Oleh MuFe El-Bageloka
Buya HAMKA merupakan Ulama terkemuka dan sekaligus sastrawan yang sangat di segani di dunia sastra dan salah satu karya beliau yang paling masyhur adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dengan mengambil tema budaya dari Minang, Sumatera. Ternyata novel ini ada kesamaan cerita dengan novel "Sous les Tilleuls" (1832)
karya Jean-Baptiste Alphonse Karr, melalui terjemahan berbahasa Arab oleh Mustafa Lutfi al-Manfaluti. Dan pada bulan September 1962, Abdullan S.P.—nama samaran dari Pramoedya Ananta Toer—yang memuat tulisannya ke dalam koran Bintang Timur menyebutkan bahwa novel Van der Wijck diplagiasi atau plagiat. Walaupun tidak bisa disangkal kalau kata plagiat ini cenderung bermotif politik. Berdasarkan analisis saya novel Magdalena dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memuat antara lain;- Alur / Plot Cerita
Kedua roman ini sama-sama mengangkat tema percintaan, kesetian dan persahabatan yang mana masing-masing dari roman ini mengangkat budaya masing-masing negeri. Kalau Magdalena mengangkat budaya luar sedangkan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck mengangkat budaya Indonesia. Tapi Kedua Roman ini sama-sama mengkritisi budaya kawin paksa orang tua kepada anaknya. Plot dari roman ini pun sama yakni berplot lurus, atau progresive.
Selain itu subtansi dari kedua roman ini sama, sebagai contoh yakni banyak ada surat menyurat antar tokoh utama, yakni Magdalena dengan Steven dan Zainuddin dengan Hayati.
- Style Bahasanya pun menurut saya cenderung memakai bahasa yang mendayu-dayu bahkan cenderung seperti syair. Atau dengan Kata lain kedua novel ini cenderung memperhatikan keindahan bahasa dari pada kepadatan cerita.
- Ending dari roman ini berbeda, Novel Magdalena itu cerita akhirnya pelakau utamanya bunuh diri. Sedangkan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck itu endingnya Hayati meninggal karena tenggelamnya kapal yang dia tumpangi.
- Temanya; Magdalena murni tradisi luar, sedangkan Van Der Wijck murni tema dari adat Minang yang bernafas Islami.
Analisis dari roman yang ditulis oleh Buya Hamka sama sekali bukan plagiat karena dia menulis roman ini sesuai dengan gaya bahasa di roman-roman sebelumnya selain itu roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini mengangkat tema Indonesia dan ini tidak ada di negara-negara lain.
Ahli dokumentasi sastra H.B. Jassin, yang membandingkan kedua karya itu dengan menggunakan terjemahan Sous les Tilleuls berbahasa Indonesia yang diberi judul Magdalena, menulis bahwa novel ini tidaklah mungkin hasil plagiasi, sebab cara Hamka mendeskripsikan tempat itu sangat mendalam dan sesuai dengan gaya bahasanya dalam tulisan sebelumnya. Jassin juga menegaskan bahwa novel Van der Wijck membahas masalah adat Minang, yang tidak mungkin ditemukan dalam suatu karya sastra luar. Akan tetapi, Bakri Siregar beranggapan bahwa terdapat banyak kesamaan antara Zainuddin dan Steve, serta Hayati dan Magdalena, yang menandai adanya plagiasi. Kritikus sastra asal Belanda, A. Teeuw menyatakan bahwa tanpa berpendapat kalau kesamaan yang terkandung dalam novel itu dilakukan secara sadar, memang terdapat banyak hal yang mirip di antara kedua karya itu, tetapi Van der Wijck sesungguhnya mempunyai tema yang murni dari Indonesia.
Like it. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck murni, bukan plagiat.
BalasHapusngak paham
BalasHapuskisah cinta, kesetiaan dan persahabatan yang di ceritakan antar kedua novel sangat mirip. kalau memang mau dilihat dari budayanya pasti berbeda lah karena tempatnya yang berbeda dan latar belakang penulis jga berbeda. alur ceritanya sangat mirip. hampir tak ada perbedaan
BalasHapus