15 Apr 2012

Belajar Bersama Pak Amien


Setetes Embun di pagi hari
Alhamdulillah akhirnya selesai juga. Cerpen ini saya dedikasikan kepada Pak Syaiful Amien, Rizka ar-Rum Mawarni dan teman – teman Tarbiyah. Karena atas kegilaan, guyonan asyik para sahabatku menjadi inspirasi saya dalam menulis cerpen ini. Saya berharap semoga ini bisa menjadi novel yang tak lekang oleh zaman. Amiiin.
Lebih spesialnya Pak Amien, karena beliau adalah idola saya untuk dan gaya beliau dalam mengajar akan saya jadikan refrensi ketika saya mengajar nanti di Sumbawa. Dan style bapak akan selalu saya ingat hingga kapanpun. Terima kasih ya Pak. Atas bimbingannya.

Untuk Riris atau Rizka ar-Rum Mawarni terima kasih ya dik, atas kebaikan hatimu. Sudi menerima saya sebagai seorang sahabat walaupun hanya…….. Karenamu cerpen ini terselesaikan.
Oleh M. Feri Firmansyah,
Tarbiyah (09110029),
Hp: 087863995848


Kira – kira jam 10.00 WIB, aku kembali lagi ke kampus setelah pulang untuk makan. Sungguh, pada saat itu rasa kantukku sulit untuk kulawan. Semakin dilawan rasa kantuk itu semakin menyerangku. Aku bersapeda di hari yang cukup panas membawa kecemasan yang meggelora, entah apa yang kucemaskan.  Wallahu a’lam bissawaf. Ia datang sendiri dengan gembira.
Sesampainya di kampus, aku berjalan menuju GKB alias Gedung Kuliah Bersama ke lantai lima. Kemudian aku naik lift. Setibanya di lantai lima aku disambut dengan seungging senyum oleh para sahabatku,
    “Assalamu’alaikum” aku menyapa mereka
    “wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh” jawab Firman “Fer, kok kamu kelihatan stylist sekarang” katanya
    “masa?” Tanyaku terheran “saya rasa biasa-biasa saja, sampean yang stylist”
Firman hanya tersenyum mendengar jawabank. Keasyikan bercanda. Tanpa kami sadari Pak Syaiful Amien sudah masuk kelas duluan. Otomatis kami lari menuju kelas.
    “Assalamu ‘alaikum warahmatullah wabarakaatuh” ucapku dengan suara sedikit lantang
Serempak teman–temanku menjawab
    “waa ‘alaikumussalaaaaaam”
Aku dan teman-teman yang terlambat itu masuk, karena bangku sedikit yang kosong dengan sangat senang hati aku langsung duduk di depan supaya bisa mendengar penjelasan dari Pak Amien. Ketika aku duduk, pak Amien langsung berseloroh
    “kok ada bau tidak sedap nih, padahal kelas sudah ber AC” kata Pak Amien menghirup bau itu
    “oh mungkin penciuman bapak yang terlalu tajam” balas Mujib dengan khas tajwidnya
    “gak juga, sebelum ada kamu kelas ini harum, setelah ada kamu Masya Allah, luar biasa” kata Pak Amien
    “luar biasa apanya pak?” Tanya Tafdhil
    “baunya” jawab beliau tersenyum
Mendengar jawab itu, langsung disambut gelak tawa mahasiswa Tarbiyah sekelas.
    “atau mungkin kaki saya yang bau” Pak Amien langsung mencium kakinya “ saya rasa tidak, kaki ini sudah harum kok”
Sebuah awal perkuliahan yang indah bersama beliau. Pertama kali kita tidak disuguhi dengan mata kuliah Media Pembelajaran. Tapi fikiran kami direfresh terlebih dahulu dengan candaan-candaan hangat ala beliau dan yang menyenangkan hati. Sebelum menerangkan materi kuliah terlebih dahulu Beliau membuat kontrak belajar. Tanpa sungkan teman-teman langsung mengusulkan kalau nilai kehadiran lima puluh persen, gelak setuju langsung bersambut dalam kelas. Dan Firman langsung nyeletuk
“Enak kalau gitu, tinggal duduk tanpa catatan langsung dapat nilai B”
Kita hanya ketawa-ketiwi mendengar pernyataan itu. Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya tercapailah kesepakatan bersama tentang kontrak belajar. Dan inilah kesepakatannya
    Proses-Hadir           20%
    Portofolio         20%
    Produk-Tugas          20%
          UTS            15%
          UAS             15 %
Aku mengangkat tanganku dan bertanya “Pak alamat blognya?”
    “gampang nanti tak kasih” jawab beliau
Sekarang, kesepakatan itu pun disetujui. Kemudian,
    “ini yang kamu minta” kata Pak Amien, lalu beliau menulis alamat blog dan email di papan tulis
Blog: benramt.wordpress.com
Email: paknefayas@gmail.com
    “kenapa saya tulis nama pak Nefayas, karena kalau saya tulis nama abu Nefayas sayakan bukan orang Arab”, seloroh beliau. Kita langsung tertawa mendengar guyonan itu.
Beliau menjelaskan dengan nada humor yang enak kalau ditangkap dan langsung disimpan oleh hati, di tengah menjelaskan itu beliau bertanya padaku
    “namamu siapa nak?”
    “Feri” jawabku singkat
    “kamu dari Flores yaa?” Tanya beliau
    “nggak pak, saya asli Sumbawa kok” jawabku tersenyum
Pak Amien memberikan gambaran dengan ikonnya aku dan Mujib
    “contohnya ini, yang satu minum susu Kuda Liar dan yang satunya lagi minum susu Tawon Liar, begitu juga dalam pembelajaran harus banyak variasi, supaya murid tidak bosan” seterusnya beliau melanjutkan materinya tentang Media Pembelajaran. Sebelum beliau menutup materi perkuliahannya, Pak Amien menanamkan pada kita motto pembelajaran asyik yakni Pembelajaran Berbasis Kedermawanan artinya kita harus membaca sebanyak-banyaknya kemudian mengajarkannya kepada orang yang belum tahu.
Ketika mata kuliah mau ditutup. Tiba-tiba Agus angkat tangan
    “ya Silahkan” Beliau mempersilahkan
    “pak, apa perbedaan antara artikel dan essay?”
Pak Amien langsung menawarkan kepada kita semua. Aku beranikan diri mengangkat tangan walaupun jawaban sedikit konyol,
    “perbedaan antara essay dan artikel ialah kalau artikel yaa….” Fikiranku langsung lepas kandas tidak tahu kemana
    “ya begitulah” kata beliau mengangguk tersenyum langsung menyambung fikiranku yang lepas itu “kalau essay itu tulisan bebas sedangkan artikel itu adalah karya ilmiah” kemudian kuliah kita ditutup oleh beliau.
Selesai mata kuliah, kita langsung pulang untuk mempersiapkan pelajaran besok dan muruja’ah (mengulang, drill) mata kuliah yang telah kupelajari supaya tidak lupa akan mata kuliah Media Pembelajaran. Teman-teman berkumpul pada kelompok masing-masing. Bercanda, ada pula yang merayu para gadis alias mahasiswi.
Sekarang, aku berkumpul dengan best friendsku yakni Achmad Ferry, Muhajir Musa terkadang aku sering memanggilnya Muhajir Mona, Ahmad Irsyadin, Cak Ruf atau Makruf, Kribo atau Syamsul Abdurrahman dan Izuel Gitu. Sesampainya diluar kelas, aku dan sahabat-sahabatku bercanda satu sama lain. Lalu Izuel memberi usul
    “tadi saya shalat Dhuha kemudian dapat ide” kata Izuel
    “terus apa idemu?” Tanya Ahmad
    “bagaimana kalau kita belajar kelompok, maksudnya kita diskusi apa yang telah kita baca. Kan selama ini kita terlalu banyak mata kuliah, supaya dapat pengalaman dan ilmu pengetahuan” kata Izuel bersemangat
    “kapan kita bisa mulai?” tanyaku
    “terserah kalian” jawabnya tersenyum
Mereka adalah sahabat karibku, yang mana kita selalu bersama-sama di kampus baik dikala pulang maupun makan di kantin belakang kampus kita selalu kompak, kekompakan ini semoga selalu terpelihara.
Kita pun pulang, setibanya di lift ternyata sudah full. Dengan sangat terpaksa kita lewat tangga, tapi walaupun begitu kita tetap senang.
    “Fer, saya seperti ketua kelompok saja, kalau saya suruh mereka jalan, mereka pun jalan” bisik Ahmad padaku, aku hanya tersenyum mendengar perkataan itu.
Kami pulang sambil bercanda ria. Salah satu sahabatku yang paling usil ialah Muhajir, dia selalu mengeluarkan kekonyolannya dihadapan kami.
“Jir, berani kagak kamu dekati cewek itu” tantang Ma’ruf padanya
“yang mana?” Tanya Hajier
“terserah” jawab Ma’ruf
Kemudian Hajier jalan, entah dia mau berbuat apa. Ternyata dia mendekati cewek yang ada disampingnya itu,
    “mbak, mbak ada salam dari Ahmad” kata Hajier, yang diajak tidak terlau peduli. Tapi dia tetap saja tidak terlalu pusing dengan tingkahnya. Tidak hanya itu, terkadang Hajier teriak tidak jelas, ini yang membuat kita terpingkal-pingkal.
    “wah, bagaimana takmir ini” kataku goda Hajier
    “Fer, jangan bawa-bawa nama Takmir loh, ntar tak sotok koen” katanya gemas
Di depan Masjid AR. Fakhruddin kita berpisah, aku ambil sepeda bututku di parkiran Masjid samping kantor satpam Universitas Muhammadiyah Malang. Aku pulang dengan perasaan berbunga, bercita suka dan bergembira ria. Entah kenapa aku bisa begini.
Aku ayunkan sepedaku pada jam satu siang. Panasnya Masya Allah luar biasa seperti membinasakan tubuhku, mengharuskanku bermandi keringat. Aku terus mengayun dan mengayun hingga tujuan setibanya di depan Bandung Super Model, aku ragu lewat jalan pintas. Aku ambil jalan jauh maklum lewat depan rumah Riris dengan niat isengku untuk bertatap muka dengannya.
Aku lihat sepertinya langit tersenyum padaku bak hatiku saat ini yang lagi indah bersemi bunga-bunga bahagia. Di depan rumahnya aku coba menoleh sekilas ternyata dia tidak ada di situ. Hatiku berucap “tidak apa-apa yang penting aku bisa lewat dulu”.
Perkenalanku dengan Riris ketika dia baru aktif di Remaja Masjid Al-Maun. Waktu itu ada rapat harian Remas Masjid Al-Maun. Ketika diedarkan daftar nama-nama remas timbul ulah isengku untuk mencatat nomor remas putri. Kalau tidak salah kira-kira ada sepuluh yang aku catat karena frustasi mencari seorang wanita tambatan hati. Ternyata hanya Riris yang memberi jawaban positif membuat hatiku diambang harapan.
Satu yang membuat aku selalu teringat padanya, ketika ia marah melalui sms bertanya kenapa harus saya kan banyak remas putri yang lain. Jawaban itu aku tanggapi dengan jawaban dingin dan akhirnya dia memberi saya izin untuk berkenalan lebih jauh. Sehingga komunikasi kita berjalan lancar walaupun terkadang kembang kempis.
Sesampainya di kamar aku langsung tidur, hp aku silent supaya tidak ada yang bisa menggangguku. Aku nyalakan musik westlife “My Love”. Rasaku terbang entah kemana, air cinta ketenangan membasahi jantung dan hatiku. Waktu Ashar memanggilku ketika mimpi sedang merasuk membawa suasana keindahan. Sepertinya biasanya aku beraktivitas membersihkan Masjid setelah shalat Ashar.
Tanpa terasa hatiku ingin nonton film Hollywood, dengan begitu setelah selesai membersihkan Masjid aku langsung pergi ke rental Atlantik untuk menyewa kaset. Dan kaset yang aku sewa semua caset drama dan romantis. Bagiku film romantis itu membuka hatiku yang sedang berbunga dan aku banyak belajar disitu untuk mendapatkan hati seorang cewek. Malam menyambut dengan tersenyum.
***
Paginya, Masya Allah hampir saja aku tidak adzan Subuh, dengan terpaksa aku adzan dengan penampilan seadanya karena takut nanti yang adzan Pak Suwadi. Selesai adzan aku langsung wudhu dan membangunkan teman-teman yang lagi ngorok ditemani mimpinya,
    “sholin bangun cong, Dien bangun, sudah adzan”
Aku biarkan mereka berkreasi setelah bangun, entah apa yang mereka kerjakan, terserah aku tidak tahu. Setelah shalat Subuh aku lari pagi sebentar untuk menghirup udara pagi. Sengaja aku sempatkan diri lewat depan rumahnya dengan harapan bisa melihat wajahnya hanya sekejap.
Setibanya di Masjid, aku membersihkan TK sebentar. Pada jam 06.30 Wita aku menyelesaikan tugasku sebagai Office Boy, aku masuk kamar, kulihat teman-teman satu kamar sibuk dengan kesibukannya, aku cek hpku, ternyata ada dua sms yang terpampang di hpku. Sms yang pertama datang dari Ma’ruf
Fer cptan, jgn lupa bw kue y
Aku balas,
Aq msuk jam 9
Aku buka sms yang satunya ternyata dari Hajier,
Cong, bawa jajan g? lapar ni   
Aku balas,
    Ok. Gampang diatur
Aku langsung mengecek dagangan di Bu Toti, Alhamdulillah aku dagang hari ini. Baru jam 08.00 WIB, aku mandi untuk berangkat kuliah. Setelah mau berangkat aku sms Hajier,
    Jir, ni aq berngkt, jajan ada Q bw
Tidak berapa lama kemudian smsku dibalas,
    Yaa Q da knyang… dah makan dr tadi, kmu sih tidur
Seperti biasanya, kita menunggu Pak Amien. Beberapa menit kemudian beliau datang dengan langkah tegap dan beribawa, beliau duduk. Kemudian mengabsen. Ketika dipanggil namanya Hilman Ainul Halili, serempak teman-teman menjawab “ tidak ada”. Disambut pula dengan candaan Hajier “itu pak, lagi nguras lumpur Lapindo”
Teman-teman langsung tertawa mendengar candaan itu. Setelah itu, beliau melanjutkan pembelajarannya. Tapi sebelum beliau menerangkan lebih dalam tentang materi yang akan beliau ajarkan, terlebih dahulu beliau merefresh fikiran kita dengan pertanyaan
    “apa perbedaan antara belajar dan Pembelajaran, kalian harus tahu ini”
Kita terdiam memikirkan jawaban lalu beliau menampilkan power point yang menarik, yang isinya sebagai berikut
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan peserta didik melalui penataan faktor eksternal agar terjadi proses belajar (internal) untuk mencapai hasil belajar
Tampilan power point itu diiringi dengan penjelasan-penjelasan beliau yang mudah kita pahami.
    “nah, kemudian belajar itu apa?” Tanya beliau pada kita
Aku mengangkat tangan
    “belajar itu ialah kita menuju cerdas”
Selain itu ada pula yang jawab kalau belajar adalah thalibul ‘ilmi dan masih banyak lagi pendapat – pendapat yang dahsyat.
    “sepertinya saya belum menemukan jawaban yang menjadi kunci dari belajar” kata beliau pada kita
Tiba-tiba Agus Aliph angkat tangan
    “belajar itu adalah perubahan”
    “nah, itu baru pas. Belajar ialah proses perubahan diri untuk menjadi yang terbaik atau dari yang tidak bisa menjadi bisa”
Penjelasan ini langsung aku tulis di status facebookku dengan tulisan besar seperti ini
MANUSIA BELAJAR DENGAN CERDAS (OTAK)
HEWAN BELAJAR DENGAN NALURI (OTOT)
Pembelajaran pun berjalan dengan enaknya. Pak Amien terus menerangkan dengan tingkah lucu beliau disertai anekdot-anekdot beliau. Salah satu anekdot beliau yang sering terlontar ketika awal mula kita masuk ialah
    “siapa bilang orang Sunda itu tidak bisa ngomong F, itu PITNAH”
    “betuul pak” jawabku
Salah satu kesimpulan dari ceramah beliau hari ini bahwa guru adalah media, pesan atau massage dalam bahasa Inggrisnya. Sedangkan media berfungsi membawa informasi dari guru ke siswa. Media berfungsi baik jika mempertimbangkan sisi kelebihannya.
Adapun kelebihan media kata Pak Amien lalu menampilkan slide power point beliau
Ø    Kemampuan filsafat, artinya dapat mengungkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek
Ø    Manipulative artinya media dapat menampilkan kembali objek kejadian itu
Ø    Distributif adalah mampu mengungkapkan audiens yang besar jumlah dalam satu kali penyajian secara serempak.
Asyik-asyiknya beliau menerangkan pelajaran, tanpa sengaja Pak Amien melihat Faisal Anwar mengantuk dan kepalanya bergoyang. Dengan begitu Pak Amien meniru seraya mengucapkan kata “iiii yaaa” Faisal langsung terbangun dan terkejut.
    “wudhu nak” pinta Beliau bijaksana
    “nggak apa-apa pak” jawab Faisal dengan rasa malu
“coba bayangkan jika seandainya saya duduk manis dan bercerita di sini mungkin anda semua sudah bermimpi. Ini saja saya berusaha mempraktekkan segala metode, mulai jalan kesana kesini dan power pointnya saya variasikan tetap saja ada yang ngantuk” kata beliau

***
Malam yang dingin membuat suhu tubuhku menggigil kedinginan. Rasanya aku malas beranjak dari selimut dan kasur kusamku. Untuk menghilangkan kebosanan dalam batinku, aku sms Riris
Dik, lagi pa
Tak berapa lama kemudian,
    Lagi du2k aja, kk
Kemudian komunikasi kita berjalan dengan baik dan lancar. Karena pertemanan kita sudah terjalin kalau tidak salah enam bulan yang lalu. Aku mencoba untuk mengungkapkan rasa hatiku padanya, aku minta pada Riris untuk membaca puisiku di blog ini ferigramesa.blogspot.com
    Kk,ini aq lg ol, yg mana harus aq buka
Hatiku langsung meloncat gembira kegirangan diikuti oleh ragaku, aku balas sms
    Jdulnya insial cinta
Ternyata Riris membuka blogku kemudian dia membaca puisiku yang aku tulis seperti ini
Rasa cinta
Indah bercerita
Rupanya
Isi cerita
Selamanya

Rasa rindu
Isi nada-nada cinta
Rintihan hati
Inginku bahagia
Selalu denganmu

Rupamu
Indahkan
Rasaku
Ingatku
Selalu, dirimu


Rintihan hati
Imbau
Risaukan
Ingatanku
Sama dikau


Selama ini
Isi hatiku
Rindu terbelenggu
Indahkan
Rasaku, padamu

Lama aku tunggu jawaban keluar darinya. Hatiku cemas gelisah, satu jam kemudian baru datang jawaban itu. Hpku bergembira memekik memanggilku,
    kk pa maksud dari puisi itu
aku balas,
    pean lht setiap huruf awalnya dik
tak berapa lama dia balas kirim,
     ayo pa maksudnya
aku balas,
    pean blum paham dik
dia balas smsku
    ea kk, aq paham
aku langsung balas,
    bgmn dik
hpku tersenyum memekik ada sms datang darinya
    mmm, ???
aku balas,
    gmn dik, jgn beri sy jwbn gntung
tak berapa lama hpku memekik dengan sedihnya
    gni kk,
saat ni blum pengen pacran Q lum siap lok pcrn, mngkin kk tw knp, kk rasanya dh q anggp kk q sendiri.. q kira perasaan kk sma,gt,
aduh, retak hatiku dengan jawaban seperti itu. Dunia rasanya seperti terbalik, tapi aku masih tetap tersenyum. Mungkin suatu saat dia akan menerimaku dengan segala kekurangan yang melekat dibadanku ini. Pagi siang malam aku seperti orang linglung tidak tahu harus berbuat apa, tapi dengan rasa yang ada berusaha aku kerjakan apa yang menjadi kesukaanku. Ditengah kecemasanku, hpku memamerkan getarannya
    dibertahukan kepada seluruh remas untuk rapat besok malam buat persiapan menyambut hari raya idul Qurban. Terima kasih atas perhatiannya, ketua remas. Putut Januarto.
Aku tidak terlalu semangat dengan sms ini, karena hatiku sedang dilanda gelisah membanjir. Aku harus menunggu besok malam untuk bisa bertemu dengannya.

***

Kupandangi wajahnya, indah bersemayam di hatiku,serasa dunia telah kumiliki. Musyawarah di Masjid Al-Maun berjalan secara air mengalir. Namun perasaanku tak menentu, kadang gembira kadang hambar dan kadang suram.
    “rapat kita ini, untuk membahas rencana Remas ke depannya” jelas Pak Edi, setelah itu beliau menjelaskan tugas struktur Remas Masjid Al – Maun.
Tugasku, aku mendapatkan tugas bagian Ibadah, yang mana tugas ini berperan dibagian urusan ibadah. Kulihat para Remas Masjid Al-Maun begitu gembira dan semangat dalam menyampaikan pendapatnya masing – masing. Sementara aku, tidak fokus karena kulihat wajah dan bibir nan indah tersenyum merekah.
Ketika rapat mau ditutup, tiba-tiba Pak Edi angkat tangan “oh ya, ada yang ketinggalan” Aku terbengong dengan ucapan Beliau,
    “ibu yang ngasih kita timbangan itu tidak dikasih ya Fer?” Tanya Pak Edi
    “tidak pak” jawabku dengan mata ngantuk dan rasa kesal teramat sangat
    “ini masalah yang sulit diatasi ketika hari raya Qurban, yaitu para pengemis. Untuk itu jika ada para pengemis, suruh aja mereka menghadap saya, biar saya yang menghadapinya”
    “okee Paaak” jawab kita serempak
    “oke, karena acara sudah mau berakhir, maka marilah..” ucapku mau menutup acaranya. Tiba – tiba..
    “tungguuu, ada koreksi buat MC” kata Mas Aron
    “apa lagi sih Maaas?” tanyaku memelas
    “kalau MC, mau menutup acara bilang saja marilah kita buka dengan sama-sama membaca Al-Basmalah, sebab jika hanya membaca Basmalah saja itu salah. Karena itu masih umum”
    “ah gak apa-apa, mas. Wong hanya beda sedikit” aku langsung menutup musyawarah itu dengan khidmat. Kita pun langsung beristirahat, para Remas Putri keluar bersamaan. Aku tidak berani keluar dari Masjid, malu rasanya aku lihat senyumnya, mukanya dan rona kecantikannya

***
Subuh yang indah ini membuat aku terlena. Parahnya, aku hampir tidak azdan subuh. Ketika aku dengar adzan, aku langsung bangkit cari sarung setelah ketemu kemudian adzan. Setelah selesai adzan baru aku adzan. Aku shalat dengan pikiran gelisah, bukannya Allah yang menari dalam fikiranku tetapi seorang yang sangat aku kagumi.
Setelah selesai shalat aku langsung mengerjakan tugasku, membersihkan TK Al-Maun. Sambil membersihkan TK, aku mendengarkan lagu Beat it, dan diiringi goyang maut ala Michael Jackson. Aku goyangkan kepala, badan, tangan dan sapu kupegang laksana microfon. Aku langsung berlagak ala Michael Jackson ketika konser, terkadang aku teriak dengan suara yang serak – serak memilukan dan memalukan.
Kira-kira jam 06.00 WIB. Pekerjaanku baru selesai. Mushallin, Habibi dan Abidin berangkat kuliah seperti terburu – buru.
    “kamu tidak kuliah Fer?” Tanya Mushallin keheranan
    “Ah buat apa kuliah, nyantailah. Aku kan sudah pintar” jawabku sekenanya
    “tapi sekarang Pak Faridi, cong” kata Mushallin
    “aku nggak ngaambil cong” jawabku tersenyum dengar nadanya Mushallin
Mereka langsung pergi dengan kesibukannya, aku langsung menyalakan music keras dan berjoged sesuka hatiku. Lelah tiada tara setelah selesai menari, rasa kantukku langsung menerobos masuk ke dalam syaraf mataku. Untuk melepas rasa kantuk yang mendalam aku langsung tidur sebentar. Ketika kepalaku menyentuh bantal, aku langsung terbuai mimpi indah, yakni menjadi penulis atau novelis nomor wahid di dunia, aku membangaun sebuah rumah yang super megah. Aku langsung terbangun ketika mendengar HP memekik, ternyata Ma’ruf mengeirim sms
Conk kamu dmn krg
Aku tidak balas, karena lagi malas untuk membuka mata yang ngantuk berat. Kemudian HPku memekik lagi, dan ternyata Hajier sms
Conk, kpn akhr2 ini kau makin malas kuliah
Kupaksakan mataku untuk membaca sms ini. Setelah menutup sms, mataku langsung terbelalak ketika melihat jam yang menunjukkan jam delapan. Aku langsung mandi setelah mandi aku langsung berangkat kuliah dan tidak lupa aku ambil jajan di Bu Toti untuk dijual di kelas.
Ketika aku berangkat aku selalu berdo’a “Ya Allah, semoga aku tidak telat”. Terkadang aku mangkel juga karena angkotnya berlama-lama menunggu penumpang yang manja. Ketika sampai di kampus, aku jalan terburu – buru. Setibanya di dalam kelas, Pak Rohim memanggilku
    “M. Feri Firmansyah mana?” Tanya Beliau
    “ini Pak” jawabku” teman-temanku langsung tertawa melihat aku mengangkat tangan dari samping beliau.
Aku langsung duduk di bangku paling akhir, sementara daganganku aku titipkan di Hajier dan Ma’ruf. Dan Alhamdulillah daganganku laris manis, ketika teman-temanku menjelaskan makalah mereka, aku lihat sebagian dari penghuni kelas Tarbiyah sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Ada yang tidur, yang lebih mengenaskan satu baris dibelakang nyaris tidur semua. Ada yang ngegosip dan ada pula yang baca koran. Sementara aku sibuk menghitung hasil daganganku. Setelah teman-teman selesai menjelaskan makalah mereka, Pak Rohim langsung merefresh materi yang dijelaskan oleh para Pemakalah.
Karena terlalu lama Pak Rohim menjelaskan materi itu, aku berbisik kepada Angga
    “Angga, kayaknya Pak Rohim mendzalimi kita nih, ini dia mengambil hak kita untuk istirahat”
Angga hanya tersenyum mendengar jawabanku. Tidak berapa lama kemudian akhirnya Pak Rohim keluar juga. Lalu kita menuju ruangan Micro Teaching atau dikalangan Tarbiyah sering menyebutnya MT. setibanya di ruangan MT, teman-teman langsung duduk manis dan menunggu Pak Syaifullah Amien. Beberapa menit kemudian Pak Amien langsung masuk kelas, kita sudah siap-siap menunggu materi yang beliau berikan.
Ternyata hari ini tanggal 20 Oktober 2011, Pak Amien mengadakan Penelitian tesis beliau yang berjudul Pengembangan Pendidikan. Aku berharap semoga tesis lancar dan buku yang beliau tulis menjadi best seller. Sebelum beliau memberi kita angket, beliau menjelaskan maksud dan tujuannya
    “hari ini saya mau minta bantuan kalian semua untuk mengisi angket ini guna membantu penelitian saya. terus terang ini tidak ada sangkut pautnya dengan nilai”
Belum selesai Pak Amien menjelaskan tujuan penelitian itu, tiba – tiba Thariq nyeletuk
    “pak kalau selesai ngisi angket langsung pulang yaa”
Beliau hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu beliau melanjutkan penjelasannya
    “penelitian produk pengembangan itu ribet. Saya harus melibatkan tiga ahli yang berbeda antaranya Ahli bahasa Pak Haris, Ahli Desain dan Ahli Media. Nah, dengan angket yang kalian isi sangat membantu saya”
Di tengah beliau menjelaskan tujuan penelitiannya itu, Pak Amien melihatku sudah start duluan mengisi angket itu, beliau langsung menegurku,
    “aduh” beliau menepuk tangannya sekilas “belum selesai saya menjelaskan tunggu dulu, kita harus sabar”
    “ya Feri ini tidak sabaran” sambung Tafdhil
Aku hanya tersenyum mendengar teguran dan jawaban itu. Jadilah kita mengisi angket yang diberikan oleh Pak Syaifullah Amien.
Sehabis mengisi angket itu, maka kuliah saya itu langsung diakhiri dan beliau berseloroh dengan doa
    “semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah swt”
    “amieeen” jawab kita semua serempak
    “semoga pembelajaran kita ini dirahmati oleh Allah swt”
    “amieeen” jawab kita semua
    “semoga kita semua dirahmati oleh Allah”
    “amieeen” jawab kita semua serempak
    “dan nama saya Amien” jawab beliau
Kita semua tertawa mendengar mendengar kelakar beliau, lalu beliau menutup pembelajaran Media Pendidikan dengan ucapan Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Lalu kita menjawab dengan ucapan Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

***

Sebagaimana biasanya. Pembelajaran hari ini serasa nikmat. Karena kita disajikan oleh Pak Amien dengan metode nyentrik dan menarik. Pada hari ini, anak – anak Tarbiyah belajar mengenai Media 3 Dimensi. Seperti biasanya beliau memulai dengan pertanyaan,
    “apa itu media 3 dimensi?”
Berbagai variasi jawaban yang disetor oleh teman-teman. Namun bijaksananya beliau menengahi dengan penjelasan ini bahwa media 3 dimensi adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual.
    “benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung atau ke tempat beradanya benda – benda itu” kata beliau
Di tengah kita disuguhkan dengan penyajian – penyajian berkualitas kita disuguhkan pula dengan tontonan menarik yang sangat menggugah. Yang mana tontonan yang beliau sajikan kepada kita mengenai SMP Al-Ternatif, film documenter ini menjelaskan seorang yang mendirikan smp di sebuah perkampungan di.., aku lupa tempatnya dimana. Yang aku salut dari pendiri itu walaupun dalam kesulitan dia masih mau memikirkan pendidikan bangsa Indonesia yang biaya mahal.
Dalam film itu dijelaskan jika pendidikan berkualitas tidak harus mahal, itulah yang dibuktikan oleh pendiri Sekolah Al-Ternatif itu. Dengan nonton film itu semangatku tergugah seketika untuk mendirikan sekolah di Bageloka.
Ketika Pak Amien tengah menjelaskan materi kuliah Media Pembelajaran, aku teringat akan Riris seseorang pujaan hati yang wajahnya selalu mengganggu dan menari dalam fikiran, psikis dan cintaku. Serasa aku terbang ke Sidratul Muntaha jika wajahnya bergelimpangan dalam hati dan fikiranku. Aku tulis tulisan besar sebagai ungkapan hati yang teriris
Mati rasanya hatiku, ketika jawaban kekasih hati menggantung. Oh Tuhan remuk mental, rasa dan psikis yang aku punya. Aku tidak tahan akan hal ini ya Allah, berilah aku petunjuk. AMIIIIIIN

***
Paginya….
Selesai mengerjakan tugasku sebagai office boy, aku menulis cerpen Cintaku Bersapeda tanpa terasa rasa kantuk menyerangku, mengajakku untuk bermimpi seindah-indahnya. Yang lebih enaknya lagi tidurku diiringi dengan musik Lazy Song.
Terlalu enak tidur, aku terbangun setengah sadar, aku ambil hp. Aku langsung tersentak ketika jam terpampang angka 08.40 WIB “ya Allah, aku telat” aku langsung bangun, ambil handuk, sabun dan peralatan lainnya untuk mandi. Terpaksa aku Mandi Bebek asal kena air, wes dah. Langsung berangkat ke kampus, dengan style ala M. Feri al-Bageloka yakni pakai jaket dan jeans, rambutku tidakku sisir, prinsipku saat itu yang penting jangan telat.
Di tengah perjalanan sms langsung menyerang hpku. Setibanya di kampus aku parkirkan sepedaku kemudian aku berlari – lari terburu sambil buka sms yang masuk, sms itu datang dari Achmad Ferry dan Hajier
    Nt dimn?
    G kuliah ta?
Sms yang kedua datang dari Hajier
    Antm g masuk ta?
    Da mask ni
Aku pacu langkahku lebih cepat lagi bagaikan Kuda liar dari Sumabwa, bila perlu gigi empat. Setibanya di lift ternyata full dengan terpaksa aku lewat tangga lari meraton meniru langkahnya Usain Bolt. Nafasku terengah engah, carut marut. Setibanya di kelas ternyata baru di absen oleh Pak Rohim,
    “Pak itu Feri, jadi moderator” kata Mujib
    “shhts” kataku
    “suruh ngeresum aja pak kalau tidak mau” kata Firman
Dengan terpaksa aku memimpin forum presentasi kelas yang membahas tentang kebebasan dalam beragama menurut pandangan Islam, diskusinya Alhamdulillah berlangsung seru dengan pertanyaan-pertanyaan kontroversi yang dilontarkan oleh Mujib.
Entah kenapa acaranya begitu seru, sampai – sampai teman bersorak
    “turun saja kalau gak tegas” teriak Fahdi tersenyum padaku
Aku hanya tersenyum mendengar hal itu. Karena diskusi berajalan alot, aku langsung tutup dan mengalihkan ke pertanyaan yang kedua yakni tentang peranan akhlak terhadap hak dan kewajiban. Dan pertanyaan ini tidak terlalu dipersoalkan oleh teman – teman karena waktunya sudah transisi. Pertanyaan ini langsung dijawab oleh pak Rohim
    “kalau orang berakhlak baik, insya Allah akan selalu menunaikan kewajibannya sedikit menuntut hak. Sehingga tak heran jika ada kata pepatah berani berbuat berani bertanggung jawab, tapi sekarang terbalik berani berbuat lari dari tanggung jawab” kemudian forum itu ditutup dengan do’a kafaratul majelis.
Setelah itu kita menuju ruangan MT (Micro Teaching). setibanya di MT, kita menunggu jurusan lain untuk keluar dari ruangan MT. teman-teman kelas lain pun keluar dari ruangan MT. kita pun masuk kelas. Awal di kelas begitu gaduh oleh suara-suara yang tidak jelas. Sementara Pak Amien masih sibuk merangkai LCD untuk dipasangkan dilaptop beliau. Selesai beliau menoleh pada kita
    “ada yang bisa bantu saya ambil absen?” pinta Pak Amien pada kita
Mujib berdiri langsung keluar. Beberapa menit kemudian Mujib datang dan langsung menyetor ke Pak Amien,
    “nimnya 51 pak” sahut Firman, entah apa maksud dari perkataannya itu
Kemudian absennya langsung dibuka. Tapi sebelum buka absen terlebih dahulu beliau awali belajar kita dengan style MC ala Khatib Jum’at, lalu Pak Amien mengabsen kita satu persatu. Dan ketika dipanggilnya nama Indri Mawardianti, teman-teman langsung bersahut sahutan
    “Indro, Indro” yang dipanggil langsung angkat tangan
Dan ketika tiba Mushallin dipanggil. Mushallin lama merespon panggilan Pak Amien, beberapa kali Pak Amien memanggilnya dengan suara keras laksana kareta sedang lewat, dengan begitu sahut – sahutan teman-temanku terulang kembali,
    “Mushalliiiiin, Mushaliin”
    “waah, gak beres nih” kata Tafdhil
Mushallin hanya tersenyum mendengar sahut sahutan itu. Kemudian beliau memulai pembelajaran Media Pendidikan dengan judul Pemilihan Media. Beliau menjelaskan jika metode itu lebih penting dari pada materi. Dalam pemilihan strategi penyampaian atau metode mesti mempertimbangkan kondisi pembelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran pasti aka nada taksonomi pembelajaran seperti kondisi, metode dan hasil. Jadi seorang gutu tidak boleh mengeluh ketika mengajar kemudian dapat tantangan ini. Dalam mengajar kita akan menemui berbagai karakter peserta didik. Jadi itulah pentingnya sebuah metode dan guru itu harus pintar – pintar dalam memilih media.
Kita semua bersemangat mengikuti penjelasan beliau tiba – tiba mas Fakih masuk minta waktu untuk pengembalian asyiknya Pak Amien menerangkan, tiba – tiba Mas Fakih masuk minta waktu untuk pengambilan gambar alias syuting. Mulanya pembelajaran berjalan lancar, ditengah asyiknya Pak Amien menjelaskan materi beliau, teman – temannya Mas Fakih mempraktikkan castingnya dalam kelas .
Mereka adalah orang yang mengganggu pembelajaran dalam kelas. Sampai – sampai yang bertanya pun harus diatur, yang lebih gendengnya lagi. Ketika Yusuf  mau bertanya, disuruh pindah tempat dengan alasan supaya gambarnya lebih jelas. Dengan begitu terpaksa ia tukar tempat dengan Firman. Tapi setelah itu, Yusuf kembali ke tempat duduknya begitu juga dengan Firman,
    “beginilah korban keartisan” kata Firman dengan nada guyon
    Tampaknya Pak Amien nerveous alias grogi karena baru pertama kali jadi artis dadakan walaupun hanya lima menit. Setelah selesai dan mereka pulang, Pak Amien berkata
    “susah juga jadi artis yaa” kata Pak Amien
    “ya Pak, seharusnya bapak minta honor keartisan” ujar Thorik
Jadilah kita melanjutkan mendengar petuah dari Pak Amien. Akan tetapi, petuah yang berharga itu terpaksa berhenti di tengah jalan karena mata mata teman – teman sudah rindu bantal. Apalagi aku, pengantuk nomor wahid di dunia dan akhirat.
Aku keluar bersama sahabat – sahabatku. Mereka mengundangku bermain Plays Station atau PS, tapi aku tolak karena harus merampungkan tugasku. Aku pulang dengan sepeda bututku yang aku ambil di parkir Masjid AR. Fakhruddin. Aku jalankan sepedaku dengan nyanyian lagu Westlife dengan penghayatan maha dalam. Sengaja aku sempatkan diri lewat depan rumahnya, tapi aku jarang bersua dengan wajah indahnya. Yang aku lihat hanya sebuah papan nama “Bengkel Wito” sulit rasanya aku melihat Riris walau hanya sekejap, dua kejap bahkan tiga kejap. Aku pulang dengan perasaan hampa, hanya hati yang bisa berguman “oh bunga hatiku yang selalu hadir dalam mimpi, pantaskah aku halal bagimu. Bolehkah aku menjadi museum hatimu dikala aku wafat. Bunga hatiku, kenapa engkau diam selama ini, inilah yang membuat aku galau bukan kepalang”
 Bersambung ke,, SENANDUNG CINTA BERSAPEDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata