15 Jan 2014

Bu Sumi; Potret Toleransi dalam Beragama

Oleh Dedi Hariadi

sebuah pemandangan yang sangat indah ketika kita bisa saling hidup berdampingan dengan orang disekitar kita dengan penuh rasa aman dan ketentraman. Manusia memang diciptakan oleh Allah SWT mempunyai perbedaan yang sangat mendasar mulai dari warna kulit ,suku dan bangsa tidak lain dan tidak bukan supaya kita saling mengenal satu dengan yang lainnya. Bagaimana jadinya seandainya manusia diciptakan dalam satu suku ,warna bahkan satu bentuk, sungguh tak indahnya hidup ini.

Jauh dari hal tersebut islam juga telah menggariskan bagaimana dengan perbedaan itu kita saling mencintai dan menyayangi satu dengan yang lainnya . ada satu masalah yang sering umat islam abaikan begitu saja , yaitu tentang toleransi dalam perbedaan agama. Terkadang sering kita menemukan berbagai macam diskriminasi dan memarginalkan agama yang lain dengan hubungannya dengan sesama dalam lingkup sosial.
Islam sebenarnya telah memberikan rambu-rambu yang jelas tentang bagaimana bersikap dan bertindak terhadap orang-orang yang berlainan agama dengan kita, bahkan Rosulullah sebagai seorang utusan Allah telah memberikn contoh yang konkrit bagaiman sikap seorang mulim.
Melihat beberapa ayat Al-qur’an sangat jelas menerangkan bahwa umat muslim harus bersikap baik terhadap siapa saja yang bersikap baik kepadanya tanpa harus negative thinking terlebih dahulu . toleransi dan berbagi terhadap siapa saja merupakan nilai yang harus ditanamkan oleh siapa saja.
…………………
Buk sumi nama akrabnya seorang penganut Kristen yang taat, dulu pertama kali masuk rumahnya saya langsung disabut dengan patung yesus yang tersalibkan di atas pintu rumahnya tanpa sehelai kain sedikitpun. Terbesit dalam hati waduh bagaimana nanti satu rumah dengan orang yang berbeda keyakinan ni. Yang kebetulan saya sekarang tinggal dirumah itu.
Sambil melihat-lihat kamar yang di kos kan sama buk sumi, waww bagus juga ni kosan terbesit dalam hati. Sambil tersenyum dia menyambut kedatangan saya dengan hangatnya menunjukkan fasilitas yang ada.tapi saya masih berpikir sekaligus khawatir bagaimana nantinya kalau saya sampai jadi kos di tempat itu, sempat terpikir gak bisa ngaji dengan nada keras, gak bisa memutar ngaji di rumah ini. Tapi beberapa hari kemudian saya memantapkan hati untuk tinggal ditempat itu bersama dua teman saya yang ingin masuk kuliah di UMM.
………………
Toleransi beragama sekarang sungguh saya rasakan , buk summi mengajarkan saya bagaimana bertoleransi dalam perbedaan keyakinan. Sungguh luar biasa dalam interaksi sehari-hari dia sungguh menghormati kami bahkan memberikan fasilitas . beberapa kejadian misalkan waktu puasa dia yang sering membangunkan kami untuk makan sahur ,dia yang menyediakan buka puasa untuk kami. Bahkan dia menawarkan apa saja yang ada di dapur berupa makanan atau minuman tidak usah sungkan-sungkan untuk memakannya. Dia pernah berkata kepada saya “ kalau malu makan di depamn ibu gak apa-apa makan di dalam kamar aja yaa, trus kalau ngaji suaranya jangan dipelanin dikerasin aja gak papa, ibu gak papa kok”. Dalam hati terbesit buk kos mana yang bisa sepeti ini.
Tidak hanya dia , tetapi cucunya yang kecil juga dia ajarkan sejak dini bagaiamana harus bertoleransi terhadap orang yang berbeda agama dengannya. Pernah suatu saat dan bahkan hal itu sering terjadi bisa saya katakana setiap minggunya , karena kami biasanya puasa senin dan kamis . suatu ketika anak ini namanya niko makan di depan kamar tamu , sambil enaknya dia makan tetapi ketika saya menyhampri dia ,dia langsuing bertanya “ mas puasakah hari ini? Ketika saya jawab yam mas puasa , dia langsung pergi dan membawa makanannya sambil berkata mas maaf yaa.
Sungguh luar biasa seandainya sikap seperti itu bisa kita tanamkan dalam kehidupan kita sehari-hari terutama di Indonesia yang memiliki beragam dan macam agama. Toleransi kita pupukkan dengan nilai-nilai yang luhur tanpa harus saling menyalahkan sehingga timbul berbagai macam kekerasan-kekerasan, pengrusakan-pengrusakan yang tak bertanggung jawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata