25 Okt 2013

Peran Ulama dan Cendikiawan terhadap Ilmu-Ilmu Islam (al-'uluum al-Islaamiyyah)

Oleh Muhammad Nurul Humaidi

Mempelajari ilmu-ilmu Islam (al-'uluum al-islaamiyyah) kalau sudah terbelenggu dengan ideologi gerakan kelompok, menyebabkan seperti orang berkacamata kuda: mono-perspektif.
Maka, kalau mau belajar ilmu-ilmu Islam yang komprehensif tempatnya di lembaga-lembaga akademik yang menekuni kajian ilmu-ilmu Islam, bukan di halaqah-halaqah gerakan. Di lembaga-lembaga akademik itulah akan ditemukan begitu luasnya wilayah ilmu-ilmu Islam. Ilmu-ilmu Islam di halaqah-halaqah gerakan adalah ilmu-ilmu Islam yang sudah disortir sesuai dengan ideologinya, lebih-lebih yang diproduksi oleh tokoh-tokohnya, akan diambil, dan yang di luar itu akan ditinggalkan sehingga tidak utuh.
 Mereka juga sudah terbelenggu dengan ideologi mereka sendiri. Kecuali, kalau memang terbukti memiliki keilmuan yang luas dan objektif dalam keilmuannya. Seperti para akademisi. Maka, langkah yang perlu ditempuh adalah: mengirimkan calon ulama organisasi itu ke lembaga akademik otoritatif untuk mengenyam ilmu-ilmu Islam yang luas itu.

Peran Para Ulama dan Cendekiawan
Maka peran para ulama dan pemikir Islam sangat urgen yakni bertugas membuat formulasi pemecahan masalah aktual ummat berdasarkan sumber-sumber Islam yang ototentik berdasarkan al-Quran dan As-Sunnah sehingga tersedia opsi-opsi yang bervariatif sebagai alternatif solusi. Para pemimpin pergerakan dakwah bertugas memilih opsi-opsi itu dengan segala resiko dan konsekuensinya untuk diimplementasikan dalam gerakan mereka, dengan cara mendeseminasikan opsi itu dalam forum-forum ilmiah internal mereka. Jadi wajar kalo perspektif mereka agak terbatas. Dalam koridor inilah pergerakan-pergerakan itu ber-fastabikhul khoirat. Islam dipelajari bukan untuk hanya sekedar memperluas wawasan tapi belajar untuk dipelajari, dipahami dan diamalkan, dan semua itu terikat dengan rambu-rambu yang telah ada dalam Islam sehingga melahirkan out-put yang berakhlak mula tetapi juga melahirkan out-put yang berwawasan luas. Karena yang dibutuhkan sekarang bukan hanya pengetahuan Islam saja. Tapi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dan itu bisa dilakukan apabila para peserta didik belajar langsung pada ahlinya. Seperti firman Allah SWT, "Teramat besar kebencian Allah SWT terhadap hamba yang apabila berkata tapi tidak mengamalkannya" (QS. Ash-Shaf ayat 3).
 Ini berarti Islam itu sangat kompleks yang mana tidak hanya menekankan aspek intlektual tapi juga aspek psikis atau lebih dekat pada religius peserta didiknya. Coba lihat surat Al-Alaq.--Yang mana Allah SWT mengajarkan kepada hambanya apa yang tidak diketahui sehingga hambanya itu menjadi mengerti. Dan ini banyak melahirkan epistemologi-epistemologi dari para cendekiawan Muslim ataupun para Ulama. Salah satu epistemologi itu yakni Epeistemologi Irfani, yang sejauh ini masih pro kontra bahkan di kalangan Muslim Modernis sekalipun, sehingga tidsk serta merta diterima semua kalangan. konteks tempat pengembangan ilmu dapat pendidikan tinggi, pesantren tinggi, atau ruang yang memberikan kesempatan berfikir kritis konstruktif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kesimpulannya
  1. Mempelajari ilmu-ilmu islam yang begitu luas  akan lebih baik jika belajar langsung pada  pakarnya yakni orang yang menguasai ilmu-ilmu Islam itu sendiri sehingga pemahaman peserta menjadi utuh tidak parsial dan tidak ditafsirkan sesuai dengan kemauan dan kepentingan golongannya sendiri.
  2. Jangan ta`asshub kepa golongan atau kepada figur tertentu. jangan menyerang golongan lain hanya karena ingin menyelamatkan golongan sendiri. ta`asshublah kepada islam, kepada Allah dan rasulnya serta hormatilah orang-orang yang melakukan kebaikan yg tidak bertentangan dengan syari`at islam sekalipun mereka brbeda golongan dengan diri kita. insyaallah ukhuwah akan tetap terjaga dan persatuan akan terwujud.
  3. Maka peran mereka adalah merumuskan ataupun menawarkan ilmu pengetahuan dan solusi untuk memecahkan masalah-masalah kontemporer dalam ilmu-ilmu Islam
Editor: MuFe El-Bageloka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata