14 Jan 2012

Konsep dasar Pendidikan Islam; Secara Teologis dan Filosofis



Oleh
M. Feri Firmansyah



Bab I
 Pendahuluan
    Latar belakang
Berbicara masalah Pendidikan Islam merupakan elemen vital dalam pendidikan. Karena Pendidikan Islam menjadi tonggak keberhasilan pendidikan secara komperehensif. Pendidikan Islam sering disebut juga pendidikan moral (karakter). Bagaimana tidak, pendidikan tanpa karakter maka bisa dikatakan pendidikan itu kualitasnya di bawah standar.
Pendidikan itu sendiri adalah persoalan yang paling stategis bagi kehidupan manusia baik dalam perspektif individu, masyarakat dan bangsa. Dalam hal ini pendidikan itu bisa jadi alat untuk melompat dari hal yang biasa menjadi luar biasa atau tool to change. Bisa jadi pendidikan itu sebagai salah satu kebutuhan hidup (a necessary of life), salah satu fungsi sosial (a social function), sebagai bimbingan (direction) dan sebagai sarana pertumbuhan (as growth), yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk displin hidup. (Tobroni. 2010:4)

Dalam kehidupan sosial Pendidikan Islam mengemban misi rahmatan lil ‘alamin yang mana ini bertujuan untuk membangun peradaban moral anak bangsa. Dalam bahasa sederhana misi pendidikan Islam itu merubah moral (akhlak) peserta didik dari moral yang tidak baik menjadi lebih baik. Sebagaimana firman Allah: “ Dan tidaklah aku mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam” (Q.S. 21: 107).
Rahmatan lil ‘alamin merupakan suatu misi (risalah) kemanusian yang sangat bermanfaat dalam rangka membentuk sikap mental output yang berperadaban dan menjunjung tinggi nilai insani. Pendidikan Islam harus menjadi kekuatan yang ampuh dalam membentuk karakter peserta didik. Ketika kriminal menjadi bagian dari kehidupan yang sudah tidak bisa dibentuk dengan aneka ragam bentuknya. Problema semacam ini harus direspon dengan tanggap dengan mencari problem solving yang tepat. Di sinilah pentingnya pendidikan Islam itu sendiri bagi manusia
Untuk membentuk pendidikan karakter (moral) itu terlebih dahulu kita paham dulu tentang konsep dasar Pendidikan Islam (karakter, moral) itu sendiri. Sudah banyak konsep dasar pendidikan Islam itu sendiri yang dijelaskan dalam al-Quran maupun al-Hadist sendiri. Tidak hanya itu para pakar pendidikan banyak terinspirasi dari al-Quran dan al-Hadist untuk merekonstruksi pendidikan secara komperehensif.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah penulis;
1.      Bagaimana konsep dasar Pendidikan Islam menurut al-Quran dan al-Hadist?
2.      Bagaimana Tinjauan filosofis Terhadap Pendidikan Islam?
3.      Bagaimana tinjauan teologis terhadap Pendidikan Islam?

C.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penilian ini dari penulis antara lain;
1.      Dengan penelitian ini mahasiswa atau khalayak umum dapat memahami konsep dasar Pendidikan Islam itu sendiri.
2.      Dengan adanya penelitian ini mahasiswa ataupun khalayak umum dapat memahami tujuan pendidikan Islam baik ditinjau dari segi teologis maupun filosofis.
3.      Mahasiswa maupun khalayak ramai diharapkan untuk bisa mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam yang telah termaktub dalam al-Quran dan al-Hadist.
4.      Sesuai dengan tujuan Pendidikan Islam diharapkan mahasiswa maupun khalayak ramai memiliki pemahaman dan berpengetahuan lebih mendalam (menjadi pakar)
5.      Mahasiswa dapat memaknai nilai-nilai spiritualitas pendidikan Islam itu sendiri



Bab II
Konsep Dasar Pendidikan Islam; secara Teologis dan Filosofis
A.    Pengertian Pendidikan Islam
Pembahasan konsep dan teori tentang pendidikan Islam sampai kapanpun selalu saja relevan dan memiliki ruang yang cukup signifikan untuk ditinjau ulang. Paling tidak terdapat tiga alasan mengapa hal ini terjadi: pertama, pendidikan melibatkan sosok manusia yang senantiasa dinamis, baik sebagai pendidik, peserta didik maupun penanggung jawab pendidikan; kedua, perlunya akan inovasi pendidikan akibat perkembangan sains dan tekhnologi; ketiga, tuntutan globalisasi yang meleburkan sekat-sekat agama, ras, budaya bahkan falsafah suatu bangsa. Ketiga alasan itu harus diikuti oleh tanggung jawab dunia pendidikan dan kerjasama dengan elemen masyarakat, demi kelangsungan hidup manusia dalam situasi yang serba dinamis, inovatif dan semakin mengglobal.
Konsep menurut bahasa adalah ide umum; pengertian, pemikiran; rancangan dan rencana dasar (A. Partanto dan M. Dahaln.362: 1994). Jadi pengertian konsep itu sendiri menurut penulis adalah ide umum yang tersusun rapi untuk diterapkan terencana dalam kehidupan nyata.
Konsep itu sangat penting dalam pendidikan. Jika pendidikan tanpa konsep maka bisa ditebak pendidikan itu akan berjalan tidak sesuai harapan. Untuk itu pendidikan terutama Pendidikan Islam harus mempunyai konsep yang mapan.
      Dalam literatur al-Quran dan as-Sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani`, nurabbi, yurbi` dan rabbani`. Dalam mu’jam bahasa Arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasan, yaitu:
1.      Rabba, yarbu`, tarbiyah: yang memiliki makna ‘tambah’ dan berkembang (nama`). Jadi pendidikan itu (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
2.      Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
3.      Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya. (Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008: 11)

Jika kata tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya (rabbayani`) maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan memilihara, membesar dan menjinakkan. Pemahaman ini diambil dari firman dalam al-Quran Allah swt Surat al-Isra’ ayat 24.
artinya dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil”.
Ayat ini secara rinci menjelaskan bahwa dalam pengasuhan anak tidak hanya memperhatikan ataupun mendidik pada jasmani dan intelektual saja tetapi juga spiritualnya. Artinya pendidikan itu harus bisa menumbuhkan mental, kognitif serta afektif peserta didik. Artinya kata tarbiyah mencakup tiga domain pendidikan, yaitu kognitif (knowladge), afektif (doing) dan Psikomotorik (life skill) dan dua aspek pendidikan yaitu jasmani dan rohani.
      Allah swt memberikan contoh Fir’aun dalam mendidik nabi Musa a.s yang mana dia hanya mendidik dari aspek jasmani saja tanpa memperhatikan aspek rohani, ini telah termaktub dalam al-Quran surat Asy-Syu’ara ayat 18
 artinya Dia (Fir’aun menjawab, “bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun umurmu” (QS. Asy-Syu’ara: 18).
Dua ayat di atas dapat diambil hikmahnya bahwa dalam mendidik anak itu harus menumbuhkan mental dan spiritualnya disamping menumbuhkan jasmani peserta didik. Dengan begitu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik menjadi lebih seimbang.
Dari pengertian tadi menjelaskan dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam simpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) adalah proses menumbuh dan mengembangkan peserta didik baik dari aspek jasmani maupun rohaninya dengan menggunakan metode yang telah termaktub dalam al-Quran dan al-Hadist.
Selain itu, menurut penulis sendiri pendidikan itu juga bisa dikatakan nasehat. Ini berdasarkan pengertian dari tarbiyah itu sendiri yakni memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupann dan berdasarkan hadist Rasulullah saw yang artinya “agama itu adalah nasehat. Kamipun bertanya, untuk siapa ya Rasulullah? Beliau menjawab untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya serta untuk para pemimpin kaum muslimin pada umumnya” (H.R. Muslim).
Menurut Ibnu Daqiq Al-‘id nasehat itu sendiri adalah segala bentuk kebaikan yang diberikan demi kebaikan orang yang diberi nasehat. Yang mana pendidikan ini berpegang pada dua sisi yaitu menjelaskan kebenaran dan mengingkari kebathilan serta membangkitkan perasaan peserta didik. (Laila. 2008: 104).
 Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan oleh penulis itu sendiri tujuan pendidikan Islam (tarbiyah) antara lain:
1.      Membentuk pribadi insan kamil, bertakwa dan bermoral  peserta didik
2.      Membangun jiwa sosial
3.      Menumbuhkan potensi peserta didik

Selain tujuan di atas, menurut Ibnu Taimiyah tujuan pendidikan Islam itu tertumpu pada empat aspek, yaitu: (1) tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari al-Quran dan al-Hadist; (2) mengetahui ilmu Allah swt, melalui pemahaman terhadap mahluk-Nya; (3) mengetahui kekuatan (qudrah) Allah melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas dan kreativitas mahluk-Nya; dan (4) mengetahui apa yang diperbuat Allah swt terhadap ciptaan-Nya dan jenis-jenis perilakunya. (Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008: 78).
Dari semua tujuan yang telah dijelaskan tadi, tujuan pendidikan Islam itu bermuara pada satu hal yaitu pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan pendidikan jasmani, akal dan ilmu praktis. Ini berdasarkan pada sabda Rasulullah saw,
“aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Malik bin Anas dan Anas bin Malik).
Akhlak yang dimaksud di sini adalah akhlak Allah yang maha sempurna, yakni akhlak yang tertuan dalam asma al-husna-Nya.

B.     Konsep Dasar Pendidikan Islam
Konsep “Pendidikan Islam” seringkali mengundang keragaman arti. Pendidikan Islam, seringkali dimaksud sebagai pendidikan dalam arti sempit yaitu proses belajar mengajar dimana Agama Islam menjadi “core curricullum”. Pendidikan Islam bisa pula lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kegiatan yang menjadikan Islam sebagai identitasnya, baik yang semata-mata maupun tersamar. Perkembangan terakhir memberikan pengertian bahwa Pendidikan Islam diberi arti lebih subtansial sifatnya, yaitu bukan sebagai proses belajar mengajar maupun jenis kelembagaan, akan tetapi lebih menekankan pada sebagai suatu iklim pendidikan (education atmosphere) yaitu suatu suasana pendidikan  yang islami, memberi nafas keislaman pada semua elemen sistem pendidikan yang ada. (Tobroni. 2008: 13).
Menurut Prof. Tobroni, M. Si (2010: 4) pendidikan itu adalah persoalan yang paling strategis bagi kehidupan manusia baik dalam perspektif individu, masyarakat dan bangsa. Dengan pendidikan status sosial seseorang akan dipandang dalam masyrakat. Allah swt mencela hamba-Nya yang tidak mengerti ilmu pengetahuan (knowladge). Ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-Quran yang artinya
“Dia (Allah) berfirman), “wahai Nuh! Sesunggunya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui hakikatnya. Aku menasehatimu agar kamu tidak termasuk orang yang bodoh” (QS. 11: 46).
            Dari ayat di atas secara gamblang menjelaskan bahwa Islam itu anti kebodohan. Karena kebodohan itu merupakan awal hilangnya peradaban Islam. Dan inti dari pendidikan itu adalah perubahan baik dalam sikap,ketermilan(skill) maupun dalam pengetahuan. Selain itu, ayat di atas menjelaskan bahwa bahwa pendidikan itu merupakan usaha dari para pendidik untuk memberikan bantuan, arahan terhadap peserta didik sehingga mereka ada perubahan sikap dan wawasan yang lebih bersifat positif bagi dirinya dan masyarakat secara umum. (Romlah. 2010: 24).
            Pendidikan memang merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat/ bangsa tersebut. Tidak salah jika Fazlur Rahman menyatakan “setiap reformasi dan pembaharuan dalam Islam harus dimulai dengan pendidikan.” Karena itu, para pemerhati dan pengembang pendidikan Islam tiada henti-hentinya untuk memperbincangkan masalah ini. (Muhaimin. 2009:73)
            Ini sesuai dengan Firman Allah swt dalam Surat Al-Baqarah ayat 159   
 Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (al-Quran), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat pula oleh mereka yang melaknat”.
            Ayat ini menjelaskan bahwa peran pendidik dalam mentransformasikan ilmunya pada peserta didik baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik. Keberadaan peserta didik dalam pendidikan Islam itu perlu dikembangkan dengan potensi yang mereka miliki seperti bakat, kecerdasan, karakter dan lain-lain.
Islam itu merupakan agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, maka tidak heran jika guru dan peserta didik itu dimuliakan oleh Allah swt. Ajaran Islam juga melarang umatnya untuk tidak paham akan ilmu pengetahuan (bodoh). Di sinilah pentingnya belajar sebagaimana yang telah termaktub dalam al-Quran surah al-‘Alaq ayat 1 “bacalah”. Ini berarti agama Islam menganjurkan umatnya untuk terus belajar yakni dengan membaca, entah itu tekstual maupun kontekstual.
Membaca (iqra) dalam tradisi spiritual Islam adalah kemampuan kemanusian untuk mampu mengakses pengetahuan bumi dan langit secara bersamaan. Karena itu kebiasaan membaca yang perlu dilatih adalah membaca dengan kesadaran spiritual untuk memahami rahasia Allah yang terdapat dalam alam raya dengan berbagai displin keilmuannya. (Sirozi, M dkk. 2008: 147)

C.     Tinjauan Teologis terhadap Pendidikan Islam
Istilah teologi itu lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah berasal dari bahasa Yunani berarti ilmu ketuhanan. Tapi pengertian ini menurut Steenbrink (1987: 10) dianggap kurang cocok karena teologi memang tidak bermaksud membicarakan problematika mengenai ketuhanan baik wujud, sifat dan perbuatan-Nya, yang dalam hazanah Islam disebut Ilmu Kalam. Teologi tidak identik dengan ilmu kalam yang berusaha mempertahankan keyakinan seputar masalah ketuhanan dari serangan-serangan pihak luar dengan menggunakan pendekatan filsafat atau dalil-dalil aqli. (Tobroni. 2008: 6).
Dalam Encyclopedia of religions, dikatakan bahwa teologi merupakan ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta, namun sering kali diperluas mencakup seluruh bidang agama.
Berdasar pengertian tadi, teologi menurut penulis sendiri adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan, yang mana ilmu ini mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama.
Dalam pendidikan, teologi itu penting karena dengan teologi berarti berusaha mengkontekskan keprihatinan iman atau panggilan hidup berdasarkan perintah keagamaan dengan masalah-masalah pendidikan. (Tobroni. 2010: 10)
Terlalu banyak masalah-masalah kriminal (moral) yang melanda Pendidikan Indonesia seperti pembunuhan, tawuran, hamil diluar nikah dan lain sebagainya. Semua masalah-masalah tersebut bermuara pada satu hal yakni tidak adanya iman atau panggilan hidup untuk memecahkan masalah tersebut.
Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw, bahwa agama itu adalah nasihat. Jadi di sinilah pentingnya pendidik untuk mengkontekskan keprihatinan iman atau panggilan hidup untuk mentransferkan nilai-nilai Islam (value of Islam).
  
  Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Yang perlu diperhatikan yaitu kata makruf. Yang mana makruf itu sendiri merupakan segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Ayat ini menerangkan bahwa pendidik mempunyai kedudukan mulia dalam Islam maka oleh karena itu seorang guru mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya jangan berdusta. Karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan kata hati, sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala. Padahal yang mempunyai mata kepala adalah orang banyak. (Zainuddin. 1990: 56).
Faktor yang terpenting bagi seorang pendidik adalah kepribadiannya. Karena dengan kepribadian itu ia akan dihargai dan dihormati dalam masyarakat. Selain itu pendidik itu menjadi uswah bagi anak didiknya.      
            Dalam kehidupan bermasyarakat, upaya mewujudkan misi Islam tersebut tentunya ada pembagian tugas dari masing-masing anggota atau komunitas masyarakat. Misalnya ada yang menangani bidang pendidikan, kesehatan, keamanan dan lain sebagainya. Dengan demikian berteologi di bidang pendidikan berarti mencurahkan segala perhatian dan kemampuan untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas dalam rangka terwujudnya kehidupan yang rahmatan lil’alamin. Berteologi di bidang pendidikan (terutama pendidikan formal) hukumnya fardu kifayah. (Tobroni. 2008: 11)
            Dengan berteologi dibidang pendidikan maka bisa menjadi petunjuk bagi orang lain untuk tidak tersesat, sebagaimana yang telah difirman oleh Allah swt, dalam surah An-Nisa 

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).

Yang perlu digaris bawahi adalah pengikut Syaitan, ini menandakan bahwa orang bodoh itu mudah dipengaruhi oleh apapun, baik itu orang disekitarnya maupun kejadian yang menimpanya. Jadi sudah jelas bahwa Allah swt, menurunkan agama Islam adalah manifestasi sifat rahman dan rahim-Nya untuk memberikan petunjuk jalan yang lurus (tidak sehat) kepada manusia yang dikaruniai kehendak bebas.

D.    Tinjauan Filosofis Terhadap Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam merupakan prinsip, struktur,  metodologi dan objek yang memiliki karakteristik epistemologi ilmu islami. Oleh karena itu, Pendidikan Islam sangat bertolak belakang dengan ilmu pendidikan non Islam. Pengembangan Pendidikan Islam adalah upaya memperjuangkan sebuah sistem pendidikan alternatiyang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan sehari-hari. (Arief, Armai. 2002: 3).
Kebutuhan pokok manusia adalah hidup bahagia, paling tidak ada dua hal yang harus terpenuhi agar manusia bahagia. Pertama, terpenuhi kebutuhan pokok berikut sumber-sumbernya untuk menjamin kelangsungan hidup. Kedua, mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang tata cara hidup perorangan dan masyarakat agar terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman dalam masyarakat. (Yusron Razak dkk. 2011: 203).
Di sinilah perlunya pemahaman mendalam tentang filsafat Pendidikan Islam. Diskursus dan pemahaman tentang filsafat Pendidikan Islam sangat penting karena dengan itu dapat mendorong untuk mengkaji ulang makna dasar dari setiap kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya pertanyaan-pertanyaan dasar di seputar proses belajar mengajar. Tentang pentingnya filsafat pendidikan dalam aktivitas kependidikan ini, G.R. Knight dalam issues and alternatives in educational philoshopy mengatakan bahwa filsafat pendidikan berguna sekali untuk pendidik agar: (1) mengenai masalah-masalah dasar pendidikan, (2) memikirkan evaluasi mengenai usulan-usulan perbaikan terhadap masalah yang timbul, (3) memperjelaskan pemikiran tentang tujuan hidup dan pendidikan, (4) memperkembangkan pandangan-pandangan dan program yang konsisten serta berkaitan dengan konteks secara luas. Filsafat pendidikan memang berusaha mengembangkan pemikiran yang universal, radikal dan spekulatif sehingga hakikat pendidikan tercapai. (Tobroni. 2008: 19).
Dalam mengkaji tentang filsafat pendidikan Islam sangat penting yakni dengan menerapkan filsafat sebagai content yaitu ontologi (metafisika), epistemologi (teori pengetahuan) dan aksiologi (teori nilai, estetika) dalam usaha memahami hakikat dan tujuan pendidikan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan tujuan Pendidikan Islam ialah membentuk karakter peserta didik yang bertakwa dengan mempengaruhi pemikiran atau pandangan mengenai komponen-komponen dalam pendidikan (anak didik, pendidik, kurikulum, metodologi dan evaluasi).
Dengan begitu filsafat pendidikan Islam itu sangat penting dalam pendidikan. Karena dengan filsafat bisa mengajarkan peserta didik untuk berfikir kritis dan terstruktur. Dengan filsafat pendidikan Islam pengembangan dan peningkatan kemampuan (skill) peserta didik dalam berfikir lebih mapan.
Pengembangan dan peningkatan kemampuan (skill) Sumber Daya Manusia) seutuhnya, merupakan faktor pokok sekaligus penentu kelangsungan kehidupan pembangunan suatu bangsa. (Nizar, Samsul. 2005: 185).



Bab III
Kesimpulan
A.    Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah diungkapkan oleh penulis ada bebarapa kesimpulan yang dapat diambi, antara lain:
1.      Konsep pendidikan dalam Al-Quran dan al-Hadist selalu relevan dengan zaman
2.      Tujuan pendidikan Islam itu bermuara pada satu hal yakni pembentukan karakter peserta didik yang berakhlak muliah
3.      Teologi dalam pendidikan itu sangat penting karena dengan berteologi berarti mencurahkan segala perhatian dan kemampuan untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas dalam rangka terwujudnya kehidupan yang rahmatan lil’alamin.
4.      Berteologi di bidang pendidikan (terutama pendidikan formal) hukumnya fardu kifayah.
5.      pemahaman tentang filsafat Pendidikan Islam sangat penting karena dengan itu dapat mendorong untuk mengkaji ulang makna dasar dari setiap kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya pertanyaan-pertanyaan dasar di seputar proses belajar mengajar.

B.     Kritik dan saran
Demikianlah, makalah yang disajikan oleh penulis. Banyak kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh buku ini. Untuk itu, demi kesempurnaan makalah ini diperlukan kritik dan saran dari pembaca.



Daftar Pustaka
Al-Quran Terjemah. 2008. Tanggerang: PT. Sabiq
Laila. 2008. Cara Sukses Mendidik Buah Hati. Jakarta: INAS (Islamic Parenting)
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Imam An-Nawawi. dkk. 2006. Syarah Hadits Arba’in. Solo: Pustaka Arafah.
Tobroni. 2008. Pendidikan Islam; Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas. Malang: UMM Press
___. 2010. Rekontruksi Pendidikan Agama; untuk Membangun Etika Sosial dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Malang: UMM Press
A Partanto, Pius dan M. Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola
Romlah. 2010. Psikologi Pendidik. Malang: UMM Press
Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam; dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Zainuddin. 1990. Seluk-Beluk Pendidikan Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara
Sirozi, M dkk. 2008. Arah Baru Studi Islam di Indonesia; teori dan metodologi. Yoyakarta: Ar-Ruzz Media
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers
Razak, Yusron dkk. 2011. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi dan Umum. Jakarta: Uhamka Press
Nizar, Samsul. 2005. Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam; Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia. Ciputat: Ciputat Press Group

2 komentar:

  1. Artikel tentang dasar pendidikan Islam dari Anda sungguh lengkap dan menarik. Sangat membantu dalam mengerjakan tugas-tugas makalah saya. Terimakasih telah sharing.

    BalasHapus

Mari kita membaca dengan hati plus mata