Oleh M. Feri Firmansyah
Suasana menderu menghiasi kota Malang, orang sibuk dengan berbagai aktivitasnya.
Seorang pemuda bernama Dahlan, tetap menarik gas sepeda motornya yang berjenis Vixion melaju kencang. Ketika tiba di depan SPBU Sekolah Tinggi Administrasi Malang, Dahlan berhenti disitu untuk menambah energi Yamaha Vixion-nya.
Setelah itu, Dahlan langsung berlalu dari tempat itu. Ketika asyik dan focus melaju, tiba-tiba terbesit dalam hatinya untuk membeli majalah SOCCER yang mengupas tentang berita khusus berita sepakbola, maka sudah tentu ia memutar sepeda motornya menuju Gang Tirto tempat warung Koran langganannya. Tatkala tiba di sana ia menepikan Yamaha Vixion-nya kemudian melihat dan membaca majalah yang ia cari. Ketika sedang asyik membaca majalah BOLA (Tabloid Olahraga) dia mendengar suara tangisan yang baru datang lima menit tadi, lalu ia menoleh ke belakang dan terlihatlah wanita yang memakai baju bermotif batik, berwarna pink dan memakai tas hijau dicampur dengan corak warna kuning. Wanita itu berambut gelombang warna hitam terurai indah hingga bahunya. Wanita itu terus menangis tersedu-sedu. Dahlan mencoba untuk menenangkannya,
“maaf mbak, sampean kenapa, kok nangis?” Tanya Dahlan dengan perasaan pilu
“gak apa-apa kok mas, aku lagi galau aja” jawab Wanita itu
“galau kenapa?” Tanya Dahlan
Wanita itu langsung diam dengan wajah menunduk
“ayo mbak, siapa tahu aku bisa bantu” ungkap Dahlan
“aku ditinggal oleh pacarku, setelah aku hamil dan dia tidak mau bertanggung jawab, dan saya takut pulang ke rumah mas” jawabnya dengan nada pilu
Dahlan diam sejenak, kemudian ia membayar majalah SOCCER ke kasir. Ia menoleh iba kepada wanita yang duduk di depan warung itu.
"Mbak, gimana kalau Pean ikut saya ke kontrakan?" ajak Dahlan
Kini malah wanita itu yang terdiam, dia masih ragu akan tawaran Dahlan. Sikap diam wanita cantik itu membuat Dahlan mengerti,
“Mbak, saya gak jahat kok, kalau pean tidak percaya, ada pisau di rumah untuk bacok saya, gimana?”
Wanita itu kembali terdiam, lalu ia mengangguk pelan walaupun dengan wajah yang menampakknan rasa ragu. Mereka langsung melaju kencang menuju rumah Dahlan, di tengah perjalanan mereka terdiam membisu seribu bahasa, Dahlan membuka percakapan
“Mbak, nama sampean siapa?” Tanya Dahlan
“Murni mas, sampean sendiri?” ia balik bertanya
“Dahlan”
“Mas, pean asli mana?” Tanya Murni
“Asli Sumbawa, pean?”
“Bandung”
Dahlan tidak terlalu mendengar jawaban dari Murni karena ia lagi fokus. Ternyata Murni nama gadis yang hamil itu, sungguh menyayat hati akan nasib Murni, sudah hamil tinggal oleh pacarnya. Setibanya di rumah Dahlan, bertempat di belakang Korammil Sengkaling, masuk gang tepatnya samping Masjid Al-Ma’un. Mereka tiba di rumah itu, kira-kira pukul 22.30 WIB, Dahlan pun memakirkan sepeda motornya. Sementara dilain wajah, Murni masih terbengong dengan arsitektur rumah dari Dahlan yang megah bergaya arsitektur eropa. Rumah Dahlan bak hotel bintang lima yang membuat orang betah di dalamnya, dia bertanya dalam hatinya, “Apa sih pekerjaannya?”. Tiba-tiba ada suara yang mengejutkan Murni
“Murni silahkan masuk” pinta Dahlan
“ya mas, terima kasih” jawab Murni
Mereka pun masuk ke dalam rumah itu ketika mereka masuk Dahlan langsung menyalakan lampu rumahnya, maka terpampanglah lukisan-lukisan indah yang bercerita tentang alam dan poster Thiago Silva dan poster AC Milan. Murni masih mengamati lukisan-lukisan itu, dia bertanya
“Mas, sampean suka bola ya?”
“Kok tahu?” Tanya Dahlan balik
“Tuh ada poster tim AC Milan” jawab Murni dengan seungging senyum
“Hahaha, ya dan ntar malam ada pertandingan sepakbola antara AC Milan vs Arsenal, mau ikut nonton bareng ta?” Tanya Dahlan
“Hmm, gimana ya…. ya dah” jawab Murni "tapi dimana?” Tanya Murni
“Café Fork” jawab Dahlan singkat
Dahlan terus membimbing Murni menuju kamar yang akan ditempatinya malam itu
“Oke Murni ini kamarmu, maaf ya kalau jelek dan selamat menikmati malam indah bagimu” ucap Dahlan dengan nada yang sangat manis
“Gak apa-apa kok mas, saya suka” jawabnya dengan seungging senyum.
Murni langsung masuk dengan senyum yang mengembang di bibir, tanpa sadar hatinya berdo’a kepada sang Khalik
“Ya Allah semoga ia menjadi suamiku”
Karena terlalu hanyut dalam hayalan campur senyum ia langsung tertidur dengan sendirinya dan mengucapkan I LOVE YOU, MAS DAHLAN.
Nonton Bareng
Waktu menunjukkan pukul 24.00 WIB, Dahlan terbangun dari tidurnya lalu ia langsung mencuci muka dan mengambil jaket yang berlogo AC Milan. Sebelum ia berangkat tidak lupa ia membangunkan Murni. Dahlan melangkah menuju kamar Murni
“Murni, Murni bangun jadi ikut kagak” ucapnya dari luar sambil mengetuk pintu
Lama terdengar jawaban dari Murni sendiri, baru satu jam kemudian jawaban itu terdengar
“Ya mas, bentar saya keluar” Jawab Murni dengan suara yang cukup berat
“Oke, saya tunggu yaa” jawab Dahlan
“Yaaaa” sahut Murni
Untuk mengisi waktunya Dahlan langsung menyalakan TV di ruang keluarga yang diperuntukkan untuk calon keluarganya jika kelak ia berumah tangga. Setelah TV itu menyala, terpampanglah prediksi antara AC Milan VS Arsenal yang menurut para pengamat Bola bahwa 50% mereka menang.
Tak berapa lama kemudian keluar Murni dengan segala keramahan di wajahnya,
“Mas ayo berangkat”
Dahlan kaget mendengar sapaan nyaring itu, ia ternganga melihat wajah cantik itu dengan balutan senyum dua inci di bibirnya. Sementara Murni terheran dengan sikap Dahlan,
“Mas ayo” ajak Murni “saya sudah siap”
“oke, let’s go” jawab Dahlan “Masya Allah, Ni. Kok cantik banget”
Murni hanya tersenyum mendengar pujian itu, tapi hatinya langsung bergetar hebat dan merasa terbang ke Sidratul Muntaha. Mereka langsung berangkat ke Café Fork, dalam perjalanan Murni banyak bercerita tentang dirinya dan kesukaannya dan Dahlan hanya menjadi pendengar yang setia saja. Dalam ceritanya Murni itu ternyata anak tunggal yang sangat di sayang orang tuanya sehingga tidak heran jika ia selalu bermanja diri kepada Dahlan, bahkan lebih manjanya lagi ia langsung memeluk Dahlan dengan sepenuh hati. Tanpa sengaja candaan romantis keluar dari mulut Dahlan,
“Seandainya kamu isteriku Ni, sudah tentu saya gigit bibirmu itu”
“Apa Mas. Coba ulang” pinta Murni dengan manja
“Gak ada siaran ulang, bayar kalau mau diulang” balas Dahlan tersenyum
“Gak ah, kalau mas gigit bibir saya gak mau” jawab Murni dengan suara khas seorangg gadis yang minta diberi perhatian oleh pacarnya
“Kenapa?” Tanya Dahlan
“Sakiit” jawab Murni dengan penuh kemanjaan sambil memeluk Dahlan
Tanpa disadari benih cinta tumbuh di hati Murni. Bagaimana tidak, dengan Dahlan ia langsung mendapat semacam kasih sayang dan perlindungan yang ia harapkan dari seorang pria. Tidak terasa Café Fork langsung tersenyum menyambut mereka. Dahlan langsung memarkirkan sepeda motornya,
“Mas, gak apa-apa ta saya ikut pean?” Tanya Murni
“Gak usah dipikir Ni, santai aja” jawab Dahlan lalu ia menggenggam tangan Murni
Ia langsung membimbing Murni menuju bangku paling depan. Setelah itu Dahlan memesan kopi dan susu,
“Mas, kok pesan susu?” Tanya Murni heran
“Gak apa-apa Ni, itu baik untuk bayimu” jawab Dahlan
“hmmmm” ucapnya tersenyum bahagia
Waktu menunjukkan jam 01.45 WIB semua mata tertuju kepada layar TV yang sedang menayangkan pertandingan antara AC Milan VS Arsenal. Dengan begitu Dahlan langsung berteriak bukan kepalang ketika melihat tim kesayangannya mendapat peluang tapi gagal dikonfirmasikan menjadi gol. Keasyikan berteriak tidak jelas, tanpa disadari Murni yang sedang duduk di sampingnya sudah tertidur pulas dengan posisi duduk yang kepalanya disandarkan di atas bahunya Dahlan. Ketika Dahlan menengok, ia hanya menggelengkan kepalanya dengan kelakuan lucu dan kemanjaan dari Murni. Setelah menunggu pertandingan pertama selesai, Dahlan membangunkan Murni dengan bisikan lembut
“Ni, ayo pulang pertandingannya sudah selesai”
“Ya ta mas” kata Murni sambil mengucek matanya
Mereka langsung bangun dan pulang menuju rumah Dahlan. Sesampainya di rumah Dahlan, tanpa basa-basi Murni langsung masuk ke dalam rumah dan tidur depan TV yang letaknya di ruang keluarga dengan hanya beralas karpet tanpa bantal, Dahlan hanya tersenyum melihat tingkah Murni,
“Murni tidur di kamar aja, dingin di situ” pinta Dahlan
“Gak apa-apa mas” jawab Murni
Mendengar jawaban itu, Dahlan membiarkan walaupun dengan berat hati. Selang lima menit kemudian dengan sendirinya Murni naik ke atas Sofa dan tidur di atas pangkuan Dahlan. Sementara Dahlan tetap menikmati pertandingan antara AC Milan dan Arsenal. Pertandingan itu selesai pada jam 03.40 WIB. Dahlan langsung tidur juga di atas Sofa bersama Murni
***
Pagi menyambut dengan senyum. Begitu Murni bangun ia kaget bercampur bahagia ketika mendapat dirinya tertidur di atas pangkuan Dahlan. Dan Dahlan masih tidur dengna posisi duduk, ingin rasanya Murni berlama menikmati kejadian itu. Tetapi ia memutuskan untuk bangun dan memasak makanan untuk Dahlan yang walaupun ia sendiri tidak tahu memasak, niatnya ingin memberi kejutan untuk Dahlan.
Ketika ia masuk dapur, Murni bingung sendiri “apa yang akan kumasak?” hatinya bertanya. Akhirnya ia memutuskan untuk memasak Mie dan Telor. Ketika ia menggoreng Telor, telor itu langsung gosong dengan menampakkan warna hitam pekat. Bau gosong dari telor masakan Murni langsung merasuki Hidung, sontak saja Dahlan bangun mencari bau gosong itu
“wow, siapa yang masak, kayaknya enak nih” puji Dahlan
Murni hanya tersipu malu mendengar pujian itu, lalu ia berkilah,
“maaf mas, telornya gosong”
“gak apa-apa, kayaknya enak nih” kata Dahlan dan langsung menyantap makanan itu
Melihat tingkah Dahlan, Murni heran,
“maaf mas, tolong cuci tangan dulu” pinta Murni
“oh ya saya lupa” ucap Dahlan
Ia langsung pergi cuci tangan setelah itu mereka langsung menikmati sarapan pagi, tengah asyik sarapan tiba-tiba Dahlan berujar
“oh ya ada yang kelupaan”
Lalu ia bergegas keluar dari ruangan itu dan masuk di kedalam kamarnya kemudian ia menyalakan musik yang keras yang beraliran R n B. Ketika Dahlan masuk ke ruangan makan ia langsung berjoged dan diiringi oleh teriakan tidak jelas laksana penyanyi keserupan.
Dengan tingkah seperti itu Dahlan langsung mendapat gelak tawa super merdu dari Murni tidak hanya itu Murni juga ikut-ikutan menyemangati Dahlan bak superter sepakbola,
“ayo mas, goyang ke kiri, ke kanan juga”
Mendapaat semangat seperti itu Dahlan langsung menampakkan semangat 45 untuk melanjutkan jogednya. Karena sudah capek Dahlan langsung beristirahat menikmati sarapan pagi yang ditinggal tadi
“Murni, nanti jam 9 saya mau ke kantor, kamu gak apa-apa kan di sini sendirian?” tanya Dahlan kepada Murni
“hmmm gak apa-apa mas, pulang jam berapa?” tanya Murni
“biasanya jam lima sore, itupun kalau gak lembur” jawab Dahlan
“bentar mas, pean kerja dimana sih?” tanya Murni heran
“PT, Molen 3 Warna”
“wow, itukan perusahaan besar mas, bawa oleh untuk saya ya” pinta Murni
“oke, aku mandi dulu ya”
Setelah itu Dahlan langsung mandi untuk bersiap-siap ke kantornya dan sehabis mandi Dahlan berpakaian rapi dan langsung berangkat ke kantornya. Ketika ia berangkat ke kantornya, Dahlan tidak mendapati di ruang dapur maupun di ruang tamu, maka ia menulis pesan di kertas
MURNI SAYA BERANGKAT DULU YA
JAGA KESEHATANMU
Setelah itu Dahlan langsung berangkat menuju perusahaan PT Molen 3 Warna tempat ia kerja. Tatkala tiba di kantornya, Dahlan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Sebelum ia masuk ke dalam ruangan itu, terlebih dahulu ia mengecek semua karyawan dan ternyata semua karyawan itu masuk semua. Setelah mengabsen satu persatu lalu ia menuju ruangan kerjanya untuk mengecek daftar kue yang telah terjual. Sambil berjalan Dahlan mengambil handphonenya dan menelepon Sukiman
“Iman, kamu dimana?”tanya Dahlan
“saya di ruangan Bendahara Boss” jawab Sukiman
“oke, aku ke situ” kata Dahlan sembari menutup Handphonenya
Ketika tiba di depan ruangannya Sukiman, Dahlan mengetuk pintu
“masuk” jawab Sukiman
Dahlan langsung masuk dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Brow gimana?”. Sukiman hanya tersenyum melihat bossnya datang.
“Alhamdulillah boss omzet hari ini bertambah dan ini list barang yang terjual”
Dahlan mengambil dan melihat daftar barang yang terjual itu, terpampanglah daftar yang direkap oleh Sukiman seperti ini
Hari selasa, tanggal 20 September 2012
Pukul 12.00 WIB, Molen Hijau habis 100 Kotak
Pukul 04.00 WIB, Molen Biru habis 50 Kotak
Pukul 17 WIB,:
1. Molen Biru habis 30 Kotak
2.Donat habis 200 biji
3.Donut habis 300 Biji
4.Donot habis 120 biji
Melihat daftar barang yang terjual, Dahlan hanya tersenyum dan mengucapkan “Alhamdulillah, semoga rizki kita bertambah lancar”. Sukiman langsung menjawab “Amiiiin”.
“oke, Brow aku keluar dulu ya, ingat tanggal 30 September kita rekreasi ke pantai Kuta kasih tahu teman-temanmu yang lain ya, pendaftarannya Cuma tiga puluh ribu rupiah”
“oke boss” balas Sukiman sambil memberi hormat dengan dua jarinya
Dahlan keluar kemudian menuju ruangan tempat ia kerja. Begitu tiba di ruangannya yang langsung menghitung semua pemasukan dan pengeluaran kas perusahaannya. Selain itu Dahlan juga mencari tips agar perusahaan tidak bangkrut. Dia membaca dengan teliti dan seksama. Setelah puas membaca kemudian Dahlan menelpon Murni.
***
Di rumah Dahlan…
Kring kring kring, bunyi telepon rumah Dahlan ternyata Murni dalam kamarnya lagi berdandan. Mendengar bunyi telepon memanggil Murni langsung bergegas menuju ruang keluarga tempat telepon itu memanggil,
“halo.” Sapa Murni
“ya, bisa bicara dengan Murni” goda Dahlan diseberang sana, padahal ia sudah tahu kalau itu kalau itu suara Murni.
“ya, ini dengan saya” jawab Murni dengan sewot plus jutek
Dahlan menahan tawanya ketika mendengar nada itu
“Murni pasti tahu ak, aku adalah orang yang membawamu ke jalan asparaga”
“Mas Dahlan, ya Allah” kata Murni tidak bisa menyembunyikan kekagetannya
“hahahaha, lagi ngapain sekarang?” Tanya Dahlan,
“nggak ngapa-ngapain Cuma kesepian aja” jawab Murni tersenyum
“tuh ada kucingku di situ” kata Dahlan
“gak mau, gak enak mas, pean cepat pulang ya” pinta Murni dengan suara manja
“kangen ya?” goda Dahlan
“gak, Cuma sepi aja” kilah Murni cepat padahal ia sangat senang Dahlan berkata seperti itu
“oh ya Ni, bulan depan kita ke Bali ya ma teman-temanku, gimana?”
“hmmm, gimana ya, ntar aja setelah mas pulang” jawab Murni dengan manjanya
“oke” jawab Dahlan singkat
Dahlan menlanjutkan pekerjaannya dan selesai pada jam 15.00 WIB, dia langsung bergegas pulang setelah selesai dari pekerjaannya. Tapi sebelum ia pulang terlebih dahulu ia membeli buahan-buahan di tempat orang jual buah dekat terminal Landungsari.
Setelah lengkap yang ia beli Dahlan berangkat, setibanya di rumah ia membuka pintu rumahnya, tanpa sengaja ia melihat pintu kamar Murni terbuka. Dahlan langsung berniat untuk menutup, tetapi dia langsung ternganga melihat Murni tidur yang roknya, tersingkap dan kelihatan celana dalamnya. Dengan terburu-buru Dahlan menutup pintu itu dan menuju ruang makan.
Malamnya….
Suasana hangat menyelimuti hati Murni, ia berusaha mempercantik diri untuk duduk di samping Dahlan di ruang santai. Ketika Murni mau ke ruangan itu, terlihat Dahlan sedang membaca Al-Quran kemudian menulis makna dari Al-Quran itu. Dengan langkah senang Murni datang ke situ
“mas lagi ngapain?” Tanya Murni
“biasa lagi merenung, udah makan ta, tadi di sediain oleh mbak Iyem” kata Dahlan sambil tetap memperhatikan Al-Quran
“udah mas, oh ya mas gimana penampilanku?” Tanya Murni
“hmm, cantik kok tapiiii…..” kata Dahlan
“tapi apa?” Murni “jangan bikin saya penasaran, Mas”
“tai matamu masih banyak, hahahaha” kata Dahlan tertawa
“masa mas,”kata Murni keheranan
“ia” jawab Dahlan singkat sambil menatap Murni dengan tatapan beda dari pada biasanya
Murni tidak tahan terus membalas tatapan itu ia langsung mengusap matanya dan bertanya “mas, masih ada ta?”
Melihat Murni panik seperti itu tergelitik di hati Dahlan untuk menggoda Murni dengan asal menunjuk mata sebelah kirinya. Setelah tahu bahwa Dahlan sengaja menggodanya Murni pura-pura cemberut. Dahlan hanya tersenyum memandang wajah Murni cemberut seperti itu,
“mas jahaaat” ujar Murni
“hahaha, gak apa-apa, kalii” Dahlan tersenyum
Mereka langsung berbincang banyak hal tentang kehidupan mereka masing-masing. Di tengah asyik berbincang, tiba-tiba Murni bertanya “mas, saya penasaran dengan dirimu?”
“kenapa?” Tanya Dahlan
“sebenarnya pekerjaan ma situ apa sih, kok kayak santai aja?”
“ntar kamu tahu, sekarang ayo kita istirahat”
Dahlan langsung beranjak dari tempat itu dan masuk ke dalam kamarnya. Ia menoleh sebentar dan berujar
“Ni, ingat akhir bulan September kita ke Bali untuk liburan”
“oke mas” jawab Murni dengan tersenyum kalem
Hati murni langsung tersirami dengan berseminya bunga-bunga cinta di hatinya. Dia baru tidur setelah jam menginjak angka satu.
Bulan September, 30-2012
Pagi menyambut dengan hangat, jam menunjuk angkat 06.00 WIB. Dahlan langsung menelepon Sukiman,
“halo boss” balas Sukiman dari seberang sana
“Man, jangan lupa kordinir teman-temanmu itu, bahwa kita berangkat pada jam tujuh tepat, gak ada jam karet oke” kata Dahlan
“oke, boss, bereesss” ujar Dahlan
“oke aku tunggu”
Begitu menginjak jam Dahlan langsung bergegas setelah mandi, sementara Murni dari tadi sudah menunggu di ruang tamu untuk berangkat ke Perusahaannya Dahlan. Begitu Dahlan muncul di ruang tamu, Murni langsung bertanya
“Mas, sekarang ta?”
“ya, ayo” kata Dahlan
Mereka langsung berangkat ke Perusahaan Dahlan, lewat jalan Ahmad Yani. Tatkala di perusahaan itu, seribu karyawannya telah berkumpul dan menyambut Dahlan.
Para karyawan langsung berkumpul jadi satu, Dahlan langsung memberi arahan ataupun semacam nasehat dan sambutan,
"ya" jawab mereka
"boss inin pacar sampean ta?" tanya Jodi salah satu karyawan Dahlan
"hmm, sahabat terbaikku" jawab Dahlan sekenanya
"Huuuh" teriak para karyawan Dahlan sepontan
Lama berselang Dahlan, lalu berbicara panjang lebar. Setelah itu dia dan karyawannya langsung berangkat ke Bali, naik Bus Titian Mas yang telah di booking oleh Sukiman, seminggu sebelum berangkat. Senja menjelang Maghrib, perjalan itu memakan waktu tiga jam. Begitu tiba di Bali, suasana alam yang hangat langsung menyambut kami. Hamparan pepohonan dipinggir jalan menari ditiup angin sepoy-sepoy, iringan musik alam dan deru mobil tidak kalah serunya menghiasi kota Bali, Bus kita langsung menuju pantai
"Man, Hotelnya sudah di Booking ta?" Tanya Dahlan
"beres boss" jawabnya santai
Begitu bus menginjak Pantai Kuta, kita lansung turun dari bus. Alangkah terkejut Dahlan ketika melihat keindahan pantai Kutai Bali. Pantai itu di balut pasir putih, gulungan ombak nan indah. Dahlan dan karyawannya langsung mengambil pose untuk mengabadikan momen ini. Namun ada salah satu karyawan yang centil nyeletuk,,
"ayo mbak foto sama Pak Dahlan ya" ucap karyawan itu
Dahlan langsung tersenyum dan salah tingkah mendengar celetukan itu. Pipinya Murni langsung bersemu mer`h menampakkan keindahan dan keanggunan seorang wanita. Mereka pun langsung berpose ala kadarnya. Namun, mereka ditegur oleh para Karyawannya
"Pak, yang romantis dong" Suara dari sana sini terdengar
"Masa gak romantis Pak" sahut seorangnya lagi
Maka dengan terpaksa Murni dan Dahlan berpelukan dengan perasaan canggung mereka. Dengan perasaan gundah Dahlan langsung berujar,
"Udah rek, silahkan kalian urus urusan kalian sendiri key"
Mereka langsung bubar. Ketika mereka bubar, Dahlan dan Murni langsung berjalan-jalan mengelilingi Pantai berkejar-kejaran dengan kaki telanjang. Dengan manjanya Murni minta digendong oleh Dahlan. Pura-pura Dahlan tidak mau menggendong Murni. Maka Murni memasang muka cemberut.
Dengan melangkah ke sana Dahlan langsung menggendong Murni ke tepi Pantai kemudian menceburnya ke tepi Pantai
"Mas, tega sampean, tunggu ya aku balas" ancam Murni dengan hati gregetan
Dahlan langsung berlari sementara Murni mengejarnya hingga dapat menangkapnya. Kemudian ia mengancam "Mas pokoknya mas harus bayar"
"dengan apa aku harus bayar" jawab Dahlan
"ntar pean harus,, buatin aku kopi"
"Oke, tapi..." Dahlan langsung mencium Murni dan....
Mereka lalu bermesraan, ditambah dengan keisengan Dahlan menjaili Murni dengan lemparan pasir dan air. Terkadang Murni pura-pura cemberut padahal ia sangat senang dengan sikap jail Dahlan. Begitu menjelang Maghrib Dahlan dan karyawannya pergi ke hotel penginapan mereka, tatkala di sana mereka berkumpul bercandaria. Yang menjadi bahan celaan adalah Dahlan dan Murni,
"Pak kapan nikah, itu loh Bu Murni setia di samping bapak" celetuk Ria (Bendahara Perusahaan)
"Bentar, saya lagi bertafakkur" jawab Dahlan senyam senyum
"Waduh pak, kapan lagi kita nunggu, lihat tuh Bu Murni tersenyum dari tadi" Kata Ria
Serentak semua pegawai langsung tertawa. Sedangkan Murni dan Dahlan salah tingkah satu sama lain. Jam 10.00 WIB mereka bubar untuk tidur. Sementara Dahlan dan Murni masih berbincang empat mata,
"Murni, sebenarnya aku ingin kamu menjadi isteriku, tapi,,,," Dahlan diam sejenak ambil
Jantung Murni seakan berhenti berdetak, hatinya bersemi bahagia, sangat bahagia. Bahkan Murni tidak bisa berkata apa-apa saking bahagianya,,,
"Apakah kamu mau menjadi isteriku?" tanya Dahlan dengan perasaan gundah
"Terus terang Mas, saya bahagia mendengar kata-kata itu, tapi saya hamil dua bulan dan rasanya tidak pantas untuk mas" Jawab Murni
Hening seketika,,,
"Murni, jujur aku ingin menjadi suami bagi anak-anakmu, belajar mencintaimu, karena selama ini aku selalu mempermainkan hati wanita, anak yang ada dikandungmu bukan masalah bagiku" Papar Dahlan yang terus memandang Murni
"Terus kenapa Mas memilihku?" tanya Murni setengah bimbang meminta kepastian
"Hati yang menuntunku" jawab Dahaln kemudian memegang tangan Murni
Murni terdiam beberapa saat lalu ia mengangguk pelan dan mencium tangan Dahlan. Desiran hati mereka berdua langsung hening, menyatu dalam cinta. Menuai ruang rindu melengkapi kebahagian. Murni melangkah kearah Dahlan kemudian ia berlutut mencium lututnya Dahlan. Dia langsung memegang tangan Murni
"Beb, jangan,,,,"
Murni langsung memeluknya, mereka luput dalam keharuan. Tanpa disadari moment itu oleh para karyawannya,
"wah romantisnya" seru Ria
Mereka terkejut dan tersenyum malu,
"Ah biasa, lagi akting" serga Dahlan, sementara Murni menunduk diam sambil mengapit tangan Dahlan
"Boss bagaimana agenda kita besok?" tanya Sukiman
"Besok kita pulang dan lusa libur" ucap Dahlan
"Hore" teriak karyawan Dahlan
Para karyawan langsung terjun ke aktivitasnya masing-masing. Dahlan dan Murni melangkah ke kamarnya masing-masing.
Bersambung di Kebahagian Murni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata