oleh DaGreat BankeiDzar (Catatan) pada 15 Juli 2010 pukul 6:11
Sejak tahun 2006, FPI berusaha diadu domba dan difitnah, agar
pemerintah memiliki dalih untuk membubarkan FPI. FPI berusaha
dibenturkan dengan Banser dan terakhir dengan Satgas PDIP.
Namun perilaku jahat kelompok Liberalis itu selalu mengalami
kegagalan. Terakhir pada peristiwa Banyuwangi (24/6) lalu,
dimana FPI difitnah akan membubarkan sosialisasi kesehatan
yang dilakukan tiga anggota DPR RI.
Berikut ini wawancara dengan Ketua Umum DPP FPI, Habib Rizieq
Syihab, seputar konspirasi jahat untuk membubarkan FPI. Jika
sampai berhasil, maka akan menjadi langkah awal untuk
membubarkan ormas-ormas Islam di Indonesia yang dinilai keras
menentang kezholiman dan ketidakadilan.
Apakah ada konspirasi untuk membubarkan Front Pembela Islam
(FPI) pasca peristiwa Banyuwangi atau sebelumnya?
Sebetulnya konspirasi sejumlah pihak untuk pembubaran FPI
sudah berlangsung sejak lama. Kita juga sudah mengidentifikasi
pihak-pihak yang melakukan konspirasi untuk membubarkan FPI.
Pertama, kelompok mafia, yang memang selama ini FPI dianggap
sebagai momok yang sangat menakutkan sekaligus menganggu
bisnis haram mereka. Adapun yang saya maksud mafia disini,
apakah mereka yang terlibat dalam sindikat narkoba, film-film
porno, perjudian, pelacuran dan sebagainya. Ini semua sudah
menjadi sindikat dan bukan kejahatan biasa, sementara FPI
sejak lahir sangat concern dalam persoalan tersebut. FPI
banyak mengungkap, menguak bahkan memejahijaukan mereka
sehingga sudah jelas mana kelompok mafia ini menjadikan FPI
sebagai musuh. Mereka mempunyai kepentingan untuk membubarkan
FPI.
Kedua, yang masuk dalam konspirasi adalah kelompok liberal.
Karena mereka melihat FPI secara fulgar melakukan konfrontasi
terhadap gerakan-gerakan kaum liberal. Artinya FPI tidak lagi
sembunyi-sembunyi bahkan perang pemikiran maupun perang di
lapangan sekalipun. Karena kalau kita lihat peristiwa
perjuangan RUU Pornografi dan Pornoaksi, bagaimana kelompok
liberal memanfaatkan preman-preman untuk menyerang posko FPI
di berbagai daerah. Jadi artinya mulai perang pemikiran sampai
perang otot. Belakangan kita lihat banyak usaha kaum liberal
yang kandas, apakah itu judicial review UU Pornografi, UU
Penistaan Agama. Termasuk juga upaya mereka memanfaatkan Gus
Dur untuk membatalkan TAP MPRS No XXV/MPRS/ 1966 soal PKI,
tetapi kan usaha mereka kandas. Sebetulnya kandasnya mereka
bukan hanya karena perjuangan FPI, tetapi semua ormas Islam.
Cuma karena FPI dianggap terlalu fulgar, mungkin lebih
meninjau atau mungkin konfrontasinya lebih terbuka, sehingga
mereka melihat FPI sebagai musuh utama. Jadi kelompok liberal
ini masuk dalam konspirasi tersebut.
Ketiga, kelompok Kristen radikal. Radikalisme ada di semua
kelompok. Kelompok Kristen radikal mempunyai catatan
tersendiri terhadap laskar-laskar Islam, mulai dari peristiwa
Ambon hingga Poso. Dimana salah satu diantaranya adalah FPI.
Ditambah lagi gerakan Kristen radikal ini yang mencoba
mendirikan gereja-gereja liar di berbagai tempat. Jadi bukan
geraja resmi yang mempunyai ijin resmi dan sesuai dengan
peruntukannya, no problem. Markas FPI di Petamburan Jakarta
Pusat ini sekitarnya ada 5 gereja, hubungannya dengan FPI saat
ini baik-baik saja. Bahkan para pendetanya suka sowan kemari
dan kita diskusi, no problem. Kenapa, karena gereja-gereja ini
resmi punya ijin dan sesuai dengan peruntukannya. Sementara
kalau ruko jadi gereja, kan lain cerita. Berarti peruntukannya
untuk rumah tinggal dan toko, kok tiba-tiba berubah jadi
gereja.
Sebetulnya penutupan gereja-gereja liar ini merupakan gerakan
masyarakat, tetapi lagi-lagi FPI yang dituduh. Mungkin dalam
gerakan tersebut ada warga FPI yang ikut bersama masyarakat.
FPI kan sekarang dimana-mana ada, warganya juga dimana-mana
ada. Tidak selalu perbuatan mereka mengatasnamakan organisasi
FPI. Ada kalanya mereka bergerak atas nama organisasi tetapi
ada kalanya atas nama masyarakat, jadi mereka tidak sendiri.
Kalau mereka bersama masyarakat setempat, jangan salahkan FPI.
Tetapi walau bagaimanapun juga, keterlibatan warga yang
berafiliasi kepada FPI ini akhirnya membuat FPI terseret juga,
Sehingga bagi kelompok Kristen radikal, FPI menjadi musuh
utamanya. Jadi ada kelompok mafia yang merasa bisnis haramnya
terganggu, ada kelompok liberal yang aqidah sesatnya juga
terganggu dan ada kelompok Kristen radikal yang gerakan
Kristenisasinya juga terganggu.
Keempat, adanya konspirasi politik. Kelompok-kelompok politik
melihat banyak kepentingan politik mereka yang terganggu
dengan gerakan-gerakan ormas Islam. Sekarang ada konspirasi,
dimana kelompok politik ingin mengoalkan suatu UU, tiba-tiba
UU ini berbenturan dengan Syariat Islam. Secara otomatis akan
berhadapan dengan gerakan Islam dan salah satunya adalah FPI.
Mungkin dimata mereka FPI dilihat terlalu fulgar melakukan
konfrontasi, sehingga dianggap menganggu agenda politik
mereka. Jadi konspirasi antara kelompok mafia, liberal,
Kristen radikal dan politik. Mereka bersatu untuk menjadikan
FPI sebagai musuh bersama.
Berarti mereka mencari momentum yang tepat untuk membubarkan
FPI?
Akhirnya mereka mencoba mencari momentum untuk pembubaran FPI.
Momentum apa saja yang mereka dapat, apakah momentum peristiwa
Depok, dimana ada kontes waria yang dibubarkan warga yang
didalamnya juga ada FPI. Bagaimana dengan peristiwa Bekasi,
dimana ada patung yang dirubuhkan, walaupun sebetulnya yang
merubuhkan patung adalah Walikota Bekasi, bukan FPI atas
desakan masyarakat. Tetapi di media massa yang dituduh kan
FPI.
Kenapa peristiwa Banyuwangi dianggap momentum, karena memang
lebih dahsyat daripada Bekasi, Singkawang dan Depok.
Persoalannya ada tiga anggota DPR RI yang katanya sedang
melakuan kunjungan kerja. Artinya, kalau melibatkan anggota
DPR RI berarti bersingungan dengan lembaga tinggi negara. Ini
berarti bisa dikatakan subversib kalau membubarkan acara
negara. Meraka lihat ini momentum penting untuk dibenturkan
dengan berita FPI telah membubarkan kunjungan kerja anggota
DPR RI dan FPI mengusir anggota DPR RI.
Peristiwa Banyuwangi mereka jadikan momentum untuk membubarkan
FPI. Cuma mereka kecelek, mereka salah fakta, karena ternyata
di Banyuwangi, subhanallah nasrullah. Tepatnya pada 25 April
2010 lalu, DPW FPI Banyuwangi dibekukan karena ada konflik
internal diantara mereka yang terkait Pilkada. Kemudian sikap
politik dari para pengurus FPI berbeda, yang membuat mereka
ada sedikit konflik. Kemudian kita tugaskan Sekjen FPI untuk
menyelesaikannya dan akhirnya disepakati supaya tidak ada
fihak yang dimenangkan dan dikalahkan, maka dibekukan dulu.
Berarti, kalau sudah dibekukan tidak boleh ada pergerakan
apapun atas nama FPI. Tahu-tahu mereka mengkaitkannya dengan
FPI, kan salah fakta dan mereka kecelek. Pada peristiwa ini
kan tidak ada yang memakai seragam FPI. Jadi kesimpulannya,
mereka salah fakta. Mereka sudah ramai-ramai ingin membubarkan
FPI, ternyata salah fakta.
Begitu Munarman, Ustad Awit dan Ustad Khathath tampil di
televisi, dengan debat terbuka dan kita ungkapkan fakta-
faktanya, akhirnya mereka malu sendiri. Karena mereka malu,
maka mereka lari ke berbagai peristiwa sebelumnya seperti
insiden Monas. Sekarang semua film yang ditayangkan Metro TV,
RCTI atau televisi swasta lainnya, itu peristiwa yang sudah
diadili, sudah divonis dan pelakunya sudah dipenjara, artinya
sudah inkracht dan sudah selesai. Tidak ada satu persoalan
hukum yang diadili sampai dua kali. Kalau persoalan hukumnya
telah selesai, kok televisi mengadili lagi. Pengadilan saja
tidak berhak untuk mengadili lagi, apalagi televise. Jadi
kesimpulannya, mereka kecelek.
Mengapa selama ini media massa terutama televisi dan koran
selalu memojokkan FPI, bagaimana tanggapan Habib?
Kalau media massa memojokkan FPI, memang ada beberapa asumsi.
Pertama, kelompok-kelompok yang memusuhi FPI adalah kelompok
beruang seperti kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan
kelompok politik. Meraka bisa dengan mudah untuk memberi
siaran televisi. Jadi ini hanya persoalan duit, siapa yang
bisa bayar itu yang mereka beritakan dengan senang hati.
Saya kasih contoh, pada saat Ustad Awit tampil di salah satu
televisi dengan menyerahkan salah satu film ceramah Ribka
Tjiptaning di Banyuwangi, mereka kita tantang untuk berani
setel ini karena isinya soal PKI, ternyata mereka tidak
berani. Adapun yang disetel lagi ribut-ributnya. Tetapi
ceramah Ribka soal PKI di Banyuwangi selama 20 menit, kok
tidak berani mereka setel. Apa karena FPI tidak bayar, kalau
disuruh bayar nanti dulu. Tadi itu asumsi pertama, tetapi
indikasinya kan kuat siapa punya duit bisa menguasai media
massa.
Kedua, jangan lupa, hampir semua stasiun televisi tidak ada
yang luput dari protes FPI. Hampir semua televisi pernah
didemo oleh FPI. Biasalah, mungkin mereka tersinggung karena
pernah didemo FPI. Jadi mereka enggan untuk menyiarkan berita
-berita yang menurut mereka dapat mengangkat citra FPI. Jadi
sepertinya ada sakit hati dan dendam kepada FPI yang pernah
mendemo mereka. FPI tidak peduli kalau mereka salah kita demo.
Metro TV, SCTV, RCTI dan Indosiar pernah kita demo, bahkan
TVRI pernah kita demo. Televisi mana yang tidak pernah kita
demo. FPI tidak peduli mendemo televisi, yang penting kalau
salah ya kita protes. FPI tidak peduli apakah beritanya akan
dimuat atau tidak dimuat di televisi. Itu asumsi kedua,
artinya indikasinya kan ada.
Ketiga, ini yang paling kuat. Sesuai dengan dokumen Rand
Corporation, disitu ditulis donasi-donasi AS dan sekutunya
memang berupaya dengan segala kekuatan finansialnya untuk
membeli media massa. Paling tidak, kalau tidak beli ya mereka
kuasai. Itu memang ada dalam Rand Corporation, itu artinya
terperinci betul. Adapun yang menarik disitu juga disebutkan,
kalau ada perbuatan-perbuatan yang menaikkan citra yang
dilakukan kelompok Islam manapun tidak boleh dimuat. Bukan
hanya FPI, tetapi kelompok Islam manapun. Sebaliknya, kalau
ada perbuatan-perbuatan yang sekiranya dapat menurunkan citra
kelompok Islam, maka harus dimuat dan harus diulang-ulang.
Makanya jangan kaget, kita bisa lihat acara di Metro TV dan
SCTV, peristiwa penyerangan tempat biliar yang dijadikan ajang
judi oleh laskar FPI tahun 2002 atau sudah 8 tahun lalu.
Tetapi film itu selalu diulang, kadang-kadang kalau diulang
seperti peristiwa Banyuwangi filmnya selalu diulang. Berarti
apa yang dilakukan SCTV dan Metro TV serta beberapa televisi
lain sesuai dengan dokumen Rand Corporation. Bukan saya
mencoba mengkait-kaitkan, tetapi faktanya memang begitu.
Apa isi dokumen Rand Corporation?
Dalam dokumen itu juga disebutkan, kalau kelompok-kelompok
Islam yang mereka anggap sebagai musuh, kalau menyebutkan
identitas cukup nama saja, tidak perlu disebut titelnya
seperti Prof Dr dan sebagainya. Kalau Kyai Haji dan Habib
jangan disebut KH dan Habibnya. Kalau Ustad jangan disebut
ustadnya, pokoknya disebut namanya saja. Tetapi sebaliknya,
kalau kelompok yang mendukung mereka harus disebut dengan
lengkap titelnya, seperti Prof, Dr, PhD, MA, MSc dan
sebagainya, itu tertulis dalam dokumen Rand Corporation. Jadi
dengan demikian, ini memang grand design mereka. Jadi tidak
perlu kaget dan ini tidak akan menjadi yang terakhir. Besok
pasti mereka akan mencari lagi momentum untuk membubarkan FPI,
dan itu akan terus berlangsung sampai mereka berhasil
membubarkan FPI. Kita harapkan sekarang gerakan Islam semakin
merapatkan barisan dan memperkokoh ukhuwan Islamiyah, karena
sebetulnya yang ditarget itu bukan hanya FPI saja tetapi semua
gerakan Islam. Mungkin FPI dianggap sebagai pintu gerbangnya
untuk dibobol terlebih dahulu.
Apa kerugian yang akan dialami bangsa Indonesia seandainya FPI
sampai dibubarkan?
Secara pribadi kalau FPI dibubarkan tidak ada masalah. Kalau
hari ini Front Pembela Islam dibubarkan, maka besok akan saya
bikin Front Pecinta Islam. Dengan singkatan yang sama,
pengurus yang sama, gerakan yang sama dan wajah yang sama
pula, kan UU tidak melarang. Jadi saya tidak pernah pusing
dengan pembubaran. Nanti kalau Front Pecinta Islam juga
dibubarkan, maka akan saya bentuk Front Penyelamat Islam. Jadi
mengapa pusing-pusing, saya tidak pernah pusing mengenai
pembubaran ini, tidur saya tetap nyenyak.
Jadi saya bicara pribadi, artinya yang ingin saya tekankan,
ada FPI atau tidak ada FPI amar makruf nahi mungkar tetap
wajib dijalankan. Ada FPI atau tidak ada FPI, perjuangan para
kader FPI yang ada dimana saja tetap berjalan. Artinya, saya
dan kawan-kawan yang ada di FPI tidak pernah menjadikan FPI
sebagai tujuan perjuangan. Kita selalu mengingatkan, FPI cuma
kendaraan. Jadi kalau kendaraan ini rusak ditengah jalau atau
dibakar orang atau dicuri orang atau kendaraan terbalik dan
tidak bisa dipakai lagi, kita ganti kendaraan yang lain.
Kenapa susah-susah amat karena FPI bukan tujuan. Tujuan kita
hanya mencari ridha Allah, tujuan kita liilai kalimatillah
subhanahu wa taala. Jadi bukan tujuan kita mencitrakan FPI,
membaguskan FPI, membesarkan FPI. Itu hanya proses perjuangan,
tujuannya liilai kalimatillah subhanahu wa taala.
Itu yang secara pribadi saya melihat wacana pembubaran FPI,
bahkan saya katakan bukan wacana lagi. Sebab ini sudah
merupakan gerakan sistimatis yang dilakukan musuh-musuh Islam
untuk membubarkan FPI. Tetapi memang kalau kita bicara secara
umum buat masyarakat kasihan. Kalau ormas Islam bukan hanya
FPI yang concern terhadap amar makruf nahi mungkar terhadap
penegakan keadilan melawan kedholiman. Kalau yang seperti ini
sampai dibubarkan, kasihan umat Islam itu sendiri. Artinya
kekuatan mereka semakin lemah, kekuatan pembelaan mereka
semakin surut. Bahkan kita khawatirkan begitu ada ormas Islam
semacam FPI yang dibubarkan, jangan-jangan nanti ada
masyarakat yang takut untuk berjuang. Itu yang kita
khawatirkan. Artinya mereka nanti akan menjadikan proyek
percontohan. Jangan keras-keras, nanti nasibnya akan seperti
FPI. Nanti kita jadi takut melawan kedholiman, kemungkaran,
mafia, bajingan dan takut melawan okum pejabat yang bejat
akhlaknya, ini berbahaya. Jadi kalau ada pembubaran suatu
ormas Islam, ini kan melemahkan semangat juang umat Islam
Indonesia. Walaupun secara pribadi kita tidak akan kendor,
walaupun dibubarkan sepuluh kalipun kita tetap akan berjuang.
Tetapi umat yang awam kan tidak begitu fikirannya.
Jadi kalau FPI dibubarkan, berarti akan mengulang sejarah
ketika Soekarno meminta Masyumi membubarkan diri atau
dibubarkan tahun 1960 lalu?
Kalau kita kembali kepada sejarah Sukarno, ini kan sejarah
yang sangat ironis. Tatkala Masyumi dituduh terlibat dalam
PRRI, ini kan tuduhan dan firtnah, Masyumi kemudian
dibubarkan. Tetapi begitu PKI yang nyata-nyata berkhianat,
Sukarno tidak membubarkannya. Ini fakta sejarah, ada apa ?
Seharusnya Sukarno bersikap adil. Kalau Masyumi dibubarkan,
PKI yang terlibat pemberontakan G30S seharusnya dibubarkan.
Ini lebih berbahaya, tetapi nyatanya tidak dibubarkan Sukarno.
Sejak zaman kemerdekaan, terjadi pergulatan apakah itu
ideologi, pertempuran fisik antara kelompok Islam dengan
sekuler. Jadi kelompok sekuler ini memang selalu ingin menang
sendiri. Jadi segala yang jelek dari sekuler mereka maklumi,
tetapi apapun yang kelihatannya jelek dari kelompok Islam,
kalaupun tidak jelek mereka jelek-jelekkan. Itu akan dijadikan
mereka alasan untuk penghancuran.
Sekarang kalau kita bicara soal pembubaran, kita lihat
alasannya. Apa alasan mereka ingin membubarkan FPI, karena FPI
melakukan sejumlah kekerasan. Saya tidak ingin membela diri.
Katakanlah benar FPI melakuan kekerasan, itupun kekerasan
harus kita diskusikan dulu. Apa betul itu kekerasan, apa betul
itu kekerasan struktural yang dilakukan secara organisatoris
atau bagaimana. Itu masih perlu diskusi dan pembuktian dulu,
andaikata FPI dituduh keras dan musti dibubarkan. Pertanyaan
kita, bagaimana dengan berbagai kekerasan yang dilakukan
partai politik. Berbagai pilkada di daerah sejak reformasi
hingga sekarang ini selalu diwarnai kekerasan. Ada pembunuhan,
pembakaran gedung pemerintana, pembakaran mobil, pembakaran
pom bensin, luar biasa. Itu yang tidak pernah dilakukan FPI.
FPI tidak pernah bakar gedung pemerintah, FPI tidak pernah
membunuh Ketua DPRD, ini kan massa partai.
Kalau FPI dibubarkan, Parpol harus juga dibubarkan?
Jadi kalau massa FPI melakukan kekerasan FPI nya harus
dibubarkan, maka logikanya kalau massa partai melakuan
kekerasan, maka partainya harus juga dibubarkan. Sekarang
massa PDIP, PKB dan Demokrat melakukan kekerasan. Kalau begitu
PDIP, PKB dan Demokrat harus dibubarkan. Ini kalau kita
memakai logika pembubaran. Jadi tidaklah adil jika ada massa
FPI melakukan kekerasan maka FPI dibubarkan. Tetapi kalau
massa partai yang melakukan kekerasan, partainya tidak
dibubarkan, enak betul ! Memang yang punya negara ini partai !
Kekerasan yang dilakukan massa partai lebih dahsyat, lebih
keras bahkan biadab. Masak Ketua DPRD Sumatera Utara sampai
dibunuh di dalam Gedung DPRD. Pembakaran gedung kabupaten
seperti di Tuban dan pembakaran mobil di Mojokerto. Apa ada
aksi FPI semacam itu. Apa ada massa FPI seperti itu. FPI
paling-paling memakai pentungan. Adapun yang dirusak cuma kaca
biliar dan tidak lebih dari itu. Ini kalau kita bicara fakta.
Kalau pemerintah ingin membubarkan FPI, maka PDIP, PKB,
Demokrat dan Golkar juga dibubarkan, jadi sama-sama bubar,
termasuk negara ini juga bubar.
Selama ini kelompok liberal ingin membenturkan FPI dengan
massa Gus Dur dan sekarang PDIP, tetapi usaha mereka selalu
gagal?
Kelompok liberal ini tidak mempunyai massa, tidak mempunyai
grass-roots. Mereka antek Barat dan hanya mampu membuat LSM-
LSM komprador. Mereka dibantu dengan bantuan asing, ini mereka
sendiri yang mengakuinya. Kalau kita ingin bicara jujur, FPI
ingin dibubarkan karena melangar UU No. 8 Tahun 1985 tentang
Keormasan. Sekarang salah satu larangan dalam UU Keormasan
adalah menerima bantua luar negeri atau asing. LSM yang dibuat
kelompok liberal, semuanya menerima bantuan asing. Bubarkan
meraka dulu, FPI sudah siap untuk dibubarkan. Jadi kita bubar
-bubaran, mereka ini tidak bercermin. Jadi kalau ada pepatah
mengatakan kuman disebarang lautan tampak, gajah di pelupuk
mata tak tampak. Kesalahan FPI yang kecil jauh mereka lihat,
tetapi kesalahan mereka yang besar dalam diri mereka sendiri,
tidak mereka lihat.
Kelompok liberal memang tidak punya massa. Masyarakat mana
yang mau jadi antek asing. Serendah-rendahnya pendidikan,
pemikiran, status sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia,
secara umum mereka masih mempunyai ras cinta tanah air, cinta
bangsa dan negara. Mereka tidak mau menjual negaranya untuk
orang asing. Sehingga kelompok liberal tidak mendapatkan
tempat di tengah masyarakat dan mereka tidak mempunyai
kekuatan grass-roots. Adapun yang mempunyai kekuatan grass-
roots di Indopnesia seperti NU dan Muhammadiyah. Kalau partai
politik seperti PDIP yang mengakar ke bawah.
Kelompok liberal melihat FPI sebagai ancaman dan FPI mempunyai
kekuatan grass-roots kebawah. Bagaimana cara untuk menghadapi
FPI, mereka berusaha untuk menunganggi NU tetapi tidka
berhasil. Karena waktu itu Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, beliau
dikenal orang baik, cerdas dan tidak bisa ditunggangi oleh
Ulil dan kawan-kawan. Karena itu ketika tersiar kabar di
beberapa daerah terjadi konflik antara massa FPI dengan NU, KH
Hasyim Muzadi langsung klarifikasi. Itu ternyata bukan NU,
tetapi massa preman yang dibayar suatu kelompok dan dipakaikan
baju NU. Akhirnya kebongkar semua dan mereka cuma ingin
mengadu domba.
Dikabarkan ada seorang tokoh yang kirim Banser palsu ke
Pengadilan, tetapi ternyata itu preman yang diberi baju
Banser. Padahala Banser sendiri tidak tahu menahu. Berbagai
cara kotor seperti ini dilakukan kelompok liberal. Karena Gus
Dur sudah meninggal dunia dan mereka menunganggi NU sudah
tidak ada pintunya, maka sekarang mereka mencoba menunganggi
PDIP. Kebetulan ada kasus Banyuwangi PDIP sedang marah, maka
masuk Ulil ngipasin PDIP. Kebetulan Ulil pengurus Partai
Demokrat. Maka kita sampaikan informasi itu ke PDIP, apa anda
mau ditunganggi sama Partai Demokrat dan diadu dengan FPI,
sehingga PDIP jadi mawas diri. mnh/Abdul Halim/suara-islam.com
Ada 4 golonganyg ingin FPI dibubarkan
oleh DaGreat BankeiDzar (Catatan) pada 15 Juli 2010 pukul 6:11
Sejak tahun 2006, FPI berusaha diadu domba dan difitnah, agar
pemerintah memiliki dalih untuk membubarkan FPI. FPI berusaha
dibenturkan dengan Banser dan terakhir dengan Satgas PDIP.
Namun perilaku jahat kelompok Liberalis itu selalu mengalami
kegagalan. Terakhir pada peristiwa Banyuwangi (24/6) lalu,
dimana FPI difitnah akan membubarkan sosialisasi kesehatan
yang dilakukan tiga anggota DPR RI.
Berikut ini wawancara dengan Ketua Umum DPP FPI, Habib Rizieq
Syihab, seputar konspirasi jahat untuk membubarkan FPI. Jika
sampai berhasil, maka akan menjadi langkah awal untuk
membubarkan ormas-ormas Islam di Indonesia yang dinilai keras
menentang kezholiman dan ketidakadilan.
Apakah ada konspirasi untuk membubarkan Front Pembela Islam
(FPI) pasca peristiwa Banyuwangi atau sebelumnya?
Sebetulnya konspirasi sejumlah pihak untuk pembubaran FPI
sudah berlangsung sejak lama. Kita juga sudah mengidentifikasi
pihak-pihak yang melakukan konspirasi untuk membubarkan FPI.
Pertama, kelompok mafia, yang memang selama ini FPI dianggap
sebagai momok yang sangat menakutkan sekaligus menganggu
bisnis haram mereka. Adapun yang saya maksud mafia disini,
apakah mereka yang terlibat dalam sindikat narkoba, film-film
porno, perjudian, pelacuran dan sebagainya. Ini semua sudah
menjadi sindikat dan bukan kejahatan biasa, sementara FPI
sejak lahir sangat concern dalam persoalan tersebut. FPI
banyak mengungkap, menguak bahkan memejahijaukan mereka
sehingga sudah jelas mana kelompok mafia ini menjadikan FPI
sebagai musuh. Mereka mempunyai kepentingan untuk membubarkan
FPI.
Kedua, yang masuk dalam konspirasi adalah kelompok liberal.
Karena mereka melihat FPI secara fulgar melakukan konfrontasi
terhadap gerakan-gerakan kaum liberal. Artinya FPI tidak lagi
sembunyi-sembunyi bahkan perang pemikiran maupun perang di
lapangan sekalipun. Karena kalau kita lihat peristiwa
perjuangan RUU Pornografi dan Pornoaksi, bagaimana kelompok
liberal memanfaatkan preman-preman untuk menyerang posko FPI
di berbagai daerah. Jadi artinya mulai perang pemikiran sampai
perang otot. Belakangan kita lihat banyak usaha kaum liberal
yang kandas, apakah itu judicial review UU Pornografi, UU
Penistaan Agama. Termasuk juga upaya mereka memanfaatkan Gus
Dur untuk membatalkan TAP MPRS No XXV/MPRS/ 1966 soal PKI,
tetapi kan usaha mereka kandas. Sebetulnya kandasnya mereka
bukan hanya karena perjuangan FPI, tetapi semua ormas Islam.
Cuma karena FPI dianggap terlalu fulgar, mungkin lebih
meninjau atau mungkin konfrontasinya lebih terbuka, sehingga
mereka melihat FPI sebagai musuh utama. Jadi kelompok liberal
ini masuk dalam konspirasi tersebut.
Ketiga, kelompok Kristen radikal. Radikalisme ada di semua
kelompok. Kelompok Kristen radikal mempunyai catatan
tersendiri terhadap laskar-laskar Islam, mulai dari peristiwa
Ambon hingga Poso. Dimana salah satu diantaranya adalah FPI.
Ditambah lagi gerakan Kristen radikal ini yang mencoba
mendirikan gereja-gereja liar di berbagai tempat. Jadi bukan
geraja resmi yang mempunyai ijin resmi dan sesuai dengan
peruntukannya, no problem. Markas FPI di Petamburan Jakarta
Pusat ini sekitarnya ada 5 gereja, hubungannya dengan FPI saat
ini baik-baik saja. Bahkan para pendetanya suka sowan kemari
dan kita diskusi, no problem. Kenapa, karena gereja-gereja ini
resmi punya ijin dan sesuai dengan peruntukannya. Sementara
kalau ruko jadi gereja, kan lain cerita. Berarti peruntukannya
untuk rumah tinggal dan toko, kok tiba-tiba berubah jadi
gereja.
Sebetulnya penutupan gereja-gereja liar ini merupakan gerakan
masyarakat, tetapi lagi-lagi FPI yang dituduh. Mungkin dalam
gerakan tersebut ada warga FPI yang ikut bersama masyarakat.
FPI kan sekarang dimana-mana ada, warganya juga dimana-mana
ada. Tidak selalu perbuatan mereka mengatasnamakan organisasi
FPI. Ada kalanya mereka bergerak atas nama organisasi tetapi
ada kalanya atas nama masyarakat, jadi mereka tidak sendiri.
Kalau mereka bersama masyarakat setempat, jangan salahkan FPI.
Tetapi walau bagaimanapun juga, keterlibatan warga yang
berafiliasi kepada FPI ini akhirnya membuat FPI terseret juga,
Sehingga bagi kelompok Kristen radikal, FPI menjadi musuh
utamanya. Jadi ada kelompok mafia yang merasa bisnis haramnya
terganggu, ada kelompok liberal yang aqidah sesatnya juga
terganggu dan ada kelompok Kristen radikal yang gerakan
Kristenisasinya juga terganggu.
Keempat, adanya konspirasi politik. Kelompok-kelompok politik
melihat banyak kepentingan politik mereka yang terganggu
dengan gerakan-gerakan ormas Islam. Sekarang ada konspirasi,
dimana kelompok politik ingin mengoalkan suatu UU, tiba-tiba
UU ini berbenturan dengan Syariat Islam. Secara otomatis akan
berhadapan dengan gerakan Islam dan salah satunya adalah FPI.
Mungkin dimata mereka FPI dilihat terlalu fulgar melakukan
konfrontasi, sehingga dianggap menganggu agenda politik
mereka. Jadi konspirasi antara kelompok mafia, liberal,
Kristen radikal dan politik. Mereka bersatu untuk menjadikan
FPI sebagai musuh bersama.
Berarti mereka mencari momentum yang tepat untuk membubarkan
FPI?
Akhirnya mereka mencoba mencari momentum untuk pembubaran FPI.
Momentum apa saja yang mereka dapat, apakah momentum peristiwa
Depok, dimana ada kontes waria yang dibubarkan warga yang
didalamnya juga ada FPI. Bagaimana dengan peristiwa Bekasi,
dimana ada patung yang dirubuhkan, walaupun sebetulnya yang
merubuhkan patung adalah Walikota Bekasi, bukan FPI atas
desakan masyarakat. Tetapi di media massa yang dituduh kan
FPI.
Kenapa peristiwa Banyuwangi dianggap momentum, karena memang
lebih dahsyat daripada Bekasi, Singkawang dan Depok.
Persoalannya ada tiga anggota DPR RI yang katanya sedang
melakuan kunjungan kerja. Artinya, kalau melibatkan anggota
DPR RI berarti bersingungan dengan lembaga tinggi negara. Ini
berarti bisa dikatakan subversib kalau membubarkan acara
negara. Meraka lihat ini momentum penting untuk dibenturkan
dengan berita FPI telah membubarkan kunjungan kerja anggota
DPR RI dan FPI mengusir anggota DPR RI.
Peristiwa Banyuwangi mereka jadikan momentum untuk membubarkan
FPI. Cuma mereka kecelek, mereka salah fakta, karena ternyata
di Banyuwangi, subhanallah nasrullah. Tepatnya pada 25 April
2010 lalu, DPW FPI Banyuwangi dibekukan karena ada konflik
internal diantara mereka yang terkait Pilkada. Kemudian sikap
politik dari para pengurus FPI berbeda, yang membuat mereka
ada sedikit konflik. Kemudian kita tugaskan Sekjen FPI untuk
menyelesaikannya dan akhirnya disepakati supaya tidak ada
fihak yang dimenangkan dan dikalahkan, maka dibekukan dulu.
Berarti, kalau sudah dibekukan tidak boleh ada pergerakan
apapun atas nama FPI. Tahu-tahu mereka mengkaitkannya dengan
FPI, kan salah fakta dan mereka kecelek. Pada peristiwa ini
kan tidak ada yang memakai seragam FPI. Jadi kesimpulannya,
mereka salah fakta. Mereka sudah ramai-ramai ingin membubarkan
FPI, ternyata salah fakta.
Begitu Munarman, Ustad Awit dan Ustad Khathath tampil di
televisi, dengan debat terbuka dan kita ungkapkan fakta-
faktanya, akhirnya mereka malu sendiri. Karena mereka malu,
maka mereka lari ke berbagai peristiwa sebelumnya seperti
insiden Monas. Sekarang semua film yang ditayangkan Metro TV,
RCTI atau televisi swasta lainnya, itu peristiwa yang sudah
diadili, sudah divonis dan pelakunya sudah dipenjara, artinya
sudah inkracht dan sudah selesai. Tidak ada satu persoalan
hukum yang diadili sampai dua kali. Kalau persoalan hukumnya
telah selesai, kok televisi mengadili lagi. Pengadilan saja
tidak berhak untuk mengadili lagi, apalagi televise. Jadi
kesimpulannya, mereka kecelek.
Mengapa selama ini media massa terutama televisi dan koran
selalu memojokkan FPI, bagaimana tanggapan Habib?
Kalau media massa memojokkan FPI, memang ada beberapa asumsi.
Pertama, kelompok-kelompok yang memusuhi FPI adalah kelompok
beruang seperti kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan
kelompok politik. Meraka bisa dengan mudah untuk memberi
siaran televisi. Jadi ini hanya persoalan duit, siapa yang
bisa bayar itu yang mereka beritakan dengan senang hati.
Saya kasih contoh, pada saat Ustad Awit tampil di salah satu
televisi dengan menyerahkan salah satu film ceramah Ribka
Tjiptaning di Banyuwangi, mereka kita tantang untuk berani
setel ini karena isinya soal PKI, ternyata mereka tidak
berani. Adapun yang disetel lagi ribut-ributnya. Tetapi
ceramah Ribka soal PKI di Banyuwangi selama 20 menit, kok
tidak berani mereka setel. Apa karena FPI tidak bayar, kalau
disuruh bayar nanti dulu. Tadi itu asumsi pertama, tetapi
indikasinya kan kuat siapa punya duit bisa menguasai media
massa.
Kedua, jangan lupa, hampir semua stasiun televisi tidak ada
yang luput dari protes FPI. Hampir semua televisi pernah
didemo oleh FPI. Biasalah, mungkin mereka tersinggung karena
pernah didemo FPI. Jadi mereka enggan untuk menyiarkan berita
-berita yang menurut mereka dapat mengangkat citra FPI. Jadi
sepertinya ada sakit hati dan dendam kepada FPI yang pernah
mendemo mereka. FPI tidak peduli kalau mereka salah kita demo.
Metro TV, SCTV, RCTI dan Indosiar pernah kita demo, bahkan
TVRI pernah kita demo. Televisi mana yang tidak pernah kita
demo. FPI tidak peduli mendemo televisi, yang penting kalau
salah ya kita protes. FPI tidak peduli apakah beritanya akan
dimuat atau tidak dimuat di televisi. Itu asumsi kedua,
artinya indikasinya kan ada.
Ketiga, ini yang paling kuat. Sesuai dengan dokumen Rand
Corporation, disitu ditulis donasi-donasi AS dan sekutunya
memang berupaya dengan segala kekuatan finansialnya untuk
membeli media massa. Paling tidak, kalau tidak beli ya mereka
kuasai. Itu memang ada dalam Rand Corporation, itu artinya
terperinci betul. Adapun yang menarik disitu juga disebutkan,
kalau ada perbuatan-perbuatan yang menaikkan citra yang
dilakukan kelompok Islam manapun tidak boleh dimuat. Bukan
hanya FPI, tetapi kelompok Islam manapun. Sebaliknya, kalau
ada perbuatan-perbuatan yang sekiranya dapat menurunkan citra
kelompok Islam, maka harus dimuat dan harus diulang-ulang.
Makanya jangan kaget, kita bisa lihat acara di Metro TV dan
SCTV, peristiwa penyerangan tempat biliar yang dijadikan ajang
judi oleh laskar FPI tahun 2002 atau sudah 8 tahun lalu.
Tetapi film itu selalu diulang, kadang-kadang kalau diulang
seperti peristiwa Banyuwangi filmnya selalu diulang. Berarti
apa yang dilakukan SCTV dan Metro TV serta beberapa televisi
lain sesuai dengan dokumen Rand Corporation. Bukan saya
mencoba mengkait-kaitkan, tetapi faktanya memang begitu.
Apa isi dokumen Rand Corporation?
Dalam dokumen itu juga disebutkan, kalau kelompok-kelompok
Islam yang mereka anggap sebagai musuh, kalau menyebutkan
identitas cukup nama saja, tidak perlu disebut titelnya
seperti Prof Dr dan sebagainya. Kalau Kyai Haji dan Habib
jangan disebut KH dan Habibnya. Kalau Ustad jangan disebut
ustadnya, pokoknya disebut namanya saja. Tetapi sebaliknya,
kalau kelompok yang mendukung mereka harus disebut dengan
lengkap titelnya, seperti Prof, Dr, PhD, MA, MSc dan
sebagainya, itu tertulis dalam dokumen Rand Corporation. Jadi
dengan demikian, ini memang grand design mereka. Jadi tidak
perlu kaget dan ini tidak akan menjadi yang terakhir. Besok
pasti mereka akan mencari lagi momentum untuk membubarkan FPI,
dan itu akan terus berlangsung sampai mereka berhasil
membubarkan FPI. Kita harapkan sekarang gerakan Islam semakin
merapatkan barisan dan memperkokoh ukhuwan Islamiyah, karena
sebetulnya yang ditarget itu bukan hanya FPI saja tetapi semua
gerakan Islam. Mungkin FPI dianggap sebagai pintu gerbangnya
untuk dibobol terlebih dahulu.
Apa kerugian yang akan dialami bangsa Indonesia seandainya FPI
sampai dibubarkan?
Secara pribadi kalau FPI dibubarkan tidak ada masalah. Kalau
hari ini Front Pembela Islam dibubarkan, maka besok akan saya
bikin Front Pecinta Islam. Dengan singkatan yang sama,
pengurus yang sama, gerakan yang sama dan wajah yang sama
pula, kan UU tidak melarang. Jadi saya tidak pernah pusing
dengan pembubaran. Nanti kalau Front Pecinta Islam juga
dibubarkan, maka akan saya bentuk Front Penyelamat Islam. Jadi
mengapa pusing-pusing, saya tidak pernah pusing mengenai
pembubaran ini, tidur saya tetap nyenyak.
Jadi saya bicara pribadi, artinya yang ingin saya tekankan,
ada FPI atau tidak ada FPI amar makruf nahi mungkar tetap
wajib dijalankan. Ada FPI atau tidak ada FPI, perjuangan para
kader FPI yang ada dimana saja tetap berjalan. Artinya, saya
dan kawan-kawan yang ada di FPI tidak pernah menjadikan FPI
sebagai tujuan perjuangan. Kita selalu mengingatkan, FPI cuma
kendaraan. Jadi kalau kendaraan ini rusak ditengah jalau atau
dibakar orang atau dicuri orang atau kendaraan terbalik dan
tidak bisa dipakai lagi, kita ganti kendaraan yang lain.
Kenapa susah-susah amat karena FPI bukan tujuan. Tujuan kita
hanya mencari ridha Allah, tujuan kita liilai kalimatillah
subhanahu wa taala. Jadi bukan tujuan kita mencitrakan FPI,
membaguskan FPI, membesarkan FPI. Itu hanya proses perjuangan,
tujuannya liilai kalimatillah subhanahu wa taala.
Itu yang secara pribadi saya melihat wacana pembubaran FPI,
bahkan saya katakan bukan wacana lagi. Sebab ini sudah
merupakan gerakan sistimatis yang dilakukan musuh-musuh Islam
untuk membubarkan FPI. Tetapi memang kalau kita bicara secara
umum buat masyarakat kasihan. Kalau ormas Islam bukan hanya
FPI yang concern terhadap amar makruf nahi mungkar terhadap
penegakan keadilan melawan kedholiman. Kalau yang seperti ini
sampai dibubarkan, kasihan umat Islam itu sendiri. Artinya
kekuatan mereka semakin lemah, kekuatan pembelaan mereka
semakin surut. Bahkan kita khawatirkan begitu ada ormas Islam
semacam FPI yang dibubarkan, jangan-jangan nanti ada
masyarakat yang takut untuk berjuang. Itu yang kita
khawatirkan. Artinya mereka nanti akan menjadikan proyek
percontohan. Jangan keras-keras, nanti nasibnya akan seperti
FPI. Nanti kita jadi takut melawan kedholiman, kemungkaran,
mafia, bajingan dan takut melawan okum pejabat yang bejat
akhlaknya, ini berbahaya. Jadi kalau ada pembubaran suatu
ormas Islam, ini kan melemahkan semangat juang umat Islam
Indonesia. Walaupun secara pribadi kita tidak akan kendor,
walaupun dibubarkan sepuluh kalipun kita tetap akan berjuang.
Tetapi umat yang awam kan tidak begitu fikirannya.
Jadi kalau FPI dibubarkan, berarti akan mengulang sejarah
ketika Soekarno meminta Masyumi membubarkan diri atau
dibubarkan tahun 1960 lalu?
Kalau kita kembali kepada sejarah Sukarno, ini kan sejarah
yang sangat ironis. Tatkala Masyumi dituduh terlibat dalam
PRRI, ini kan tuduhan dan firtnah, Masyumi kemudian
dibubarkan. Tetapi begitu PKI yang nyata-nyata berkhianat,
Sukarno tidak membubarkannya. Ini fakta sejarah, ada apa ?
Seharusnya Sukarno bersikap adil. Kalau Masyumi dibubarkan,
PKI yang terlibat pemberontakan G30S seharusnya dibubarkan.
Ini lebih berbahaya, tetapi nyatanya tidak dibubarkan Sukarno.
Sejak zaman kemerdekaan, terjadi pergulatan apakah itu
ideologi, pertempuran fisik antara kelompok Islam dengan
sekuler. Jadi kelompok sekuler ini memang selalu ingin menang
sendiri. Jadi segala yang jelek dari sekuler mereka maklumi,
tetapi apapun yang kelihatannya jelek dari kelompok Islam,
kalaupun tidak jelek mereka jelek-jelekkan. Itu akan dijadikan
mereka alasan untuk penghancuran.
Sekarang kalau kita bicara soal pembubaran, kita lihat
alasannya. Apa alasan mereka ingin membubarkan FPI, karena FPI
melakukan sejumlah kekerasan. Saya tidak ingin membela diri.
Katakanlah benar FPI melakuan kekerasan, itupun kekerasan
harus kita diskusikan dulu. Apa betul itu kekerasan, apa betul
itu kekerasan struktural yang dilakukan secara organisatoris
atau bagaimana. Itu masih perlu diskusi dan pembuktian dulu,
andaikata FPI dituduh keras dan musti dibubarkan. Pertanyaan
kita, bagaimana dengan berbagai kekerasan yang dilakukan
partai politik. Berbagai pilkada di daerah sejak reformasi
hingga sekarang ini selalu diwarnai kekerasan. Ada pembunuhan,
pembakaran gedung pemerintana, pembakaran mobil, pembakaran
pom bensin, luar biasa. Itu yang tidak pernah dilakukan FPI.
FPI tidak pernah bakar gedung pemerintah, FPI tidak pernah
membunuh Ketua DPRD, ini kan massa partai.
Kalau FPI dibubarkan, Parpol harus juga dibubarkan?
Jadi kalau massa FPI melakukan kekerasan FPI nya harus
dibubarkan, maka logikanya kalau massa partai melakuan
kekerasan, maka partainya harus juga dibubarkan. Sekarang
massa PDIP, PKB dan Demokrat melakukan kekerasan. Kalau begitu
PDIP, PKB dan Demokrat harus dibubarkan. Ini kalau kita
memakai logika pembubaran. Jadi tidaklah adil jika ada massa
FPI melakukan kekerasan maka FPI dibubarkan. Tetapi kalau
massa partai yang melakukan kekerasan, partainya tidak
dibubarkan, enak betul ! Memang yang punya negara ini partai !
Kekerasan yang dilakukan massa partai lebih dahsyat, lebih
keras bahkan biadab. Masak Ketua DPRD Sumatera Utara sampai
dibunuh di dalam Gedung DPRD. Pembakaran gedung kabupaten
seperti di Tuban dan pembakaran mobil di Mojokerto. Apa ada
aksi FPI semacam itu. Apa ada massa FPI seperti itu. FPI
paling-paling memakai pentungan. Adapun yang dirusak cuma kaca
biliar dan tidak lebih dari itu. Ini kalau kita bicara fakta.
Kalau pemerintah ingin membubarkan FPI, maka PDIP, PKB,
Demokrat dan Golkar juga dibubarkan, jadi sama-sama bubar,
termasuk negara ini juga bubar.
Selama ini kelompok liberal ingin membenturkan FPI dengan
massa Gus Dur dan sekarang PDIP, tetapi usaha mereka selalu
gagal?
Kelompok liberal ini tidak mempunyai massa, tidak mempunyai
grass-roots. Mereka antek Barat dan hanya mampu membuat LSM-
LSM komprador. Mereka dibantu dengan bantuan asing, ini mereka
sendiri yang mengakuinya. Kalau kita ingin bicara jujur, FPI
ingin dibubarkan karena melangar UU No. 8 Tahun 1985 tentang
Keormasan. Sekarang salah satu larangan dalam UU Keormasan
adalah menerima bantua luar negeri atau asing. LSM yang dibuat
kelompok liberal, semuanya menerima bantuan asing. Bubarkan
meraka dulu, FPI sudah siap untuk dibubarkan. Jadi kita bubar
-bubaran, mereka ini tidak bercermin. Jadi kalau ada pepatah
mengatakan kuman disebarang lautan tampak, gajah di pelupuk
mata tak tampak. Kesalahan FPI yang kecil jauh mereka lihat,
tetapi kesalahan mereka yang besar dalam diri mereka sendiri,
tidak mereka lihat.
Kelompok liberal memang tidak punya massa. Masyarakat mana
yang mau jadi antek asing. Serendah-rendahnya pendidikan,
pemikiran, status sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia,
secara umum mereka masih mempunyai ras cinta tanah air, cinta
bangsa dan negara. Mereka tidak mau menjual negaranya untuk
orang asing. Sehingga kelompok liberal tidak mendapatkan
tempat di tengah masyarakat dan mereka tidak mempunyai
kekuatan grass-roots. Adapun yang mempunyai kekuatan grass-
roots di Indopnesia seperti NU dan Muhammadiyah. Kalau partai
politik seperti PDIP yang mengakar ke bawah.
Kelompok liberal melihat FPI sebagai ancaman dan FPI mempunyai
kekuatan grass-roots kebawah. Bagaimana cara untuk menghadapi
FPI, mereka berusaha untuk menunganggi NU tetapi tidka
berhasil. Karena waktu itu Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, beliau
dikenal orang baik, cerdas dan tidak bisa ditunggangi oleh
Ulil dan kawan-kawan. Karena itu ketika tersiar kabar di
beberapa daerah terjadi konflik antara massa FPI dengan NU, KH
Hasyim Muzadi langsung klarifikasi. Itu ternyata bukan NU,
tetapi massa preman yang dibayar suatu kelompok dan dipakaikan
baju NU. Akhirnya kebongkar semua dan mereka cuma ingin
mengadu domba.
Dikabarkan ada seorang tokoh yang kirim Banser palsu ke
Pengadilan, tetapi ternyata itu preman yang diberi baju
Banser. Padahala Banser sendiri tidak tahu menahu. Berbagai
cara kotor seperti ini dilakukan kelompok liberal. Karena Gus
Dur sudah meninggal dunia dan mereka menunganggi NU sudah
tidak ada pintunya, maka sekarang mereka mencoba menunganggi
PDIP. Kebetulan ada kasus Banyuwangi PDIP sedang marah, maka
masuk Ulil ngipasin PDIP. Kebetulan Ulil pengurus Partai
Demokrat. Maka kita sampaikan informasi itu ke PDIP, apa anda
mau ditunganggi sama Partai Demokrat dan diadu dengan FPI,
sehingga PDIP jadi mawas diri. mnh/Abdul Halim/suara-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata