29 Jan 2012

Kucerai Kau Setelah Malam Pertama

Oleh MuFe El-Bageloka

Ini prolog cerita
Cinta buka perasaan,tapi komitmen.
Saat rasa itu mulai pudar, komitmen menguatkan tuk tetap bertahan.
Cinta bukan pilihan,tetapi anugrah.

Pilihan manusia bisa salah dan menyakitkan.
Namun anugrah dari tuhan selalu baik dan indah
Cinta bukan perjanjian,tetapi ketulusan hati.
Cinta tak menuntut perubahan,tapi memberi peribahan.
Cinta bukanlah misteri,namun komunikasi
Misteri harus ditebak n penuh teka-teki
Komunikasi membuat saling mengerti dan memahami.
Ketika cinta trasa indah,saat dimana Tuhan memberi kado terbaiknya bagimu dan bagi pendamping hidupmu.
Saat cinta terasa menyakitkan,ingatlah bahwa Tuhan sedang membentukmu menjadi kado terbaik bagi pasangan jiwamu..

Dadara Bageloka (gadis Bageloka)
“Aku pusing….” Itulah kata yang terucap dari mulut Winda ketika menikmati indahnya pemandangan Orong Lekok (nama sawah di Bageloka). Sebuah sawah yang memiliki perpaduan alam dengan kanvas warna hijau. Winda terus menikmati perpaduan indah alam Orong Lekok yang sangat indah.
Di tengah asyiknya ia menikmati pemandangan alam yang tersenyum ramah padanya. Tiba-tiba Luthfi (adiknya winda) datang mengagetkan Winda dengan teriakan “hah!” memegang pundaknya.
    “ha! a a a astaghfirullah, Fi. Aidah ku kaget nih” ucap Winda
    “hahaha” kata Luthfi berlari
Lalu Winda mengejar Luthfi yang memawerkan ngakaknya itu “awas kau Fi, ntar aku jewer kau” ucap Winda. Jadilah Winda mengejar adiknya itu yang berlari mengelilingi rumah yang ada di Orong Lekok.  Mereka terus saling mengejar dengan asyiknya, akhirnya Winda lelah dan tertawanya Luthfi masih berlanjut. Tiba-tiba dari arah utara datang Ea Aya (ibunya mereka).
    “Winda, ambil makanan untuk bapakmu di desa” Pinta Ea Aya
    “ya Bu” jawab Winda dengan seungging senyum kemudian ia berlalu dan pulang ke Bageloka untuk mengambil makanan.
Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Feri yang kebetulan pergi ke gempangnya (ladang). Winda heran melihat Feri yang bergoyang bak orang gila di pinggir jalan.
    “Fer, ada apa kok kayak orang keserupan di Tiu Galumpang (Danau Galumpang)?” tamya Winda menggelengkan kepalanya
    “ini kak, lagi menikmati lagunya Westlife” jawab Feri dengan tetap kepala bergoyang laksana orang lagi zikir di Masjid Nurul Iman “kak kapan pulang?”
    “mungkin besok aku pulang Fer” kata Winda
Lalu Winda melanjutkan perjalanannya ke Bageloka. Sementara Feri tetap melanjutkan perjalanan ke gempangnya (ladangnya)
Setibanya di Bageloka ketemu Suli dan Yon yang sedang asyik bercanda dengan Lika (anak kedua dari Suli).  Terlihat Yon sedang menyuruh Lika untuk terus tertawa sementara si Lika tertawa melihat cilukbanya Yon.
    “Likaaaa” panggil Winda dari luar
    “itu Bibi Winda manggil kamu nak, bilang ya, bilang ya” kata Suli menyuruh Lika
Kemudian Winda masuk ke rumah Suli untuk sekedar memeluk dan mencium Lika. Tatkala Winda depan Suli dan Lika yang lagi digendong. Ia langsung memamerkan muka gemasnya pada Lika dengan mencubit dan mencium,
    “aduhhhh, cantiknya keponakanku ini, dengan Telinga lebar, hidung pesek” katany dengan terus mencium si Lika.
    “Winda, kapan kamu balik ke Sumbawa?” tanya Suli
    “insya Allah besok, kak. Mungkin ma Yon saya pulang kak” jawab Winda tetap mencandai Lika
    “o o o o” jawab Suli
    “kak, mau kemana sekarang?” tanya Yon
    “ini di suruh ma emak untuk ngambil makanan di rumah” jawab Winda
Winda keluar dari halaman rumah Suli lalu pergi ke rumahnya. Ia berjalan melewati Madrasah Ibtidaiyah Negeri Bageloka lalu melewati lapangan setelah itu baru tiba di rumahnya. Setiba di rumahnya, Winda langsung membuka pintu rumahnya dan memanggil adiknya,
    “Us, Daus dausss”
Tak berapa lama Firdaus datang menemui kakaknya,
    “ada apa kak?” tanya Firdaus
    “dimana emak taruh nasi dik?” tanya Winda
    “loh, gak dibawa ma emak ke?” Firdaus setengah terkejut “mungkin dekatnya Sanikan (tempat menanak nasi)
Tanpa pikir panjang Winda langsung mengambil nasi
“Us, kamu ikut aku ke sawah” titah Winda
Mereka pun pergi ke Orong Lekok dengan senang dan candaany layaknya adik kakak. Maklum si Winda baru pulang dari Sumbawa sejak kerja di Toko Cita Rasa. Di tengah perjalanan handphone-nya Winda berteriak, ternyata ada sms dari Ryan
    Chayank,,,,,,,, lagi pa?
Winda balas,
    Lgi kngen kakandaku
Tak berapa lama, Ryan kirim sms
    Hmm:-),, sma donk
Mereka langsung berbalas sms dengan mesranya saking mesranya sampai-sampai Winda ngakak karena sms Ryan yang terkadang mesra tetapi humoris. Firdaus heran melihat tingkah kakaknya bak orang gila yang selalu tertawa sendiri.
    “kak ada apa kok tertawa sendiri dari tadi?” tanya Firdaus yang lagi asyik mengutak atik hp barunya
    “anak kecil gak usah tahu” jawab Winda sekenya
    “hmmm” kata Firdaus mengangguk
Mereka pun melanjutkan perjalanannya hingga tiba di Orong Lekok . di Orong Lekok mereka langsung istirahat sejenak untuk makan bersama keluarganya yang lagi bersantap nasi dengan nikmatnya.
    “langsung makan nak” Ea Empeng
Mereka langsung makan bersama. Setelah makan mereka melanjutkan aktivitasnya masing-masing hingga menjelang Maghrib. Begitu menjelas Maghrib mereka langsung pulang ke rumah untuk beristirahat menikmati pakaian yang telah dihidangkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kembali ke Sumbawa
Pagi ceria menyambut desa Bageloka dengan kehangatan yang mendalam. Rasa dingin yang menyelimtui tubuh setiap orang untuk bermalas-malasan.  Ea Empeng dan Ea Aya  langsung beraktivitas dengan gembiranya. Sementara Winda masih menikmati hangatnya kasur yang memeluknya.
Melihatnya anaknya lagi tidur menikmati mimpinya Ea Aya, dia langsung  membangunkan anaknya,
    “Maswin (nama panggilan untuknya) jam berapa kamu pulang?”
    “nanti jam dua” jawabnya dengan suara berat
Ea Aya langsung melanjutkan aktivitasnya. Menjelang matahri mulai meninggi kira-kira jam sembilan Winda baru bangun untuk sekedar makan. Kemudian ia mandi ke kali untuk persiapan balik ke Sumbawa.
Ia keluar dari Rumah menuju kali tempat ia mandi, begitu di depan rumah Yon Winda memanggil Sumi (kakaknya Yon).
    “kak Suuum,,, engkau dimana karang, ayo mandi sekarang” ajak Winda
    “ya,,, endi nung (nanti dulu)” jawab Sumi
Tak berapa lama Sumi keluar membawa semua perlengkapan mandinya untuk menuju sungai tempat mereka mandi. Mereka selesai mandi pada jam 11.00 Wita dan kembali ke rumah. Dan mereka tiba di rumah masing pada jam 12.00 Wita. Maklumlah jarak antara rumah dengan dengan sungai tempat mereka mandi lumayan jauh. Di perjalanan Winda tengah asyik ngobrol dengan pacarnya dengan segala ekspresi mulai dari murung, manja hingga pura-pura cemberut atau nangis.
    “Win, siapa itu?” tanya Sumi
    “dari Devri. Orang Taliwang” jawabnya sebentar kemudian melanjutkan obrolannya
    “kok banyak betul pacarmu, si Ryan gimana kabarnya?”
    “udah ku buang di baksampah hatiku,, heheheh” canda Winda
Sumi langsung tertawa mendengar candaan dari Winda. Setibanya di rumah segera berdandan dan beres-beres untuk persiapan balik ke Sumbawa. Setelah jam dua siang Winda langsung berangkat bersama Yon. Sebelum balik ke Sumbawa terlebih dahulu ia mencium tangan ayah dan ibunya serta mencium tangan adik-adiknya. Setelah itu baru mereka berangkat ke Sumbawa.
Mereka berangkat melawati terjal jalan menuju Bendungan Batu Bulan yang penuh dengan batu-batuan yang kasar, tebing serta jalan yang belum di aspal. Selain itu, terlihat pemandangan alam yang sedikit gersang dan dan rumah penduduk yang kurang tersusun rapi. Sudah tentu jalan itu membuat badan pegal di atas sepeda motor. Tetapi Winda dan Yon tetap semangat melewati jalan terjal seperti itu. Begitu sampai di Maman suasana tetap sepi tidak ada aktivitas yang menonjol selain para nelayan yang mengadu nasib di tanggul bendungan. Hari itu, Cuma terlihat dua nelayan yang menjaring ikan.
Mereka tetap melanjutkan perjalanannya. Tatkala tiba di Sumbawa mereka berdua langsung istirahat. Yon langsung tidur memamerkan musik dari mulut atau ngorok. Sementara Winda membersihkan mukanya terlebih dahulu setelah itu ia men-silent handphonenya baru kemudian Winda bermimpi indah.
Ketika ia tidur ditemani mimpi layar Handphone-nya bergoyang terpampanglah nama Ryan yang sedang memanggil. Kira-kira ada sepuluh kali memanggil Winda. Hatinya langsung cemas tak terkira. Ryan langsung bertanya dalam hatinya “ya Allah kenapa sayangku tidak angkat, tolonglah hambamu ini”.
Tanpa putus asa Ryan terus menelpon dan menelon tetapi hasilnya tetap sama yaitu panggilan tak terjawab. Lalu Ryan mengirim sms pada Winda,
    Di absen dlu ya!
    Rindu,,,,, hadir bu
    Kangen,,,ada bu
    Kasih,,,,,izin bu
    Sayang,,,sakit bu
    Cinta,,,!!!
    “cinta kmn? Tanya bu guru. Rindu n kangen mnjwb, “cinta gak ada Bu, tadi ia pulang..”
    “kenapa?” tanya Bu guru.
    Rindu n kangen menjawab,”krn cinta gk akan hadir tanpa adanya kasih sayang…”
Setelah mengirim sms Ryan langsung murung dan menyandarkan dagunya di atas kedua tangannya dengan memendam perasaan cemas, harap dan kecewanya pada pujaan hatinya. “oh tuhan ada apa dengan Winda?” hatinya bertanya lalu berteriak “kampret, ancreet. Aduhhhhhhhhhhhh” teriaknya dalam kamar bak orang gila.
Ia meneriakkan kata-kata yang tidak jelas hampir ada sekitar dua jam hingga suara habis untuk melatih vokalnya dengan teriakan itu.

Konspirasi Joe dan Ryan
Lelah meneriakkan kekesalannya Ryan langsung  menyetel lagu firman “kehilangan” ia begitu meresapi lagu itu hingga air menitikkan air matanya. Tengah asyik menghayati lagu itu tiba di pintu berdiri pemuda stylist, senyum menawan terpampang, wajah hitam manis dan memakai al-mamater warna hijau. Ia hanya bisa tersenyum melihat ulah temannya itu,
    “assalamu’alaikuuuuuuuummmmmmm” teriaknya
Sementara si Ryan tetap melanjutkan aksi goyang mautnya. Kira-kira ada sepuluh kali temannya berteriak baru ia sadar.
    “maaf sobat saya gak lihat kamu datang” katanya lalu mempersilahkan temannya masuk “silahkan masuk Joe”.
Nama temannya ialah Joe. Dia itu teman akrab si Ryan di kampus karena mereka sama-sama kuliah di satu kampus yakni Sekolah Tinggi Hamzan Wadi.
 “kamu kenapa Bro?” tanya Joe
“aku lagi ada masalah dengan pacarku, kayaknya cintaku bertepuk sebelah tangan” ungkap Ryan sedih dan murung
“siapa namanya dan mana nomornya biar diselesaikan masalahnya clear (jelas)”. Tawar Joe
“Winda, ini nomornya” lalu Ryan mengirim nomornya Winda ke handphonenya Joe.
Mereka pun berbincang ngolor ngidul hingga menjeleng jam sepuluh malam. Tiba-tiba terlintas difikirannya untuk menelpon Winda untuk sekedar perkenalan. Lalu menekan nama targetku. Ketika panggilan itu sudah masuk. Ternyata jawabannya menunggu, Ryan tetap nekat untuk berbincang dengan Winda. lalu Winda menerima panggilan itu.
    “hallo, maaf ini dengan siapa?” tanya Winda dibalik telepon itu
    “Emi bisa ketemu di kampus untuk urusan organisasi, penting” jawab Joe langsung menyerobot
    “maaf bos salah sambung” kata Winda kesal
    “sorry sorry saya kira nomornya Emi. Sehingga saya telpon nomor ini, sekali lagi maaf yaaa, dik” ungkap penyelasan Joe
    “gak apa-apa” jawab Winda singkat
    “oh ya,, ngomong-ngomong boleh kenalan gak?” tanya Joe
    “boleh” jawab Winda
    “aku Joe, kamu siapa?”
    “aku Winda”
Obrolan mereka langsung mengalir lancar hingga mereka sepakat untuk bertemu di lapangan pahlawan. Lalu handphonenya Winda dimatikan, dan pacarnya winda langsung marah ketika ia tahu bahwa sang pujaan hatinya itu mau bertemu dengan Joe yang menurutnya adalah laki-laki playboy

 “ gak usah kamu ketemu dengan dia, nanti kamu diapa-apain ma dia”
Pertengkaran mereka pun tak terelakkan hingga berujung memutuskan komunikasinya. Winda langsung menggurut sendiri akibat ulah sang pacar yang memarahinya.
    “pusimg aku dengan ulahmu yang selalu over protektif terhadapku” itulah kata yang terucap dari mulutnya Winda


Pertemuan
Langkah awal konspirasi
Sesuai kesepakatan Joe datang ke Lapangan Pahlawan dengan penuh harapan dan pakaian baju warna abu-abu dan celana warna hitam. Tatkala di lapangan pahlawan dia kebingungan mencari wanita yang bernama Winda. dia berjalan memutari Tratoar lalu duduk di bawah pohon besar untuk menikmati kesejukan angin pohon itu.
 Di tengah kebingungan melanda ia coba menelepon tapi yang ada hanyalah panggilan tak terjawab, sms pun tak di jawab. Tiba-tiba ia melihat wanita lagi asyik menggendong bayi, lalu Joe berjalan ke arah wanita itu,
    “maaf mbak, saya lagi cari wanita yang berbaju putih, rambut bergelombang apa anda lihat wanita seperti itu?” tanya Joe wanita itu yang sebenarnya adalah Winda
“siapa nama wanita itu?” tanya Winda
“Winda” jawabnya singkat
“akulah yang kamu cari “kata kak Maswin
Percakapannya mengalir lancar. Selingan canda, pujian langsung keluar dari mulutnya Joe. Tak henti-hentinya Joe memuji kecantikan Winda dengan kata “gra pe (cantiknya)”. Winda hanya tersenyum mendengar kata-kata itu.
Joe melirik jam tangan,
    “Wi, maaf saya buru-buru nih, saya harus ke kampus sekarang ada kuliah” kata Joe pamit
    “oh ya gak apa-apa” jawab Winda
    “nanti saya boleh ke tempatmu gak?” tanya Joe penuh harap
Lama Winda berfikir, sementara mukannya sudah harap-harap cemas menanti jawaban bahagia
    “ya, boleh” jawab Winda tersenyum
Hati Joe langsung bersorak gembira “terima kasih ya Wi,” itu kata yang mewakili kegembiraannya. Kemudian ia berangkat kuliah.
Setibanya Joe di kampus ia langsung lari terburu-buru ke kelas karena telat. Tatkala di depan kelas ia semakin mempercepat langkahnya. Dengan nafas terengah-engah ia mengetuk pintu,
    “assalamu’alaikumm pak ah hah hah” ucapnya dengan nafas naik turun
    “ya silahkan masuk” kata Dosennya mempersilahkan Joe masuk
Joe masuk lalu menjelaskan alasan kenapa ia telat, alasan itu sudah ia konsep sehingga ia lolos dari hukuman sang dosen.
Kebetulan saat itu, mata kuliah ialah metodologi pembelajaran ideal menurut perspektif Islam. Sang dosen memancing mahasiswanya untuk berpendapat dengan pertanyaan yang cukup kontrovesial,
    “menurut kalian apakah STKIP Hamzan Wadi sudah efektif pembelajarannya?”
Jual beli pendapat langsung menderu dalam kelas. Terutama ketika Joe mencela Hamzan Wadi kalau STKIP ini masih menggunakan metode lama. Sehingga protes dari teman-teman yang lain tidak terelakkan.
    “hey, saudara tidak boleh berkata tanpa fakta, itu sama dengan asbun (asal bunyi)” bantah taufik yang karakternya keras
    “emang kenyataannya seperti itu” jawab Joe tidak kalah sengit
Hampir saja mereka berdua kelahi dalam kelas kalau saja dosen itu tidak bertindak tegas untuk melarang mereka adu mulut. Karena kondisi belajar sudah tidak kondusif dengan terpaksa sang dosen mengakhiri mata kuliahnya.
Gerimis tersenyum menyanyikan nada-nada rintikannya, gemerciknya pula mengundang sanubarinya Joe untuk bermalas-malasan. Hatinya bertanya “apa yang harus aku kerjakan sekarang?” pertanyaan dan perasaan itu berusaha dia lawan dengan memejamkan matanya, menidurkan fikiran yang berkecamuk. Untuk mengusir rasa malasnya, ia mengirim sms kepada Winda. Ketika pesan tengah aku ketik, tiba-tiba hanphone-nya berjoged dengan memerkan sms yang masuk
Tw kh anda bahwa cinta itu bagai matahari?
Saat cinta dtg, bagai mtahari terbit, membawa kehngatan n kecerian
Saat cinta mrh, bgai mthari terik di siang hari.. buat jdi bingun mncri penyejuk dan penyegar.
Saat cinta bosan, bagai sore hari.. buat hti jdi malas dengan si dia, cinta bagai malam hari, saat dia pergi, dingin hati menyelimuti stlh tu ingin lgi..
Huftt sbr y… cinta g kmn-kmn kok J
Joe balas,
    Ehem… romantisnya,,

Dia balas pula,
Ialah-ialah, cp dulu, winda…
Joe balas,
    Cerita, Indah, Nan, Tetap, Abadi
Terus handphonenya Joe memekikik berjoged
    So sweat J
Joe tidak balas sms darinya, Joe ambil handuk. Kemudian membersihkan segala kotoran yang melekat di badannya. Sekarang, Joe ada janjian dengan Winda, untuk datang ke tempat dia kerja di Toko Sari Roti, lumayan untuk menghibur mulut yang lagi ingin jajan.
Sebelum aku ke Toko Sari Roti, Joe jalan-jalan memutari dan menghirup kehangatan suhu di Sumbawa. Mulai dari wilayah pusat pertokoan Sumbawa, Lapangan Pahlawan hingga depan SMA Negeri 1 Sumbawa yang berdekatan dengan kantor Resort Sumbawa. Suasana kota Sumbawa yang tidak terlalu ramai membuat kemacetan tidak terlalu mengganggu dan kegiatan penduduknya di malam hari tidak begitu ramai. Setelah puas berkeliling lokasi-lokasi yang dia suka kemudian Joe kembali lagi ke pusat pertokoan Sumbawa tujuannya yakni ke toko Roti Cita Rasa guna untuk bertemu dengan Winda.
Begitu tiba di depan Toko Roti Cita Rasa Kemudian janjian ketemu di Toko Cita Rasa, Joe tidak melihat Winda ada diluar lalu ia menelepon
“keluar ini aku di depan pintu”, “
Tak berapa lama Winda keluar dari kamarnya. Melihat kedatangan wanita yang ia tunggu, Joe tersenyum melihat keanggunan dan kecantikan Winda. Begitu Winda berdiri di depannya, Joe langsung duduk begitu juga dengan Winda.
Dengan begitu mereka langsung berbincang banyak hal dan percakapan mereka kali ini mengalir lebih lancar dan lebih asyik. Banyak yang mereka bicarakan hingga menjelang pukul 22.00 Wita baru percakapan mereka berakhir.
    “Wi, aku balik dulu ya, terima kasih atas kebaikan hatimu” pamit Joe
    “sama-sama” jawab Winda
Joe tersenyum penuh arti kepada Winda, senyum itu susah ditebak. Entah senyuman terima kasih atau senyuman kagum pada seorang wanita cantik yang ada dihadapannya. Setelah Joe pulang baru kemudian Winda masuk kamar untuk istirahat. Tak berapa lama handphonenya memekik
    Cantik, jaga kecantikanmu ya,,
Winda hanya tersenyum melihat perhatian dari kenalan barunya itu. Kemudian Winda langsung istrihat guna untuk mempersiapkan tenaganya besok.

 Pertemuan kedua
Langkah Pendekatan Konspirasinya
Pagi yang indah menyambut dengak keramahannya, Winda bangun mandi lalu gosok gigi baru kemudian setelah itu ia bekerja sebagai karyawan hingga menjelang sore hari baru ia istirahat. Para karyawan melayani para pembeli dengan kerahaman yang menyejukkan hati sehingga tak heran jika toko Roti Cita Rasa itu selalu banyak pelanggan.
Begitu menjelang malam hari para karyawan baru bisa menikmati kenyaman untuk menikmati indahnya malam di Sumbawa dengan kelap kelip lampu yang tidak terlalu istimewa. Malam itu juga, kira-kira Joe datang lagi ke Toko itu untuk mengapeli Winda. Sesuai perjanjian Joe datang setelah Isya, dan ia pun datang tepat Waktu,
    “Wi, bagaimana kalau kita ke kostku” ajak Joe, entah apa yang terlintas difikirannya saat itu
    “ngapain?” tanya Winda
“saya mau curhat tentang masalahku dengan pacarku” ungkap Joe
 “kok kamu berani, belum tentu saya juga yang bisa memegang rahasiamu” keluh Winda
Winda lama merenung, pada akhirnya ia mau ke kostnya Joe. Mereka pun langsung menuju kostnya Joe yang terletak di Brang Biji. Tatkala di kost itu terlebih dahulu Joe mengajak Winda makan malam. Tatkala Winda diberi Teh oleh Joe, ternyata Teh itu sudah ditaruh obat tidur. Dalam beberapa menit Winda langsung tertidur. Ketika tidur itu Winda dicium, dipeluk atau diperkosa. Begitu Winda sadar ternyata ia dapat dirinya sudah telanjang bulat dan Joe tidur di sampingnya.
Winda terkejut, bingung tak tahu mau berbuat apa
    “Joe, joe bangun bangun” katanya sambil menggerakkan badan si Joe yang lagi tertidur mulas
     “ya” ucap Joe setengah sadar
    “ada apa ini?” tanya Winda
Joe tidak menghiraukan pertanyaan itu, ia tetap melanjutkan tidur setelah kenikmatan yang ia peroleh. Sementara Winda menangis tersedu-sedu mengetahui bahwa dirinya telah diperkosa oleh Joe, ia tidak bisa terima dengan hal ini. Karena tangisannya sedikit keras, membuat Joe bangun, tampaknya ia tidak tega melihat Winda menangis seperti itu. Hatinya langsung pilu saat itu, lalu ia memeluk layaknya seorang bapak yang menenangkan anaknya dan tangisannya Winda sedikit reda baru kemudian Joe menjelaskan alasan kenapa ia melakukan itu,
    “maafkan aku Wi, aku melakukan itu atas saran Ryan, ia mengatakan bahwa jika kamu bisa meruntuhkan prinsipnya Winda maka kamu sudah bisa mendapatkannya. Ini aku mencobanya Wi, maaf ya” ucapnya sendu
Winda menggelengkan kepalanya “tega kamu Joe, tega kamu. Hiks hiks hiks” tangisnya semakin menjadi. Joe tetap berusaha menenangkan Winda, setelah Winda Joe berusaha mengulang langkah demi langkah perbuatan terlarang itu dan Winda menerima dengan pasrah karena pikirannya lagi bingung alias galau.

Pulang
Paginya, udara Subuh membangunkan dengan sapaan khasnya yakni udara dingin. Winda langsung bangun dan membersihkan badannya dari dosa yang dia lakukan bersama Joe. Setelah itu ia shalat Subuh untuk meminta ampunan kepada Sang Khalik.
Setelah shalat dan berdoa, ia baca Quran sebentar kemudian membangunkan Joe agar diantarkan ke tempat ia kerja yakni toko Roti Cita Rasa,
    “Joe, Joe bangun, bangun. Antar aku pulang” kata Winda, menggoyangkan badan si Joe
    “ya ya ya,,” jawab Joe, membuka matanya dengan rasa malas
    “banguuun,” kata Winda memaksa
    “yaaa, cerewet banget sih” kata Joe setengah marah
Joe langsung bangun, mengambil baju yang ada digantungan lalu mengantar Winda ke toko Roti Cita Rasa. Setibanya di toko tersebut Winda langsung bekerja sebagaimana biasanya.

***
Malamnya sesuai dengan perjanjian bahwa Joe akan menjemputnya, Winda menunggu si Joe. Sambil menunggu Winda curhat dengan teman akrabnya Maya, tentang kejadian yang dia alami tadi malam. Asyiknya berbincang hpnya Winda memekik, ia melihat ternyata ada pacarnya menelpon, Winda langsung bersemedi dalam kamarnya agar bias ngobrol asyik dengan sang pacar.
Tanpa disadari. Tiba-tiba Joe menelponnya. Alangkah kecewanya Joe ketika ia tahu bahwa panggilannya dijawab dengan jawaban Menunggu. Darahnya langsung menindih seratus delapan puluh derajat saking marahnya. Berkali-kali ia menelpon, satu jam kemudian baru diangkat oleh Winda,
    “sekarang apa maumu, padahal dirimu sudah tidak ada artinya, ingat keperawananmu sudah kurenggut” ujar Joe sinis
Winda diam menahan sakit hatinya mendengar kata sinis dari Joe
    “ini aku diluar, kutunggu, jangan pakai lama, haram hukumnya” Joe mengeluarkan ultimatumnya
    “yaa” jawab Winda
Winda langsung turun, tak berapa lama kemudian dia tiba dihadapan Joe. Dan mereka langsung berangkat ke kosnya Joe. Tatkala di simpangan Sernu mereka makan di warung lalapan sambil menikmati kehangatan udara Sumbawa dan keramaian dengan kelap-kelip lampu malam hari menambah ramahnya suasana serta udara Sumbawa.
Selesai makan mereka langsung menuju tujuannya. Setibanya di dalam kos, Joe meminta untuk melakukan kenikmatan hubungan suami istri kepada Winda. dan mau tidak mau Winda harus menuruti kemauan sang pacar. Perbuatan ini mereka lakukan hingga Winda hamil tanpa ia ketahui.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata