6 Nov 2010

Arah Muhammadiyah

Menafsirkan Kembali Muhammadiyah
   
Jika melihat kronologi historis
Muhammadiyah itu, siapa yang memungkiri kontribusi Muhammadiyah terhadap bangsa Indonesia. Mulai dari rekontruksi pendidikan Nasional hingga pendidikan Modern atau dikenal dengan istilah tajdid pendidikan, inilah yang menjadikan organisasi ini begitu dikenal oleh masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman yang kian pesat, mau tidak mau Muhammadiyah harus merekonstruksi kembali gerakannya baik yan berkaitan dengan interval pesyarikatan maupun amal usaha yang dimiliki oleh Muhammadiyah itu sendiri.
 Inilah yang harus diperhatikan oleh organisasi ini. Sebab jika Muhammadiyah tidak melakukan rekonstruksi maka Muhammadiyah akan sulit eksis untuk dua abad kedepan. Bila meminjam istilah Dr. Alfian dalam tesisnya The Political of Muslim Modernist Organizatian Under Dutch Colonialism (1989), kalau Muhammadiyah mempunyai tiga fungsi yaitu Muhammadiyah sebagai Reformasi Agama, Muhammadiyah sebagai Agen transformasi sosial, dan sebagai kekuatan politik. Maka sudah seharusnya Muhammadiyah melakukan terobosan – terobosan baru yang bermanfaat bagi Masyarakat.
Sebagai organisasi besar, godaan politik dan kekuasaan tidak terhindar lagi. Untuk itu, sudah saatnya Muhammadiyah memujudkan dirinya sebagai tenda bangsa yang memberikan kontribusi lebih warga Indonesia dan perdamaian dunia, terutama anggota dan simpatisannya.
Bertambahnya usia Muhammadiyah sudah tidak dapat dihindarkan lagi, jika tantangan dan rintangan selalu menerpa Muhammadiyah. Tidak jarang jika godaan politik praktis selalu datang dan kerap kali membuat kader Muhammadiyah menduakan Muhammadiyah itu sendiri. Bila mengacu pada ajaran KH. Ahmad Dahlan bahwa Muahammadiyah bukanlah organisasi politik yang digunakan sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan sesaat atau jangka pendek.
Intervensi partai politik dalam tubuh Muhammadiyah tidak dapat dielakkan lagi. Karena bagaimanapun wadah perpolitikan itu sangat penting bagi Muhammadiyah, kenapa demikian? Karena dengan politik, warna tubuh Muhammadiyah akan lebih bervariasi atau bahkan bisa menjadi lahan bagi orang Muhammadiyah untuk berdakwah kepada para politik ataupun birokrat yang hanya bisa menjadi paduan suara ketika mereka sedang sidang soal rakyat.
Minimnya cendikiawan politik yang ada dalam tubuh Muhammadiyah membuat organisasi ini kurang begitu kritis terhadap kebijakan – kebijakan pemerintah yang kurang bersahabat dengan rakyat, bahkan sekarang Muhammadiyah semakin melunak dengan kebijakan yang bersifat Pragmatis itu.
Ibarat kata pepatah “Katak dalam Tempurung”  yang mana jika Katak itu dilepas maka Katak itu akan bebas entah kemana. Inilah yang menjadi cita – cita Founding Father Muhammadiyah yakni memiliki pemikiran yang Progresif, karena beliau sendiri secara eksplisit memberikan tauladan kepada kader – kader Muhammadiyah, yakni dengan cara pemikiran beliau yang sangat luwes ketika menafsirkan surah Al – Mu’an secara aplikatif atau sekarang diistilahkan oleh orang – orang Muhammadiyah Teologi Al – Ma’un.
Harus diakui betapa urgennya suatu gagasan politik dalam menyertai setiap proses demokrasi. Akan tetapi bukan berarti Muhammadiyah harus tergoda dengan rayuan dan godaan politik Praktis. Karena tujuan didirikannya Muhammadiyah ialah sebagai oarganisasi yang bergerak pada wilayah dakwah, yakni Muhammadiyah harus senantiasa dikembalikan pada khittah perjuangan 1912, yakni memfokuskan diri pada setiap aktivitas dakwah masyarakat dengan cara – cara yang beradab, moderat dan anggun. Karena cara – cara yang tidak beradab menjadikan ormas ini dijauhi oleh masyarakat dan perlahan kontribusinya akan sirna dari tengah masyarakat.

Intervensi Partai Politik dalam tubuh Muhammadiyah
    Menjamurnya praktik politik uang (money Politik) dan praktik – praktik kotor lainnya, tentu saja membuat masyarakat pesimis terhadap bangsa ini. Beruntunglah pemerintah menunjukkan taringnya untuk memberantas korupsi secara bertahap, namun tetap tegar. Dengan begitu, perlahan bangsa Indonesia yang telah mati suri bangun dari keterpurukan.
    Melihat fenomena yang sedang merebak, sudah saatnya Muhammadiyah berperan mengubah keterpurukan bangsa ini. Sehingga apa yang diharapkan oleh rakyat Indonesia tewujud. Sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah sudah saatnya membenahi praktik - praktik politik kotor, dalam Istilah Muhammadiyah Amar Ma’ruf nahi Mungkar.
    Namun fakta berbicara lain, peran Muhammadiya beserta ide dan gagasan politiknya hilang ditelan oleh kebijakan – kebijakan pemerintah yang cenderung bersifat pragmatis dan merugikan rakyat Indonesia. Hampir semua ketegasan dan keberanian Muhammadiyah dalam mengkritik kebijakan pemerintah semacam itu, seolah – olah dibungkam oleh uang pemerintah.
    Melalui tulisan ini sebenarnya ingin mengeluhkan, mengapa ketegasan dan keberanian Muhammadiyah untuk mengkritik pemerintah hilang, bahkan Muhammadiyah tidak bisa berkata apa – apa ketika kebijakan semacam itu dijalankan. Selain itu, dalam tubuh Muhammadiyah miskin gagasan politik yang brilian untuk membenahi praktik politik kotor yang sudah menjamur di Indonesia.
    Sebagai organisasi dakwah, sudah saatnya Muhammadiyah merekontruksi system politik yang ada di Indonesia. Karena selama ini, sistem politik Indonesia tidak bisa diharapkan oleh Masyarakat dan berbuat banyak untuk masyarakat dan Muhammadiyah diharapkan untuk memperbaiki system yang sudah terpuruk itu.
    Kecemasan Muhammadiyah manakala kader – kadernya menjadikan Muhammadiyah sebagai jemabtan untuk kepentingan politik praktis yang secara tidak langsung mengubah tujuan awal Muhammadiyah (sebagai organisasi dakwah) menjadi organisasi politik untuk kepentingan jangka pendek. Bagaimana tidak, dengan menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan yang berbasis politik, secara eksplisit merusak cita – cita Muhammadiyah yang mana Muhammadiyah sangat dikenal oleh Masyarakat sebagai gerakan dakwah kemudian menjadi gerakan politik yang hanya dikenal ketika kampanye saja. Namun bukan berarti Muhammadiyah harus menutup diri dari dunia politik.Selain itu, dengan berubahnya kiblat dan tujuan Muhammadiyah sama artinya mengkhinati apa yang telah dicita – citakan oleh KH. Ahmad Dahlan yang mana beliau menjadikan organisasi ini sebagai organisasi dakwah.Maka sudah saatnya Muhammadiyah untuk menghidupi Muhammadiyah yakni dengan cara memelihara tradisi keilmuan yang telah diwariskan oleh KH. Ahmad Dahlan. Tidak hanya itu, warga Muhammadiyah sudah saatnya memberikan kontribusinya pada bangsa yakni dengan mengaplikasikan kandungan surat Al – Maun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata