8 Jul 2013

Arsitek Salima

Oleh Zainal Abidin

Gelap dan sejuk menyambutku, lampu-lampu di sepanjang lorong menerangi langkah bersama paman. Orang-orang berpencar mencari kendaraan yang dinaikinya, setelah turun dari kereta api kelas ekonomi jalur Surabaya-Malang dengan tiket 4.000. Aku dan pamanku menapakkan kaki keluar dari stasiun mencari kendaraan.

"Kata temenku kita harus naik angkot ADL" Guman Paman Manto sambil berjalan mencari ankot ADL yang sebelumnya diberi tahu oleh temannya yang bernama Feri
" Nanti kita turun di terminal Landungsari, selanjutnya dia yang jemput" Sambung Paman Manto
Rasa lega dari dalam hati sedikit menghibur, aku dan paman Manto baru pertama kali menginjak kota Malang. Paman Manto mungkin sedikit mengerti seluk beluk Surabaya sedangkan kota Malang ini baru pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di sini. Rasa was was menyelimuti hati dan fikiran takut nyasar. Namun dengan petunjuk yang diarahkan oleh temannya kamipun mengikuti sarannya karena dialah yang lebih mengerti dengan kota Malang.
"Ayo dik, Landungsari" Sopir angkot itu mengajak kita
"Landungsari ya pak?" Paman Manto bertanya
"Ya, ayo naik"
Kitapun naik di tengah penumpang yang berdesak-desakkan dan malam ini cuma itu angkot yang tersisa menuju Jurusan Landungsari. Di tengah perjalanan aku tidak sabar sampai ke tujuan, terkadang aku berfikir mudah-mudahan pak Sopir tidak memabwa kita ke tempat yang salah.
"Pos pak" Salah seorang penumpang minta berhenti
Setelah memasuki gerbang terlihat pos polisi yang memabagi dua jalur angkot, kamipun ikut turun
"Ini landungsari ya pak?" Tanya paman Manto
"Ya dik, baru pertama kali ke Malang ya?"
"Ya Pak, terima kasih" Paman Manto menyodorkan uang sejumlah sepuluh ribu kepada Pak Sopir lalu Pak Sopir itu mengembalikan kembaliannya sejumlah lima ribu rupiah.
"Itu teman saya"
"Yang mana?" Tanyaku
"Itu dekat pos" Paman Manto menunjukkan orang yang agak kurus
Lalu tangannya masuk ke kantong bagian kanan, sepertinya Paman Manto mengambil handphone, dia sepertinya menelpon temannya, tak lama kemudian,
"Halo Fer, kita sudah sampai di Landungsari nih, terus gimana ini?"
"Ya, ntar saya jemput sama temanku" Jawab Feri
"Oke"
Selang beberapa menit sepeda motor warna hitam menghampiri kita dengan temannya memakai jaket Yamaha,
"Akhirnya kamu sampai juga di Malang Manto"
"Ya, Fer, Alhamdulillah ini baru pertama kali saya ke Malang"'
"O oo ini teman saya" Feri memperkenalkan temannya
"Opan" Dia menyodorkan tangannya ke arah Paman Manto
"Manto"
"Opan"
"Zainal Abidin"
"Feri"
"Zainal Abidin;
Terus bagaimana ini kan cuma satu sepeda motornya?" Tanya Paman Manto kebingungan
"Kita berdua naik angkot, Bidin naik sepeda motor sama mas Opan" Anjur Feri
"Biar temanmu naik sama teman saya, kita naik angkot saja" Usul Feri
"Mau kuliah to Din?" Tanya Mas Opan dengan akrab
"Iya mas, rencananya besok mau daftar ulang sambil cari kos-kosan"
"Asalmu dari mana?"
"Sumbawa"
 Kita terus berbincang banyak hal dan tak lama kemudian kami sampai di sebuah bangunan berlantai dua bercat putih dengan tegel teras warna merah sreta pagar besi bercat silver.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata