilayah terbelakang yang mengikuti wilayah Romawi dan Yunani, secara bertahap telah mengembangkan versi sendiri mengenai agama Kristen dan mengembangkan budaya agrarianya sendiri. Dan pada abad ke – 16 M, Eropa melakukan transformasi besar – besaran yang membantu Barat mendominasi seluruh dunia (Armstrong, Karen. 2002: 165)






Daftar Pustaka
     Mahmudunnasir, Syed. 2005. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosydakarya Offset
Ja’farian, Rasul. 2004. Sejarah Islam; Dari Sejak Wafat Nabi saw hingga Runtuhnya Dinasti Ummayyah (11 – 132 H). Jakarta: Penerbit Lentera
Sa’id Ramadhan, Muhammad. 2009. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Rabbani Press
 Chalil, Moenawar. 2001. kelengkapan Tarikh nabi Muhammad saw. Jakarta: Gema Insani Press
Thomas W Arnold. 1990. The preaching of Islam. Delhi: Santosh Offsett
Nurhakim, Moh. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Malang: UMM Press
Lapidus, Ira M. 1999. Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada
Sayyid Al – Wakil, Muhammad. 1998. Wajah Dunia Islam: dari Dinasti Umayyah hingga Imperialisme Modern. Jakarta: Pustaka Al – Kautsar
Nakosteen, Mehdi. 1995. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat; Deskripsi analisis Abad Keemasan Islam. Surabaya: Risalah Gusti (terj. Joko S Kahhar dan Supriyanto Abdullah
Armstrong, Karen. 2002. Islam; a Short History (Sepintas Sejarah Islam). Yogyakarta: Ikon Teralitera
Madjid, Nurcholis. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang masalah Keimanan, Kemanusian dan Kemodernan. Jakarta: Yayasan Wakaf Para Madina


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata