Judul: Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran
Pengarang: Drs. M. Ngalim Purwanto, MP.
Review
Dalam pendidikan evaluasi sangat diperlukan karena evaluasi merupakan alat penunjang kemajuan sebuah lembaga. Karena tanpa evaluasi, maka pendidikan itu akan sulit untuk maju. Ini berarti evaluasi itu adalah alat untuk mengoreksi ataupun menilai pendidikan ataupun peserta didik.
Menurut Norman E. Gronlund, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah
dicapai oleh siswa. Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian di atas bahwa setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan proses yang disengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian diolah dan membuat suatu keputusan.
Pada bab I ini penulis hanya mengungkapkan pengertian serta hal-hal yang sangat mendasar dari evaluasi itu sendiri. Seperti, fungsi evaluasi dalam pembelajaran, korelasi antara pengajaran dengan evaluasi, objek data evaluasi pendidikan serta kegunanaan evaluasi itu sendiri. Selain itu, dalam buku ini penulis mampu menjelaskan hal-hal pokok ketika pengajar menyusun suatu program evaluasi.
Untuk pendidikan itu sendiri evaluasi memiliki beberapa kegunaan, antara lain; (1) penggunaan administrative; (2) penggunaan instruksional; (3) penggunaan bagi bimbingan dan penyuluhan, dan; (4) penggunaan bagi penyelidikan. Sudah tentu dengan begitu, maka akan terwujud program evaluasi yang baik yang mana ciri-ciri evaluasi yang baik antara lain: mempunyai desain atau rancangan program evaluasi itu komperehensif, perubahan tingkah laku peserta didik harus mendasari penilaian evaluasi, hasil-hasil evaluasi harus disusun dan dikelompokkan sedemikian rupa dan program evaluasi harus sinergis antara yang satu dengan yang lain, terutama dengan kurikulum.
Dalam evaluasi beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan oleh seorang yaitu pendekatan norm-refrenced evaluation dan criterion-refrenced evaluation. Selain itu seorang guru ketika menyusun test hasil belajar harus sesuai tujuan intruksional yang telah dirumuskan. Dan dalam bab ini penulis mampu menguraikan secara singkat langkah-langkah menyusun tes hasil belajar dan cara membuat table spesifikasi (semacam blueprint atau kisi-kisi).
Prinsip-prinsip itu antara lain; pertama, tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instrusional; kedua, mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan bahan pelajar yang telah diajarkan; ketiga, mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan; keempat didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan; kelima, dibuat seandal (reable) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik; keenam, digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.
Dalam buku ini penulis menjelaskan penilaian formatif dan sumatif, yang mana penilaian formatif adalah mencari feedback (umpan balik) dari siswa. Sedangkan penilaian sumatif adalah mencari data sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap mata pelajaran yang telah diajarkan. Selain itu, perbedaan yang mendasar antara penilaian formatif dan sumatif adalah terletak pada fungsi dan tujuan tes/penilaian itu dilaksanakan.
Ketika menyusun tes, maka diperlukan langkah-langkah yang harus diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Adapun langkah-langkah itu, antara lain; menentukan/ merumuskan tujuan tes, mengidentifikasi hasil-hasil belajar, menentukan/ menandai hasil-hasil belajar yang spesifik, merinci mata pelajaran yang akan dites, menyiapkan tabel spesifikasi dan menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Tes hasil belajar terdiri atas berbagai macam, seperti yang dijelaskan penulis pada bab 3 tiga ini bahwa yang dimaksud dengan tes hasil belajar atau achiement tes adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada peserta didik dalam jangka tertentu. Sebelum penulis menjelaskan macam-macam bentuk tes hasil belajar, penulis mengutip pendapat Wrighstone yang menggolongkan macam-macam alat evaluasi itu menjadi Sembilan kelompok, yaitu:
1. Short answer test
2. Essay and oral examinations
3. Observation and anecdotal records
4. Questionnaires, inveteries and interviews
5. Checklists and ratinf Scales
6. Personal reports and projective techniques
7. Sociometric methods
8. Case studies
9. Cumulative records
Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar dan mengajar itu, seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah distandarkan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test). Yang dimaksud dengan standardlized test ialah tes yang telah mengalami proses standardisasi, yakni proses validasi dan keandalan (reliability) sehingga tes itu benar-benar valid. Dalam buku ini penulis mampu menulis menjelaskan perbedaan kedua tes di atas dari berbagai aspek. Seperti perbedaan antara contoh standardized achiement test dan teacher-made test yakni kalau standardized test bersifat lebih luas sedangkan teacher bersifat lebih khusus atau cakupannya lebih sempit. Selain itu, tes masih banyak bentuk tes-tes yang boleh dilakukan oleh seorang untuk memudahkannya evaluasi. Dari beberapa tes ini terdapat kebaikan dan keburukan. Seorang guru dituntut untuk memanfaatkan kelebihan dari beberapa tes yang digunakan dan meminimalisirkan kekurangan atau kelemahan dari tes ini. Kesemua tes yang telah dijabarkan itu bagian dari achievement test. Seperti tes lisan, tes tertulis (essay type test dan objective test) dan tes tertulis.
Untuk menerapkan tes evaluasi, seorang guru harus bisa mengetahui tipe-tipe hasi belajar kognitif. Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tingkat kemampuan atau tipe belajar kogniitif memiliki karakteristik tersendiri dan kegunaan bagi pendidik.
Ketika akan mengevaluasi hasil belajar seorang pendidik harus bisa memahami penskoran dan penilaian. Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan peserta didik. Atau penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka (mengadakan kuantifikasi). Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengelohan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada dengan angka atapun dengan huruf.
Ketika pendidik melakukan penilaian terhadap peserta didiknya, maka ia harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:
1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komperehensif
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading).
3. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi, yaitu penilaian yang norms-refrecenced dan yang criterion-refrenced.
Selain prinsip-prinsip di atas, ada beberapa acuan bagi seorang pendidik, yakni antara lain; penilaian acuan patokan (PAP) dan penilaian acuan norma (PAN). Dengan beberapa prosedur yang ditulis oleh penulis seperti prosedur penilaian sederhana dan prosedur penilaian dengan menggunakan persentase yang dianggap lebih sederhana dan praktis.
Dalam evaluasi seorang pendidik harus bisa mengelolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean (M) dan Deviasi Standar (DS). Mencari mean dan deviasi standar (DS) dalam rangka mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu jika banyaknya skor yang diolah kurang dari 30, digunakan tabel distribusi frekuensi tunggal; dan jika banyaknya skor yang diolah lebih dari 30, sebaiknya digunakan tabel frekuensi bergolong.
Masalah penting yang perlu diperhatikan dalam pengolahan skor menjadi nilai (huruf) adalah masalah penentuan batas lulus atau passing grade. Penentuan batas lulus dalam suatu system penilaian sangat bergantung pada kondisi kebutuhan dan tujuan diadakannya penilaian itu. Jika tujuan penilaian itu untuk mempertinggi mutu belajar siswa. Penentuan batas lulus yang tinggi harus diterapkan.
Telah dijelaskan bahwa penilaian formatif sebenarnya bertujuan untuk memperoleh umpan balik dalam rangka memperbaiki proses belajar-mengajar dan untuk menilai sampai dimana pencapaian siswa terhadap tujuan instruksional yang telah dirumuskan di dalam setiap satuan pelajaran. Jadi, sebenarnya hasil penilaian formatif itu tidak boleh dimasukkan dalam menentukan nilai rapor. Maka untuk menjaga kesinambungan penilaian sehingga hasil penilaian menjadi lebih andal (reliable) bagi setiap siswa, di samping penilaian tes sumatif yang biasanya dilakukan pada akhir caturwulan atau akhir semester, guru harus melakukan pula tes-tes subsumatif pada tahap-tahap tertentu.
Hasil-hasil tes subsumatif inilah yang kemudian digabungkan dengan nilai-nilai sumatif untuk mengisi rapor. Caranya ialah dengan merata-ratakan hasil rata-rata tes submsumantif dan tes sumatif. Untuk memudahkan perhitungan sebelum diratakan-ratakna nilai tes subsumatif dan nilai tes sumatif itu sebaiknya masing-masing sudah ditransformasikan lebih dahulu ke dalam nilai skala 1-10.
Dasar pemikiran dalam mengevaluasi items dalam tes penguasaan criterion-refrenced adalah sampai sejauh mana tiap item yang dapat mengukur hasil pengajaran (effects of instruction). Jika suatu item dapat dijawab dengan benar oleh semua siswa, baik sebelum maupun sesudah diajari, jelaslah bahwa item itu tidak dapat mengukur hasil belajar peserta didik. Begitu juga sebaliknya, item itu tidak berfungsi sebagai alat evaluasi. Untuk memperoleh ukuran keefektifan item berdasarkan hasil pengajaran, guru harus memberikan tes yang sama sebelum dan sesudah mengajar. Item yang efektif akan dijawab benar oleh sebagian besar siswa sesudah pengajaran dari pada sebelum pengajaran.
Ketika berbicara evaluasi sudah pasti seorang guru itu harus melakukan observasi. Observasi dalam arti metode atau carea-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mencatat secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Observasi merupakan metode langsung terhadap mengamati tingkah laku dalam kehidupan sosial; dengan demikian observasi merupakan bantuan vital sebagai alat evaluasi. Dengan demikian evaluasi dalam pendidikan itu sangat vital, karena evaluasi merupakan wadah untuk memajukan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik ataupun lembaga pendidikan.
Baguuuuuussss.....
BalasHapus