Oleh:
Ahmad Mushollin
Melihat tema di atas Perlu terlebih dahulu mencermati paradigma, dalam Oxford Advenced Learner’s Dictionaries berarti (general) atau model. Bisa juga berarti kaidah, dalil, tasrif, dan pola sesuatu yang dianggap benar dan baku. Berawal dari sini maka muncul konsep sesuatu yang dianggap baku dan benar adalah sesuatu yang bisa dijadikan pedoman, pegangan, tempat berpijak, dasar/pondasi, dan lain
sebagainya. Kemudia lahirlah konsep-konsep turunan world view, frame work,logical frame work.
Dalam membahas pendidikan Islam ada tiga paradigma sebagai satu kesatuan untuk mengetahui konsep pendidikan Islam: pertama, paradigma Teologis. Disebut hal demikian yaitu pandangan dunia, frame work (kerangka kerja) dan mindset yang muncul dari sebuah keyakinan teologis bersumber dari Tuhan. Menurut Darmaputra, teologi bertitik tolak dari asumsi dasar, yaitu; Allah yang kita yakini adalah Allah yang berfirman, Allah yang menyatakan kehendak-Nya disepanjang masa bagi seluruh umat manusia dimana saja. Bertolak dari keyakinan itu, maka fungsi teologi adalah merumuskan kehendak Allah pada umat-Nya, yang menyelamatkan mensejahterakan dan merupakan norma kebenaran. Rasulullah brrsabda: “ Aku tinggalkan kepadamu dua perkara , apabila kamu berpegang teguh pada keduanya niscaya kamu tidak akan sesat selamanya, yaitu; Kitabullah dan Sunnah Rasul.” Dalam Encyclopaedia of Religion and Religion, dikatakan bahwa teologi adalah ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta, mencakup juga bidang agama.
Membicarakan teologi, sekurang-kurangnya dilihat dari tiga segi: teologi Aktual, yaitu berteologi melahirkan keprihatinan iman dalam wujud tingkah laku sehari-hari; teologi Intelektual, yaitu yang melahirkan pemikiran keagamaan yang berjilid-jilid yang hanya dipahami ulama dibidang ini; teologi sepiritual, melahirkan perilaku mistik. Jadi pengertian sendiri tentang Teologi secara harfiah berasal dari bahasa Yunani berarti ilmu ketuhanan, dan istilah ini lahir dalam tradisi Kristen.
Kedua, paradigma filosofis. Salah satu fungsi filsafat pendidikan adalah fungsi normatif yaitu senantiasa berupaya mencari model pendidikan yang ideal menurut nilai dan norma ajaran maupun konteks dan dinamika kebutuhan masyarakat. Kontribusi filsafat pendidikan Islam adalah melahirkan ide-ide, wacana, cita-cita, semangat dan perilaku baru dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Dengan landasan filosofis yang kokoh penyelenggaraan pendidikan memiliki paradigm mengemban visi kemanusiaan, kailmuan, dan menejerial.
Filsafat, teologi dan pendidikan Islam adalah istilah-istilah kunci tentang pendidikan Islam. Filsafat juga disebut dengan the mother of science (induk dari ilmu pengetahuan) artinya bahwa kedudukan filsafat sangat berpengaruh dalam pengetahuan. Berdasarkan istilah filsafat berarti “cinta” yaitu cinta kebenaran dan kebijaksanaan. Istilah “cinta” adalah mengambarkan sikap rendah hati akan keterbatasannya dalam menggapai kebenaran dan kebujaksanaan, artinya walau telah berfikir tentang sarwa sekalian secara radikal, universal, spekulatif, dan sistematis ia belum mampu menjangkau, menemukan, dan menguasai kebenaran dan kebijaksanaan secara relative dan temporan namun secara hakiki tetap tidak terjangkau.
Ketiga, paradigma spiritual. John Dewey mengemukakan tentang fungsi pendidikan yaitu sebagai education as growth dan education as socoal function. Dalam education as growth mengatakan fungsi pendidikan yang utama adalah sebagai engine of economic growth. Pendidikan adalah investasi berupa pengembangan sumberdaya manusia lebih menguntungkan, memiliki economic of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dibidang fisik. Sementara itu education as social function menekankan bahwa pendidikan sebagai alat untuk memasyarakatkan ideology dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa.
Konsep Pendidikan Islam
Seringkali pendidikan Islam dimaksudkan sebagai pendidikan dalam arti sempit yaitu proses belajar mengajar dimana Agama Islam menjadi “core curucullum”. Pendidikan Islam juga berarti lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kegiatan dan Islam menjadi identitasnya. Perkembangan terakhir mengenai pendidikan Islam memberikan pengertian lebih subtansial, yaitu menekankan pada “education atmosphere” artinya suatu suasana pendidikan yang islami, memberikan nafas keislaman pada semua elemen pendidikan yang ada.
Dasar teologis pendidikan Islam, menurut Zarkawi soejoeti dalam makalah model-model perguruan tinggi Islam mengemukakan pendidikan Islam paling tidak memiliki tiga pengertian: pertama, lembaga pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat mengejawantahkan nilai-nilai Islam yang tercermin dalam nama lembaga pendidikan itu dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan, artinya Islam sebagai nilai harus diwujudkan dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan. Kedua, lembaga pendidikan yang memberikan perhatian dan menyelenggarakan kajian tentang Islam yang tercermin dalam program kajian diperlakukan seperti ilmu-ilmu lainnya yang menjadi program kajian dilembaga yang bersangkutan. Ketiga, mengandung kedua pengertian diatas, dalam arti lembaga tersebut memperlakukan Islam sebagai nilai bagi sikap dan tingkah laku yang harus tercermin dalam penyelenggaraan maupun sebagai bidang kajian yang tercermin dalam program-program kajiannya.
Pemikiran Filosofis Tentang Pendidikan Islam
Rabb-memanggil bagi umat-karunia untuk mendewasakan umat: fitrah, alam, dan agama-proses pendidikan oleh umat-syahadah dunia-(Internalisasi dan Aktualisai Asmaul husna) kembali keRabb.
Menurut John S. Brubacher dalam modern philosophy of education, filsafat pendidikan memiliki beberapa karakteristik:
• Spekulatif, seorang bisa berfikir secara menyeluruh, komprehensif dan integrative; berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut pandang.
• Normative, sesuatu yang dianggap ideal atau standar, yang dijadikan sebagai titik tolak ataupun patokan, serta kriteria penilaian.
• Kritis, mampu memberi penjelasan terhadap makna dari istilah atau konsep yang digunakan.
Untuk memahami hakikat dan tujuan Pendidikan, perlu diterapkan filsafat sebagai content yaitu Ontologi (metafisika), Epistemologi (teori pengetahuan), Aksiologi (teori nilai, estetika).
Visi dan Misi Pendidikan Islam
1. Rahmat Bagi Semesta Alam,
mencakup; membangun republik surga, peran agama, pendidikan sebagai penebar rahmat dan anti kekerasan, serta jalan tengah menuju tercapinya misi Islam. Misi pendidikan Islam tidak lain adalah misi Islam itu sendiri, yaitu Rahmatan Lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam).
2. Menghargai Ilmu dan Orang yang Berilmu,
Rasulullah SAW. Besabda: “barang siapa menghendaki (kebahagiaan) dunia hendaklah dengan Ilmu, dan barang siapa menghendaki (kebahagiaan) akhirat hendaklah dengan Ilmu, dan barang siapa menghendaki kedua-duanya hendaklah dengan Ilmu”. Bangsa yang maju, mandiri, dan bermartabat adalah bangsa yang menghargai Ilmu dan maju ilmu pengetahuannya, sebaliknya bangsa yang terbelakng dan tidak mandiri serta tidak bermartabat adalah tertinggal dalam ilmu pengetahuan.
3. Membangun Peradaban di Era Informasi
Persoalan masa depan sebenarnya adalah persoalan intelektual. Pemikiran Intelektual yang menentukan pertumbuhan masa depan Umat. Perkembangan sejarah menunjukkan dialektika dan kebudayaan selalu berlangsung dengan berbagai persoalan, banyak macam jawaban yang dapat diberikan terhadap persoalan tersebut, salah satunya adalah dengan member dan mewarnai kembali kebudayaan dengan paradigma nilai-nilai kemanusiaan.
4. Penyelamat Peradaban Umat Manusia
Mencakupl: pertama, Misi Islam dan Dambaan Fitrah Umat Manusia. Bahwa misi yang diemban pendidikan Islam adalah misi Islam “rahmatan lil’alamin” yaitu hubungan harmonis antara Tuhan, manusia dan alam semesta. Dengan bekal fitrah yang hanief, kalbu dan akal sehat secarac kodrati memihahk pada kebenaran serta berupaya mencapai cita-cita tanpa harus memandang agama apa, suku bangsa, dan golongan.
Kedua,Tujuan Pendidikan Nasional dan Pendidikan Agama. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembngkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Dan berbudi pekerti luhur, memiliki ketrampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaaan.
Rumusan tujuan pendidikan menurut DR. Tobroni, M.Si:
• Tercapainya sasaran kualitas pribadi, baik sebagai muslim maupun manusia Indonesia.
• Integritas pendidikan agama dengan keseluruhan proses maupun institusi pendidikan lain.
• Tercapainya Internalisasi nilai-nilai dan norma-norma keagamaan yang fungsional secara moral.
• Penyadaran pribadi akan tuntutan hari depan dan transformasi social budaya yang terus berlangsung.
• Pembentukan wawasan ijtihadiyah (keterbukaan dan kedinamisan) disamping penyerapan ajaran agama secara aktif.
Strategi merumuskan tujuan:
• Strategi Normatif Filosofis, mencakup: nilai-nilai fiolosofis, akhlak, Ilmiyah, Spiritual, karya, dan ekonomi atau harta.
• Strategi Melalui Analisa Historis, sejarah adalah gagasan peristiwa masa lalu yang bermakna bagi perjalanan hidup manusia kedepan, yang memberikan pengalaman pelajaran dan hikmah yang sangat berharga tentang kebaikan, keburukan, keberhasilan, kegagalan, kemajuan, kemunduran, serta kejayaan maupun keterpurukan umat manusia. Dan nilai sejarah dapat ditanamkan melalui pelajaran sejarah, museum, maupun pemutaran film dokumenter.
• Strategi Melalui Analisa Ilmiyah atau Sosiologi, dimaksudkan agar lulusan pendidikan senantiasa kontekstual dengan dinamika tuntutan masyarakatl. Strategi ini meliputi dua strategi: pertama, investasi sumberdaya manusia (manpower approach). Kedua, teori ekonomi neoklasik.
Kurikulum Pendidikan Islam
Peran pendidikan dalam membentuk peradaban umat manusia adalah pasti. Ini tercermin dalam pernyataan Christopher bahwa pendidikan menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat member informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup masa depan di dunia, serta membantu akan didk dalam mempersiapkan kebutuhan yang esensial untuk mengdapi perubahan (lihat A. Malik Fadjar dalam Tarbiyah, No.1, 1983: hal. 12). Maka Islam mendudukkan pendidikan itu sebagai faktor penentu bagi masa depan anak, baik individu maupun dalam konteks kemasyarakatannya.
Paradigma Kemanusian dalam Pendidikan
Pendidikan memiliki potensi yang luar biasa: pertama, manusia diangkat derajatnya sebagai khalifah melibihi malaikat karena memperoleh pendidikan; kedua, isi pendidikan harus bersifat komperehensif dan integralistik yang berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Pendidikan haruslah membekali peserta didiknya meliputi: Tuhan, manusia, alam, penciptaan dan keselamatan; ketiga, pendidikan harus menyejarah dalam arti dapat mengambil i’tibar (pelajaran) dan hikmah dari peristiwa sejarah serta membekali peserta didik kompetensi bagi kebutuhan hidupnya di masa depan.
Konsep antropologis yang sangat dibutuhkan titik tolak dalam membangun visi pendidikan Islam, antara lain; pertama pendidikan perlu mempunyai dasar-dasar pemikiran filosofis yang memberi kerangka pandang yang holistik tentang manusia; kedua, dalam seluruh prosesnya, pendidikan perlu meletakkan manusia sebagai titik tolak (starting point) dan titik tuju (ultimate goal) dengan berdasar pandangan kemanusian yang telah dirumuskan secara filosofis.
Guru dalam Pendidikan Islam
Nilai dasar Islam yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi guru dan para ulama yang sangat penting ini sepertinya semakin terkikis saja. Islam juga memerintahkan umatnya untuk menyayangi, menghormati dan menempatkan murid dalam posisi tinggi. Rasulullah saw bersabda “barang siapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surge. Sesungguhnya Malaikat merebahkan sayapnya karena Ridha terhadap penuntut ilmu. Dan sesungguhnya orang yang berilmu, dosa-dosanya akan dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi termasuk ikan-ikan yang ada di air” (HR. Abu Daud dan Tarmidzi).
Keterangan di atas menegaskan bahwa guru dan murid sama-sama mulia dan memiliki kedudukan yang khusus di sisi Allah dan di sisi manusia manusia karena keduanya mencintai ilmu. Karena itulah hubungan atau interaksi guru murid haruslah dalam koridor saling menghormati, saling menghargai dan saling menyayangi.
Secara normatif kedudukan guru dalam Islam sangat mulia. Tidak sedikit penulis yang menyimpulkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul, seraya mengemukakan hadist Nabi dan perkataan Ulama: “tinta para ulama lebih baik dari darahnya para syuhada”. Penyair Syauki sebagaimana dikutip al-Absyi berkata “berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang guru”
Paradigma Pembelajaran Humanistik
Pendekatan pembelajaran tidak lepas dari paradigma dalam pendidikan. Paradigma yang berbeda berdampak pada pemahaman tentang hakikat pendidikan termasuk di dalamnya metode pembelajaran. Sebelum membahas metode pemebalajaran yang humanistik. Perlu diketahui ketiga paradigm yang urgen itu antara lain; paradigma behaviorisme, paradigma rasionalisme, paradigm humanisme.
Untuk metode pemebejaran dikemukakan oleh penulis, antara lain; Metode pemebelajaran humanistik, metode pembelajaran yang integralistik, metode tilawah, ta’lim, tadlrib, tazkiyah dan ta’dib.
Spiritualitas dalam Pendidikan Islam
Spritualisasi pendidikan adalah sebuah konsep pendidikan yang berusaha memahami dan memperlakukan manusia secara utuh, adil dan dalam memahami dan memperlakukan manusia secara utuh, adil dalam konteks ketuhanan maupun kemanusian. Manusia adalah mahluk yang terdiri: ruh, hati nurani, akal dan nafsu yang hidupnya tidak dapat dipisahkan dengan Tuhan, alam dan masyarakat. Nilai – nilai spiritual adalah nilai – nilai ideal (adiluhum) yang menjadi pedoman manusia ketika berhubungan dengan tuhan, alam dan sesama manusia dan ketika beraktualisasi diri sebagai hamba Tuhan, mahluk sosial dan mahluk yang secara jasmani terikat dengan hukum alam. Spiritualiasai pendidikan dengan demikian bukan sebuah konsep pendidikan yang eksklusif yang mengarahkan manusia sebagai hamba Tuhan semesta dan lantas kehilangan eksistensi atau jati dirinya sebagai manusia sebagaimana konsep pantaisme, melainkan pendidikan yang berbasis pada nilai dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam perspektif islam, spritualisasi pendidikan berarti menyatukan etika religious Islam pada semua aspek proses pendidikan: tujuan, kurikulum, metode dan lingkungan pembelajaran. Tujuannya adalah tercpta output pendidikan yang memiliki integritas, yaitu orang yang mempunyai pandangan hidup integrated antara tuhan, manusia dan alam; antara ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Terintegrasi dan saling memperkokoh keimanan dan ketakwaan (IMTAQ); atau antara iman, ilmu dan amal.
Masalah yang terpenting dari spritualisasi pendidikan bukan pada tataran ontologis, epistemologisnya, melainkan aksiologisnya. Ia tidak mempersoalkan secara filosofis hakikat spritualisasi pendidikan dan paradigma ilmu pengetahuan yang ada, melainkan terfokus pada bagaimana anak didik, memiliki keberagaman yang kuat (religions consekuence) dan mampu bersaing dengan siswa lain dari sekolah favorit yuang lain dalam bidang pengetahuan.
Kata kunci dari spritualiasi pendidikan adalah pendidikan harus berangkat dari hakikat manusia sebagaimana yang dicitrakan Tuhan dalam fitrahnya yaitu sebagaimana mahluk bertuhan, mahluk sosial dan mahluk yang terikat dengan alam. Pendidikan Islam harus mampu mewujudkan manusia sempurna agar keberadaannya mampu menebarkan keselamatan untuk sesama (rahmatan lil ‘alamin). Yaitu tercapainya kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam cakupan spiritual Pendidikan terdapat spiritual tujuan pendidikan, Integrated Knowledge (spirit kurikulum),spiritual subyek didik dan pendidik, dan spiritual Leadershi (spirit kepemimpinan). Artinya tidak hanya satu pembahasan mengenai integritas kemanusiaan akan tetapi menanamkan spirit kemanusiaan yang tertuang dalam pendidikan agar menjadi insan yang cendikiawan, memiliki integritas tinggi serta hazanah pemikiran tentang pendidikan Islam yang memiliki semangat dan juang tinggi untuk perkembangan pendidikan tentunya yang sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
di buku karya Dr. Tobroni, M.Si kalau gak slah ya....
BalasHapusnyimak gan...
BalasHapushttp://membumikan-pendidikan.blogspot.com/
Nyimak
BalasHapus