4 Jan 2012

Tetap Semangat

 Oleh M. Feri Firmansyah


Perasaan ini tidak tahu dari mana datang mana, ia datang tidak diundang laksana air yang mengalir dengan syahdunya. Tiupan angin datang menari di tubuhku, hangat terasa memeluk badan ini. Kemudian aku bangun dan mengambil mushaf al-Quran dan membacanya dengan suara sendu dan menikmati sajian mukjizat Allah yang maha Indah ini. Hpku memanggil, lalu aku masuk ke dalam kamar dan membuka sms yang masuk

Jika anda sakit kepala. Cobalah minum Kopi, cos kafein dalam kopi membantu melebarkan pembuluh darah, dan meningkatkan aliran darah. Selain itu, bisa dengan makan stoberi, cos sumber salicylat alami, bahan aktifnya dalam aspirin.. jadi silahkan makan beberapa buah begitu anda merasa sakit kepala. Sehat bukanlah tak adanya penyakit, tapi juga adanya kebhagiaan dan rasa syukur yang tersimpan di dalam sanubari qt
Have nice a day…

Aku melanjutkan bacaan yang tertunda. Setelah selesai membaca al-Qur’an, aku langsung tidur untuk menyambut hari esok nan bahagia. Aku berharap semoga dia hadir dalam mimpiku, tersenyum dengan bunga-bunga indah bahagia. Seperti dulu, Riris pernah hadir menjadi hiasan tidurku
membawa senyuman indah padaku sebagai oleh-oleh perekat dan penyejuk hati.

18 November 2011
Aku bangun dengan badan berat membawa rasa capek, mataku tidak mau kalah dengan kantuk ganasnya. Tapi ku paksakan diri untuk adzan Subuh walau dengan suara serak-serak memilukan. Setelah selesai shalat Subuh aku paksakan untuk membersihkan segala dosa masjid al-Ma’un dengan Abidin dan Habibi,
    “Mas, aku yang bersihkan yang ini. Anda bersihkan yang lain” pinta Abidin padaku
    “ok, Din” aku beranjak dari dalam Masjid
Aku turuti kemauannya Abidin, dia membersihkan dalam Masjid. Sementara aku membersihkan yang lain. Ketika mau mengambil sapu, aku lihat Habibi tidur nyenyak di kamar. Aku hanya tersenyum melihat hal itu, aku tetap melanjutkan pekerjaanku. Kira-kira jam 06.30 WIB pak Suwadi datang membantu membersihkan Masjid al-Ma’un. Sementara aku langsung membersihkan TK Al-Ma’un.
Pada jam 07.00WIB, aku baru menyelesaikan pekerjaanku. Aku berjalan menuju kamar, ternyata kamarku sudah kosong tidak ada penghuninya, kedua temanku Habibi dan Abidin berangkat kuliah. Sementara Mushollin pulang jemput orang tuanya dari ibadah haji.
Selesai kerja badanku rasanya pegal bin capek, ditambah lagi Cacing dalam perutku berjoged seenake dewe. Di luar kulihat Pak Suwadi masih kerja, dengan segenap rasa aku berusaha untuk membantu dia, dan itupun tidak terlalu lama. Karena badanku sudah mengeluh tidak tahan dengan sangat terpaksa aku masuk kamar dan mendakati seraya mengelus-elus kasur lapuk yang ada dalam kamarku.
    “sorry yo, aku terpaksa menidurimu sebentar” ucapku dalam hati
Kasurku tidak menjawab, tidak tersenyum. Seolah-olah ia marah padaku karena aku adalah penidur. Aku tertidur tanpa bunga-bunga mimpi indah penuh cinta. Kemudian aku bangun kira-kirap ada jam 10.00 WIB, ternyata perutku sudah menuntut untuk segera diisi.
Aku bagun setengah sadar. Aku cuci mukaku kemudian aku menuju rumah Bu Toti untuk beli makanan. Tatkala di sana aku lihat beliau masih di dalam tidak ada di warung.
    “Assalamu’alaikuuum” teriaku
Lama aku menunggu dia keluar. Baru beberapa menit kemudian, dia keluar
    “wa’alaikumussalam, ada apa kak?” Tanya beliau, kata kak itu adalah bentuk penghormatan warga pada penghuni Masjid al-Ma’un
    “tahu telor Bu” ucapku
    “kaak, kak kok tidur aja sampean” ucap Bu Toti menggeleng-gelengkan kepalanya
    “biasa buu, tidur itukan nikmat dari Allah kan sayang kalau gak dinikmati ntar kita kufur” jawabku tersenyum pada beliau
    “tapi kalau banyak tidur kak, itu keterlaluan” beliau tersenyum langsung tertawa pelan
    “nggak apa-apa bu” jawabku dengan tersenyum pula
 Sedang asyik bercakap dengan Bu Toti, tiba-tiba Abidin muncul membawa senyuman khasnya datang padaku lalu mememijit pundakku,
    “mas, kunci” katanya, lalu aku berikan kunci padanya
    “ini hutang mie yang saya beli kemarin, ternyata uang ini ada dalam kantong celana saya, hehehe. Maaf ya bu” dia menyetor uang itu pada Bu Toti
Selesai makan, aku menuju kamar dan ketika kamar aku buka. Aku langsung disambut dengan berita yang lumayan mengejutkan
    “mas sekarang anda jadi khatib, khatiib, khatiib lo maas” kata Biden sambil memperagakan jogged ala Sule yang tangannya digoyang ke atas sementara badannya tidak bergerak dan kepalanya sedikit menunduk dan bergoyang.
Aku langsung masuk kamar mencari lembar khotbah yang ada di atas meja belajarku, dengan segenap kemampuan aku latih vokalku agar tidak gagap. Pada jam 11.00 WIB aku masuk ke dalam Masjid. Dan Alhamdulillah, aku khotbahku akhirnya selesai juga,
Selesai shalat Jum’at, aku menuju kamar dan mengghempaskan badanku dikasur lapuk “ya Allah akhirnya selesai juga” ucap hatiku. Tapi itu hanya sebentar kemudian aku menuju ke dalam masjid untuk bantu Pak Suwadi menghitung uang amal. Di tengah obrolan kita Pak Suwadi menyampaikan pendapatnya tentang orde baru dan reformasi
    “sebenarnya saya lebih suka orde baru dari pada reformasi. Karena orde baru ketentraman penduduk Indonesia lebih terjamin, pembangunan lebih merata. Intinya dari penduduk tidak lapar dan kenyang itu aja sebenarnya” kata Pak Suwadi setelah kita berbincang lama-lama.
    “iya, pak. Saya juga kurang setuju”
Perbincangan kita langsung mengalir seputar reformasi yang sudah bebas yang kebablasan. Setelah itu, aku langsung menuju kampus untuk mencari refrensi yang aku butuhkan. Aku ayunkan sepedaku menuju kampus melawan panasnya terik matahari. Setibanya di kampus aku langsung menuju perpustakaan, tanpa aku sadari ternyata hpku sudah memamerkan sms yang masuk, aku buka ternyata sms dari Riris
Cintai yang kau kerjakan, kemudian KERJAKAN yang kau CINTAI. Hanya doa dan berusaha kunci kesuksesan.
Tetap tersenyum untuk buka tirai jendela dunia,
Kemudian aku balas,
    Hmmm :), trimsa ya dik, cerpen sya sudh dibaca t, dik
Sms darinya langsung macet.
Kemarin, tanggal 17 November. Aku beri ia cerpenku “Cintaku Bersapeda”. Aku titip lewat Chacha adiknya Riris. Sebelum aku beri cerpenku dia sudah beri sinyal kalau ia minta cerpen itu padaku kemudian aku beri padanya,
Aku langsung sms Riris
    Dik, cerpennya sdh t titip Chacha
Smsku tidak dibalas, malamnya aku nonton bola sama Abidin, Indonesia vs Malaysia. Tengah asyik nonton, Riris sms
    kk… makasii
    ni udh nyampek ni
    q sneng bgt
aku tidak balas karena lagi asyik nonton. Lima menit kemudian, dia sms
    kk, buknnya Q marah y
maaf, namaku sebenarnya Rizka arum mawarni bukan maririrz,
riris tu panggilan di rumah
aku langsung balas,
    maaf dik, cz nama itu yg ada di FB, saya tidak tahu nama adik yang sebenarnya
Sms itu, macet lagi dan lagi. Hatiku langsung teriris ketika Indonesia kalah satu kosong dari Malaysia.
Setelah menemukan semua refrensi yang aku perlukan, aku pulang ke Masjid. Tatkala di Masjid aku langsung menuju kantor Tk untuk menulis tentang model-model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk Pendidikan Islam di Indonesia, ternyata banyak model pembelajaran menurut para Pakar Pendidikan, model itu antara lain; Quantum Learning, Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, Pakem dan masih banyak lagi.
Tapi sebelum aku menulis, terlebih dahulu aku buka FBku lalu melihat hasil chatinganku dengan Riris. Aku hanya bisa tersenyum membaca hal itu. Maghribnya ia sms
    Sedang apa…sedang apa… sedang apa sekarang…
Aku tidak membalas kemudian aku melanjutkan pekerjaanku hingga jam 10.00 WIB.

19 November 2011
Aku bangun dengan telat, masjid yang lain sudah memamerkan lantunan adzan. Aku kucek mataku untuk mengusir rasa kantuk yang berat. Setengah sadar, aku dengar suara indah itu. Aku langsung bangun dengan pakaian seadanya untuk adzan Subuh.
Selesai adzan aku bangunkan Biden “Dien bangun” Aku teriak sepuluh kali mengucapkan kata-kata itu. Aku biarkan dia berkreasi setelah bangun, entah dia mengiat dan menggaruk dengan segala macam yang dia garukan. Setelah selesai shalat, aku langsung masuk kamar dan menghampiri kasur lapuk yang ada dalam kamarku. Tak berapa lama kemudian Abidin datang
    “mas, sekarang jadwalnya balas dendam” kata Abidin
Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata itu, dengan begitu kita langsung tertidur bersama dalam mimpi yang indah diselimuti oleh banjir di samping bibir kita. Aku bangun pada jam 09.00 WIB, aku langsung menuju kamar mandi untuk membasuh mukaku. Balik dari kamar mandi aku lihat Abidin masih sudah terbangun, dia sedang mengerjakan tugasnya.
Pada jam 11.00 WIB, aku ambil air madu di rumah ustadz Sofyan sama Abidin. Tapi sebelum pergi ke sana, terlebih dahulu kita makan di warung kanjen mami. Setibanya di sana, kami tidak berani masuk, sudah tentu kami intip-intip terlebih dahulu, apakah Kanjeng Mami (Bu Munawar), ada atau tidak di dalam. Ternyata tidak ada, jadi amanlah untuk hari ini.
Pernah suatu hari, ketika aku pergi makan ke rumah Kanjeng Mami, ketika aku lihat di sana Kanjeng Mami lagi duduk, dengan sangat terpaksa aku belok arah untuk tidak masuk ke dalam rumah beliau takut di lihat dan  dimarahi sama beliau. Setelah itu, aku pergi dan mengambil Madu untuk disetor ke Mas Ujang.
Maghrib datang menyambut, seusai shalat Maghrib, aku dan Abidin pergi ke rumah Kanjeng Mami, selesai makan kita mau keluar. Ketika mau keluar, Abidin langsung teriak “Kanjeng mami, kanjeng mami mas”. Kami langsung kembali ke dalam untuk menghindari tatapan beliau. Kira-kira ada sepuluh kali kita intip-intip. Setelah beliau selesai makan Bakso barulah kita keluar dan pulang.
Kita kembali ke kamar, kita bercanda kemudian istirahat guna mempersiapkan jiwa kita untuk kuiah.


26 November 2011
Selesai mengerjakan tugas, aku memejamkan mata sebentar untuk menenangkan fikiran. Tanpa terasa aku tidur pulas hingga jam tiga. Ketika aku bangun, aku kucek mataku untuk melihat jam. Betapa terkejutnya aku ketika jam itu memamerkan angka tiga. Aku langsung melompat “Astaghfirullah”. Aku mengintip dari dalam kantor, apakah sandalnya Pak Suwadi masih terpampang di Masjid atau tidak. Jika masih terpampang di Masjid Al-Maun, alamat, Maluku datang.
Syukurnya itu sandal tidak ada, jadi legalah aku. Ketika aku keluar, aku tolah-toleh dulu. Tatkala di Masjid aku langsung masuk ke Masjid mengambil sabun dan handuk untuk mandi junub. Tatkala di kamar,
    “Fer, kemana kamu, tadi dicari ma takmir?” Tanya Mushollin
    “ketiduran di TK” aku jawab sekenanya dan langsung menyerobot ke dalam kamar mandi
Setelah itu aku, menghadap Allah dalam shalat, aku berusaha membayangkan nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Pada jam 04.00 WIB, perlombaan lomba mengambar di Masjid al-Maun. Banyak kulihat anak-anak bersama ibunya datang ke Masjid, aku berjalan mengamati anak-anak yang sedang menggambar tanpa sengaja aku lihat perempuan yang berpakaian hijau, wajah hitam manis tapi rupawan, sungguh manis kulihat wajahnya, tingginya semampai tidak pendek tidak terlalu tinggi. Saat itu ia memakai jilbab cokelat dan rok warna hitam dialah Riris, seorang wanita yang sangat aku kagumi. Dia berjalan dengan anggunnya mengamati anak-anak yanag sedang menggambar. Karena keasyikan menikmati keanggunan wajahnya, dia menegurku
    “kak, jangan duduk disitu” dia tersenyum
Aku tidak langsung merespon karena baru kali ini aku melihat wajahnya dari dekat ditambah lagi bertatap muka dengannya.
    “kaak” teriaknya pelan
    “ya ya ya dik” jawabku yang hampir kena demam semaput.
Dia tersenyum melihat tingkahku, jadilah aku salah tingkah saat itu. Ingin rasanya aku berbicara banyak hal dengannya tetapi aku tidak bisa. Sehingga aku hanya bisa kata-kataku dengan latihan kosong. Sedang asyik-asyik bermain dengan anak-anak, tiba-tiba ada segerombolan anak-anak yang mendekatiku
    “kak mina kopun, minta kupon” teriak mereka yang hampir bersamaan
    “kumpul diluar” kataku
Mereka langsung berkumpul diluar, merebut kopun yang aku berikan. Tiba-tiba Riris datang meniru langkah anak-anak kecil
    “kak, kak, kak minta kupon, minta kupon” katanya meniru anak kecil
Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah jenakanya. Acara itu beru selesai pada jam 05.00 WIB. aku ingin mendekatinyinya tapi tidak berani,

Jalan Sehat atau Jalan Capek
27 November 2011

Selepas shalat Subuh, kita bertiga langsung tidur guna untuk merefresh pikiran dan badan yang ada. Dan tidur sehabis Subuh ini sudah menjadi kebiasaan kita. Tidur agak lama, ketika mataku terbuka kulihat jam sudah jam 05.00 WIB, aku langsung bergegas untuk segera beres-beres mandi buat persiapan peringatan satu Muharam. Tidak lupa kubangunin Mushollin dan Abidin untuk siap-siap pula.
Pada jam 06.00 WIB Pak Suwadi datang, melihat beliau datang. Aku langsung bergegas mandi. Sementara dua temanku masih sedang asyik menikmati mimpinya. Selesai mandi aku langsung bangunin Mushollin dan Abidin. Mereka pun dan langsung mandi.
Pada jam 06.30 WIB para peserta sudah mulai berkumpul dan mereka berangkat pada jam tujuh. Aku mendapat jatah mengawasi post empat tepatnya di jalan Malboro sama Dina dan Andre. Awalnya kira-kira jam tujuh hingga jam delapan peserta masih sedikit yang lewat post empat. Ketika menginjak jam sembilan ke atas, peserta baru memblundak hingga saya dan kawan-kawanku kawalahan.
Ketika peserta sepi, tiba-tiba datang Ratna, Rina dan Siti. Mereka langsung memotret diri mereka sendiri. Dan yang membuat aku grogi ketika mereka mengajakku foto bersama. Subhanallah aku waktu itu gugupnya setengah mati, tidak bisa berbuat apa-apa, aslinya mati kutu. Sampai-sampai si Rina mau mengambil fotoku, tapi aku memelas dengan ucapan “ampuunn jangan”.
Mereka hanya bisa tersenyum melihat kegugupanku ketika foto bersama mereka. Ketika peserta sudah sepi sudah saatnya aku dan kawan-kawanku kembali ke Masjidnya, setibanya di Masjid suasana begitu ramai ditambah lagi ada bazar makanan yang murah meriah. Klimaksnya acara ini ketika Pak Suwadi mengumumkan hasil undian berhadiah ada yang gembira ketika mereka mendapatkannya. Dan acaranya selesai sampai di sini. Titik.
Begitu selesai acara, kita pun beres-beres tempat. Bermacam-macam yang dilakukan oleh teman-teman, ada yang karaoke ada rokok-an dan ada pula yang bersih-bersih semuanya disitu bercampur menjadi satu. Dan acaranya baru selesai selesai menjelang Ashar (ini Khusus Panitia)

Donat Peras
8 Desember 2011

Pagi indah menyambutku dengan suasana hangat dan senyuman ramahnya. Selesai kerja di TK al-Maun, aku langsung mengambil kue di Bu Sri. Kebetulan di jalan aku ketemu dengan Riris sedang mengantar Chacha (adiknya). Entah kenapa hatiku langsung panas dingin, aku langsung tidak fokus berbincang dengan bapakku, ingin sekali aku menyapa dan berbicara sesuatu dengannya. Karena sudah terlanjur malu mengguyur hatiku, aku langsung saja pergi ke rumah Bu Sri. Setibanya di rumahnya Bu Sri, aku langsung dihidangkan dengan Pastel dan Roti lainnya.
Selesai sarapan pagi di rumah Bu Sri, aku langsung pulang ke Masjid al-Ma’un dengan harapan bisa bertemu dengannya. Alhamdulillah, di jalan aku lihat dia berjalan menuju arahku, hatiku langsung melonjak gembira. Ketika ia dekat semakin dekat, lagi-lagi mulutku terkunci. Aku mau mengucapkan kata-kata pembuka susahnya setengah mati.
Aku berusaha jalan tepat ke arahnya tetapi dia menghindar. Ketika sudah dekat, dia menyapaku
    “kak, aku mau dong jajannya”
Tanpa bicara banyak aku mau memberinya, tapi dia menolak katanya just kidding.
    “apa itu dik?” tanyaku
    “ini kak” jawabnya sambil menunjukkan lauk sarapan paginya padaku
    “loh kok pedagang beli lauk?” Tanyaku tersenyum
Jawabanku tidak dijawabnya. Dia hanya senyuman penuh makna dan langsung jalan ke rumahnya.
Hujan rintik mengguyur kota Malang yang diiringi nada dan belaian hawa dingin khasnya. Aku melangkah menuju kampus Universitas Muhammadiyah Malang. Tatkala di depan Bandung Super Model, aku menyebrang seraya menyetop angkot. Di angkot aku mengobrol banyak hal dengan sopir angkot, aku Tanya segala macam yang ingin aku ketahui tentang Malang,
    “mas itu jajan ya?” Tanya supir angkot itu
    “ya pak, mau ta jual” jawabku seungging senyum
    “dititip ya mas?”
    “gak pak, ta bawa ke kelas, maklum pengusaha” candaku pada sopir angkot itu, dia hanya tersenyum mendengar guyonanku.
Aku berjalan ke kelas dengan beban kue yang aku jinjing. Aku percepat langkahku supaya aku bisa tiba di kelas lebih awal dan berharap supaya daganganku laris manis. Orang-orang yang melihatku heran dengan plastik yang ada di tanganku. Alhamdulillah, sekarang aku tidak maraton lagi lewat tangga karena lift kosong, aku naik lift dan langsung menekan tombol nomor 5.
Setibanya di lantai, aku duduk melepas lelahku. Najib dan temannya datang menghampiriku
“Fer, jual apa sekarang?” Tanya Najib
“ada Risoles, Molen,  dan yang warna hijau aku tidak ngerti” jawabku
“seharusnya kalau pedangan itu tahu nama-nama jajan yang dijual, masa pembeli nanya kamu tidak tahu”
Aku hanya tersenyum mendenganr celoteh dari temanku yang satu ini.
“saya beli satu ya Fer, nanti uangnya kamu ambil di Fatma” kata Najib
“oke, dengan senang hati” jawabku
Beberapa menit kemudian anak-anak Tarbiyah keluar dari kelas, mereka langsung menuju tempatku duduk dan mengambil daganganku,
“Fer, aku ngutang dulu dua” kata Ma’ruf
“oke, gampang diatur” jawabku
Tidak hanya anak tarbiyah yang mengambil daganganku melainkan orang luar FAI pun membeli kue yang aku jual. Tidak berapa lama kemudian Pak Rohim masuk ke kelas, di dalam kelas sungguh sangat membosankan tidak ada variasi.
Kita menuju kelas setelah mata kuliah akhlak selesai. Kita menunggu beliau, beberapa kemudian Pak Amien masuk kelas dengan senyuman khas beliau, setelah duduk tenang dalam kelas. Lalu beliau mengabsen kita satu persatu. Ketika tiba gilirannya Suhartini, dia lama merespon panggilannya pak Amien,
“Suhartini, oo Suhartini” guyon beliau
Suara langsung bersambut memanggil Suhartini dan canda tawa dari teman-teman. Lalu beliau lanjut mengabsen kita, bermacam-macam jawaban teman-teman ketika dipanggil namanya, ada yang mengancungkan jempolnya saja dan ada pula yang mengucapkankan logat arabnya “Hadhiiir pa”.
Di dalam kelas suasana presentasinya begitu seru dan menarik. Teman- teman yang mempresentasikan makalahnya begitu semangat. Saat itu, mereka menjelaskan tentang multimedia.
Hatiku cemas tak terkira, bagaimana tidak hpku disembunyikan oleh sahabat-sahabatku. Jadilah aku tidak fokus mengikuti mata kuliahnya Pak Amien. Ketika keluar, muka sudah pucat kayak ayam sakit. Sahabat-sahabatku langsung tertawa melihat mukaku,
    “Fer, kamu tidak ke kost Ahmad ya?” Tanya Syamsul
    “nggak” jawabku memasang muka murung
    “orang cerdas tidak ngerti boy” kata Ma’ruf pada Syamsul
    “Fer, coba lihat hpmu di tempat kuemu”
Aku langsung lihat, dan ternyata ada di dalam. Aku hanya tersenyum dengan ulah teman-temanku yang iseng itu. Rasa cemasku langsung hilang seketika. Lega rasanya hatiku.
Aku langsung pulang ke Masjid al-Ma’un tanpa sepeda bututku. Saat itu, aku malas pulang  jalan kaki ataupun naik angkot.
“Jib, pulang ta?” Tanya Izuel
“ya” jawab Mujib
 “lihat Mujib sekarang, dia tepat waktu menjemputku” kata Izuel kepada teman-teman
“siapa yang nanya” kata Hajier
Izuel hanya bisa terdiam dan tersenyum
“Jib, boleh aku numpang nggak?” tanyaku
Mujib hanya diam tidak menjawab pertanyaanku. Aku langsung ikut bersama mereka, kami pun berjalan menuju parkiran, Mujib jalan di depan sementara kami, saya dan Izuel dibelakang secara bersamaan. Setibanya di Parkiran,
“Fer, kita tunggu di atas saja, sementara Mujib ambil sepeda motornya” kata Izuel padaku
Aku hanya mengangguk saja ketika mendengar saran dari Izuel. Ketika tiba di depan Parkiran kami langsung naik sepeda motornya Mujib,
“Jib, saya turun di jalan aja” kata Izuel
Setibanya di Masjid al-Maun aku langsung istirahat melepas lelah yang melengket di bandanku, parahnya lagi, akt hampir tertidur sampai Ashar. Setelah shalat Ashar, aku langsung menyetor jualan pada Bu Sri. Untuk pergi ke rumahnya Bu Sri, aku lewat depan rumahnya Riris, sudah tentu dengan begitu besar harapanku untuk bertemunya dengannya di jalan atau hanya melihat sepintas.
Ketika di depan rumahnya Riris, aku malah bertemu dengan bu Sri, beliau tersenyum padaku.
“apa yang di tangan ibu itu?” tanyaku pada beliau
“ini Bakso Fer, saya beli tadi” jawab beliau
Setibanya di rumah beliau aku langsung menyetor uang sebesar lima puluh dua ribu rupiah. Setelah itu aku balik lagi ke Masjid, harapanku untuk ke satu kalinya yakni bertemu dengan Riris, tapi lagi-lagi ini tidak kesampaian, hatiku berkata “oh Tuhan, janganlah Engkau takdirkan hamba menjadi jomblo istiqomah”.

***
Besoknya, hari Jum’at. Hari yang menggembirakan bagiku, karena hari ini aku ikut anak TK buat menemani mereka untuk memetik Tomat. Di tengah perjalanan, saya banyak ditanyai macam-macam oleh anak-anak terutama oleh anak yang bernama Alif,
    “pak, enaknya kita bakar Jagung di rumah lebih bebassss” kata Alif. Sungguh anak yang berfikir kritis.
    “ya” jawabku
    “anak-anak ini tempat pembuangan sampah” kata Ibu Nisa menunjukkan tempat pembuangan sampah
Kita pun melanjutkan perjalanan. Setibanya di tempat tujuan anak-anak langsung diarahkan untuk memetik Tomat, beraneka ragam ekspresi mereka ketika dapat Tomat.
    “pak, aku dapat Tomat besar” kata salah satu mereka
    “sama pak, saya juga” kata Haki, aku hanya bisa tersenyum melihat dan mendengar celotehan mereka
Ketika aku sedang asyik menyebrangkan anak-anak, tiba-tiba Haki sudah berlari menyebrang. Dan akhirnya terjadilah kejadian yang diharapkan yakni Haki ditabrak oleh Bapak dan anaknya di depan. Kakiku langsung tidak bisa berjalan rasanya melihat itu, setelah itu aku langsung mengambil Haki kemudian memeluk dan menenangkan tangisannya.
    “anakku, anakku luka” jawab Bapak itu
Bu Nisa langsung menghampiriku untuk menasehati Haki
    “Lek, sudah kita bilang jangan nyebrang dulu sebelum ada komando dari kita”
Yang dinasehati hanya bisa terdiam dan menjawab dengan seribu bahkan dua ribu bahasa dan nangisnya tetap berlanjut.
    “lek, kalau nyebrang lihat kiri kanan” kata Bapak itu yang menabrak itu
Kulihat Bu Dwi mengambil uang seratus ribu kemudian diberikan kepada bapak itu.
Menjelang jam sebelas anak-anak mau pulang, dan alhamdulillah aku dibonceng oleh aku lupa siapa nama bapak itu.

Setelah Maghrib…..
Setelah shalat Maghrib aku langsung masuk kamar, begitu juga dengan ketiga temanku. Tanpa BA-BI-BU, aku langsung berdiri di depan cermin kemudian dengan percaya diri saya mengucapkan kalimat
    “Ris, seandainya kau tahu bahwa dunia ini seperti roda yang selalu berputar, begitulah cintaku padamu, kadang kadang kembang kadang kempis”
    “kayak donat dong” celetuk Habibi
    “yo cong, kayak Donat yang peras itu loh” jawabku dengan nada sewot
    “lanjutkan mas” pinta Abidin
    “Ris, bapakmu pelayan ya?” tanyaku berakting depan cermin bak orang gila
    “kok tahu” jawab Mushollin
    “karena wajahmu telah berlayar di hatiku” jawabku dengan muka sendu di cermin
Terdengarlah gelak tawa bersambut dari ketiga temanku.
    “asyiiik” jawab mereka serempak
Kemudian aku miringkan kepalaku, lalu aku berjalan miring yang kubuat-buat seraya mengucapakan “e e e e e”
    “kenapa Fer, kenapa fer?” tanya Mushollin
    “tolong tarik, tolong tarik, badanku kaku” jawabku minta tolong. Lalu tanganku ditarik oleh Abidin. Aku tambah semangat melanjutkan latihan ngawur ini,
    “Ris, kamu tahu gak persamaan kamu dengan gorengan?” tanyaku di depan cermin
    “tidak tahu?”  jawab mereka serempak
    “sama sama manisnya” tanganku menengadah layaknya seorang pengemis cinta di pinggir jalan. Tiba-tiba Abidin berjalan kearahku dan memberiku kolor yang sudah baunya minta ampun.
    “astaghfirullah, bau iki loh, Dien” aku lansung membuang kolor bau itu
    “gak apa-apa” jawab Abidin sekenanya
    “masa?” tanya Habibi
    “iyalah, kalau masak itu di dapur coy” jawabku ddengan jawaban yang tidak nyambung
Aku berjalan mondar mandir dalam kamar depan cermin memimikarikan inspirasi apa yang aku keluarkan untuk merayu Riris,
    “kamu tahu gak, kalau Donat itu diperas sehingga dinamakan donat peras?” tanyaku dihadapan cermin
    “gak tahu” jawab mereka serempak
    “karena kau telah memeras hatiku, oh tidaaaak” teriakku
    “oh nooooo” jawab mereka serempak pula
Puas latihan merayu lalu aku mengambil posisi laksana penyair “Rendra Kresna” untuk mendeklamasikan puisi terbaikku, yang aku tulis di blog pribadiku sendiri kemudian aku melantunkannya,,
Rasa cinta…..
Tangan kananku dan tangan kiri membentuk lambang Jantung. dan tiba-tiba Abidin nyeletuk
    “mas, cintamu rasanya seperti apa?”
    “rasa cintaku itu ada rasa Starawberri, Jambu, Jeruuk dan masih banyak lagi Dien” jawabku sekenanya dan tersenyum.
Indah bercerita…..
Tanganku yang membentuk lambang jantung kemudian aku pecahkan menjadi lebar dan lebih luas yang menurut imajinasiku membentuk lingkaran. Dan kali ini yang nyeletuk adalah Mushollin
    “cerita apa Fer?”
    “cerita antara diriku dan dirinya, asyiiiiiiik” jawabku
    “kapan berceritanya Mas?” tanya Habibi
    “nanti hari kiamat” jawabku sekenya lalu melanjutkan kalimat puisiku,
Rupanya
Kedua tanganku memegang dadaku dengan tangan kanan di bawah dan tangan kiri di atas sambil menampakkan muka sedih. Dan ketiga temanku masih menyimak dan menantikan lanjutan kata yang aku ucapkan.
Isi cerita
Kedua tanganku memegang muka yang hampir sedih yang sedikit sendu walaupun ada galau. Dengan sedikit tersenyum melihat penghayatanku Abidin bertanya,
    “Mas, ceritanya bagaimana?”
    “belum diatur oleh sutradaranya” jawabku sekenya
Selamanya
Aku akhiri kata ini dengan senyuman termanisku.
Selepas latihan, kita berempat latihan vokal baknya boyband yang walaupun suara kita tidak padu satu sama lainnya, terkadang fals dan terkadang tinggi pula. Kitapun istirahat untuk menyambut hari esok.


9 Desember 2011
Ini adalah pengalaman pertama aku langsung terjun mengajar di Playgroup al-Ma’un, pagi yang indah aku langsung disambut telepon oleh kedua orang tuaku. Sementara diriku lagi asyik berjalan menuju warung untuk pergi makan, tiba-tiba hpku menerima sms. Lalu kubuka
    Wah.. dh bgn ksiangn, bngn langsung tlp cwex….hmm
    .anak tua jama sekarg…hehehe
aku tidak membalas sms itu karena kartuku tidak ada pulsa. Setelah itu, aku baru isi di rumah Bu Toti.
    Cbb, dik hehehe biasa. Lagi pa karang
Dia balas,
    Ni baru jemur pakaian kk…
    Kk ndiri?
Aku balas,
    Ni aku bantu ngajar di Tk
Tidak lama dia balas,
    Oyi kk, lanjutkan aja yaaa
Aku balas
    Ok. Dik, trims yo
Kemudian aku melanjutkan pekerjaanku yakni membersihkan badanku dari segala kotoran yang melekat. Setelah itu baru kemudian aku mengusulkan diri untuk mengajar di TK. Ketika aku mengusulkan diri, aku langsung diperkanalkan oleh Ibu Nurul,
    “anak-anak ini Pak Feri, guru baru di sekolah. Kalau ada bu guru pasti ada pak guru, ayoo siapa yang mau kenalan ma Pak Feri?” tanya Bu Nurul
    “saya bu” jawab anak-anak playgroup serempak
Ini pengalaman pertama mengajar di Playgroup di dalam kelas bermacam kelakuan anak yang aku jumpai mulai dari anak kelahi (saling pukul), bermain atau asyik dengan dunianya sendiri dan ada yang usil terhadap temannya.
Pada waktu itu aku mendapatkan mengajarkan membuat mainan dari bahan bekas yakni dari kardus untuk membuat Kareta, kulihat mereka gembira ketika mempraktekkan jalan kareta itu seperti apa. Kira-kira jam 10.00 WIB TK waktunya pulang, aku langsung masuk untuk persiapan shalat Jum’at. Tapi sebelum shalat Jum’at aku tidur dulu guna untuk menyambut shalat Jum’at. Mendekati jam sebelas, aku dibangunin oleh Abidin dan alhamdulillah aku shalat Jum’at dengan khusyu’.

My Sweat Moment
17 Desember 2011

Pagi yang cerah, aku mengetik tugas evaluasi yang baru beberapa halaman. Pada jam 07.00 WIB. Anak-anak TK Al-Maun sudah mulai datang dan berkumpul satu-persatu. Aku langsung men-shut down komputer dan kemudian menyambut anak TK yang menggemaskan itu. Begitu keluar saya bertemu dengan Bu Nurul,
    “Pak Feri, siap-siap saja. Penjenengan ikut ke Songgoriti” kata Bu Nurul
    “beneran Bu?” tanyaku setengah percaya, karena itu harapanku agar aku bisa ikut ke Songgoriti, dan bisa ketemu dengan Riris. Aku yakin saat itu pasti dia akan menemani Chacha. Aku masuk kamar dengan wajah sumringah,
    “ehem ada apa nih?” Tanya Mushallin
    “asyik boy, aku ke Songgoriti” aku tersenyum bahagia
    “ah, jelek. Tempat kecil Per” kata Mushallin
    “biarin, yang penting ke Songgiriti” jawabku berlalu kemudian menuju kamar
Aku bergegas mandi, aku mendendangkan lagu Westlife “Fool Again” sambil menghayalkan pujaan hatiku kalau dia tersenyum padaku. Dalam hayalku dia tersenyum dengan senyuman indah-seindahnya. Inginku supaya dia menceritakan rahasianya padaku.
Selesai mandi aku langsung masuk kamar dan berdandan ala Britney Spears, aku ambil Jacket warna mereah yang bertulis “Arsenal”. Setelah itu, aku langsung ke TK untuk membantu kesibukannya para ibu guru TK.
Di TK aku tidak tahu apa yang harus aku kerjakan
    “pak, tolong sampean ambil tas saya di mobilnya pak Ahda, tahu kan?” Tanya isterinya Pak Ahda
    “ya bu, itukan dulu dosen saya” jawabku
Aku langsung menuju mobilnya Pak Ahda, yang lebih mengembirakan hati ialah kebetulan jalan menuju ke mobil beliau lewat depan rumahnya Riris. Ketika aku menuju ke sana, di jalan aku bertemu dengan Chacha,
“Dik, ma siapa pean ke sana?” tanyaku
“ma Mbak Riris” jawab Chacha langsung berjalan ke TK Al-Ma’un
Hatiku langsung melonjak gembira ketika kudengar Chacha menyebut nama”Riris”. Aku hanya bisa tersenyum bak orang gila yang lagi kasmaran. Pas di depan rumahnya, aku berpapasan hanya senyum yang bisa aku berikan pada wajah cantik dan bibir sensualnya. Dia berjalan ke Tk sementara aku menuju tempatnya Pak Ahda,
“pak, saya disuruh ma ibu untuk mengambil tas” kataku memberi senyum pada pak Ahda
“kamu ikut juga ya?” tanya Pak Ahda. Kemudian beliau memberikan tas warna hitam kepadaku
“Insya Allah pak, Jazakallahu khairan katsira”
Kemudian aku berjalan menuju ke TK Al-Ma’un. Tatkala di sana, aku langsung memberikan tas hitam itu pada isterinya Pak Ahda. Aku berusaha mencuri pandang padanya, ternyata Riris menyapaku
    “kak, saya mau beli betadine. Apa warungnya Bu Toti buka?” tanya Riris
    “ya” jawabku “Chacha kenapa dik?” tanyaku
Riris tidak menjawab tetapi langsung berjalan menuju warung Bu Toti. Aku langsung berjalan menuju Rumah Bu Toti. Aku menyapa Chacha,
    “Cha, sakit apa dik?”
Chacha tidak menjawab pertanyaanku, terlihat di wajahnya begitu sedih. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya bisa diam seribu bahasa. Waktunya  berangkat ke Songgoriti, ketika mau berangkat aku masih disibukkan dengan Banner yang dipersiapkan untuk perlengkapan ke Songgoriti. Setelah itu kita berangkat, aku tidak ikut rombongan TK, karena di sana perempuan semua. Jadilah aku ikut Ustadz Syarif, dalam perjalanan aku berbincang dengan Ustadz Syarif beliau banyak memberikanku petuah yang sangat berharga,
    “Fer, semester lima ini kamu harus banyak membaca buku tentang metode pengajaran modern kemudian disandingkan dengan metode mengajarnya Rasulullah saw. Nanti semester tujuh kamu harus memperdalamkan penelitianmu”
    “tapi, Ustadz saya sudah memperlajarinya” ujarku mengelak sedikit
    “ya itu untuk sks, tapi kamu harus banyak membaca buku tentang penelitian agar lebih mendalam” jawab Ustadz Syarif
    “ingat, Fer. Kepala suku di desa yang ada di Papua mendapat penghargaan karena merubah pola pikir masyarakat tentang pendidikan. Ia mencicil uang sapi buat tabungan anaknya yang kuliah di Jawa”
    “ya Ustadz” jawabku
Tanpa terasa kita sudah tiba di Songgoriti, aku berusaha untuk berjalan bersamaan dengan Riris dan Chacha agar lebih bisa ngobrol dan guyon banyak hal dengannya. Ketika aku sudah didekat mereka berdua, aku diguyonin oleh Riris.
“Cha, lihat ada anak baru sekolah di Al-Maun” kata Riris sambil mengarahkan Chacha padaku
“yaaa, ada anak baru sekolah di TK Al-Maun” jawab Chacha dengan logat anak kecil
Aku hanya bisa tersenyum mendengar guyonan adik kakak ini, terasa sulit di Mulutku untuk berkata tentang apa saja ketika berhadapan dengannya. Jadilah kita bertiga berjalan laksana robot yang sudah tahu arah tanpa mengucapkan sepatah kata pun dari mulut masing-masing.
Setibanya ditempat tujuan, aku dan guru-guru yang lain memasang Banner sebagai tempat untuk istirahat. Setelah itu, waktunya untuk senam ceria agar anak-anak lebih ceria dan semangat. Sewaktu senam banyak ekspresi anak ketika mengikuti arahan dari ibu-ibu guru. Ada yang malas-malasan, ada yang semangat bahkan ada yang tidak mau senam. Satu lagi, ada yang kebibungan mengikuti gerakan ibu guru yang mungkin ia rasa sulit sehingga terpaksa saya arahkan dengan menggerakkan tangannya bak boneka.
Begitu selesai senam acara outbondnya pun dimulai. Banyak outbond yang diadakan untuk mendidik kemandirian dan keberanian anak didik. Seperti flying fork, kareta dan lain-lain. Salah satu permainan yang paling seru ialah ketika anak-anak disuruh untuk memindahkan ikan dari satu wadah ke wadah lain, mereka begitu semangat dan sampai ada yang nangis karena tidak dapat ikan. Tidak hanya itu, Chacha adiknya Riris takut sama ikan,
    “ayoo, Cha” kata Riris memberi semangat
    “moh (nggak),” katanya menggelengkan kepalanya
Jadilah mereka berdua bermain dengan acara mereka sendiri. Kulihat Bu Dewi kayaknya sudah tidak mengambil gambar lagi dengan kameranya. Dengan segenap keberanian kuberanikan diri untuk meminjam kamera itu guna untuk memotret pujaan hatiku yang lagi mengurus adiknya.
    “bu, boleh pinjam kameranya untuk memotret yang unik-unik di sini” kataku
Dia langsung memberikan padaku. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan ini aku langsung mengambil gambar yang menurutku unik dan tidak lupa lagi aku memotret Riris, ketika dia tahu bahwa saya sedang memotretnya, dia melarangku.
    “kak, ku nesu (marah) loh” katanya sambil murung kemudian tersenyum
    “gak apa-apa, sekali-sekali” jawabku sekenanya
Kemudian aku berjalan ke tempat lain untuk mencari sasaran baru, dengan niat isengku aku pergi lagi ke tempatnya Riris untuk mengambil foto-foto adik kakak itu.
    “kak, foto aku” pinta Chacha padaku
    “oke, dik. Ayoo,,” kataku
Chacha langsung memasang gaya narsis dengan banyak macam, mulai dari acak pinggang hingga ternsenyum dengan memamerkan giginya yang indah walaupun hampir habis barisan depannya.
Tengah asyiknya aku memotret Chacha, tidak lupa aku mengambil fotonya Riris untuk kujadikan kenangan bagiku.
    “kak, kapan cerpennya kutunggu loh, tinggal dua minggu lagi loh” katanya lagi
    “maaf dik, saya lagi bergelut dengan tugas, jadi belum saya selesaikan” kataku
Walaupun perbincangan kami berjalan dengan lancar, tetapi mulutku masih kaku untuk mengucapkan kata yang ingin keluar.
Ketika menjelang Dzuhur, hujan langsung mengguyur Songgoriti, jadilah aku beres-beresin tempat TK yang lebih menggembirakan hati ketika Riris ikut serta membantuku,
    “kak, kalau butuh bantuan bilang doong” katanya
    “hehehe, malu dik” kataku
Dengan bantuan Riris pekerjaanku lebih mudah dan cepat selesai. Begitu menjelang pulang, anak-anak banyak yang ke kolam renang untuk berenang. Hatiku kecilku hanya bisa berguman untuk ingin renang. Setelah itu, kita pun pulang dengan guyuran hujan yang deras.
Sesampainya di Masjid aku langsung ganti pakaian dan mengerjakan tugas Evaluasi Pendidikan yang belum sempat aku selesaikan. Dan Alhamdulillah tugas itu akhirnya selesai juga. Dan pada Maghribnya aku tertidur hingga menjelang Isya.
Begitu Aku bangun pada jam 23.00 Wib, aku langsung mengambil diary, kutulis segenap perasaanku tentang my sweat moment  yang aku alami di Songgoriti




tangal 17 Desember 2011
Diary, sungguh hari ini merupakan hari paling bersejarah dalam hidupku. Bagaimana tidak Ry, tadi pagi hingga siang aku puas memandang wajah pujaan hatiku. Dia tersenyum padaku tapi kubalas dengan senyuman kayaknya susah keluar, apes aku hari ini Ry. Adduhhh.
Diary, seandainya kautahu betapa bahagianya aku hari ini. Karena hari ini aku bisa memotretnya sepuas hatiku, sesuka hatiku, puas puas puaaaaaaaaaaaassssssssss. Itu kata bahagia yang terlukis dalam hatiku. Selain itu, Ry. Aku juga bisa ngobrol banyak dengannya, ngobrol banyak hal tentang apa saja dan bisa bercanda dengannya. Dan yang paling membahagiakan hatiku Ry. Ketika aku dengar gelak tawanya bersama si Chacha.
Diaryku gelak tawa itu yang susah aku lupakan gak tahu sampai kapan aku bisa melupakannya, semoga aku bisa yooo. Oke Diaryku, sampai disini dulu yaa, I Love You.
Setelah selesai menulis di diary kemudian aku langsung tidur dan menutup diary. Tidur untuk menemukan mimpi-mimpi yang hilang.


Beli durian
Ama Aura Kasih
Sekian
Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata