30 Okt 2013

Eksodus Peran Pendidik

Dari Status Pak Khozin

Opini Kompas, 30 Oktober 2013 ditulis Agus Suwignyo, "Kosongnya Kampus Kita" disebabkan gelombang eksodus dosen; Pertama, dosen-dosen bereksodus dari profesi kedosenan dengan menjadi pengurus partai atau pejabat di birokrasi pemerintah; Kedua, eksodus dosen dari niat dan orientasi kehidupan intelektual, kendati masih aktif di kampus tapi tidak berniat menjadi intelektual; dan, Ketiga, eksodus dari profil dan watak kecendikiaan, tidak ada karya nyata dalam akademik  tetapi sekedar business as usual.


Studi banding ke negeri jiran Malaysia. Gaji dosen di sana bisa 10 X lipat dari sini. Secara nasional, perlu ada perubahan sistem penghargaan kepada dosen/guru. Program sertifikasi menurut sebagian orang tak lebih bersifat karikatif. Bandingkan pula dengan profesi artis-artis tanah air. Yang kerjaannya tidak lebih hanya sekedar goyang-goyang aja, mereka "dihargai" selangit dan mereka makmur dalam waktu cepat.

 Di Malaysia, penghasillan profesor sama dengan anggota Parlemen. Dosen baru gajinya 8.000(?) ringgit Malaysia (Rp 28juta). Di Singgapure, gaji guru dgn masa kerja 10tahun: 6.000 dollar singapure (Rp 54juta). Gaji TKW pembantu rumah tangga: Singgapure 400 dollar (Rp3,6juta), Malaysia 400 ringgit (Rp 1,5juta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata