15 Jan 2014

Expresi dan Makna Filosofis Tahun Baru

Oleh :Dedi Hariadi*

Tidak terasa detik berganti detik, menit berganti menit, hari berganti hari, bulan berganti bulan tahun berganti tahun begitu cepat, tanpa menyisakan apapun dari diri kita. Mungkin diantara kita ada yang mengatakan begitu cepatnya pergantian tahun demi tahun tanpa sempat meraih impian-impian yang begitu banyak. Ok, memang statement itu tidak salah hampir semua orang merasakannya.  Yang terpenting di tahun yang baru ini adalah bagaimana kita berusaha untuk mengintropeksi diri kita, merenung, dan melihat apa saja yang sudah kita lakukan di tahun-tahun yang lalu.
Di tahun yang baru ini bagaimana kita kembali merancang dan membuat langkah-langkah baru untuk masa depan kita.  Seorang Muslim sejati, memang tak perlu harus menunggu sampai setahun untuk mengevaluasi dirinya. Setiap waktu bahkan ia semestinya melakukan evaluasi tersebut. Namun jika kita mencoba melakukan evaluasi tahunan, maka setiap akhir tahun ada pertanyaan yang baik untuk direnungkan oleh setiap individu: “prestasi apa yang sudah kita proleh selama setahun  dan perubahan apa yang terjadi pada diri kita?!.
Ketika esok matahari muncul di ufuk Timur, tahun telah berganti. Fajar tahun 2011 mulai mengawali rotasinya. Bagi orang-orang cerdas, ia akan menganggap pergantian waktu itu berarti jatah usianya telah berkurang lagi, dan akan terus berkurang seiring peredaran bumi, sehingga ia berusaha dan mencoba bagaimana ia bangkit kembali untuk meraih rencana-rencana dan impian-impian yang telah berserakan dalam buku hariannya.
Sebagai mahasiswa  kiranya perlu mengadakan evaluasi tahunan disamping evaluasi-evaluasi yang lainya, untuk mengukur kembali sejauh mana peningkatan-peningkatan yang terjadi dalam dirinya, peningkatan-peningkatan IQ, EQnya. Jika itu blum tercapai dengan sempurna bagaimana seorang mahasiswa berusaha dengan azzam (keinginan) yang kuat untuk merubah dirinya menjadi yang terbaik.
Akan tetapi penomena yang patut disayangkan sebagian dari pemuda-pemudi menangkap makna tahun baru ini dengan hal-hal yang tidak semestinnya di lakukan. merayakan pergantian tahun sejak malam hari dengan semarak-maraknya. Puncak perayaan pun ditabuh sekuat-kuatnya begitu jarum jam menunjuk angka 12.00. Saat-saat inilah yang ditunggu-tunggu oleh mereka yang menghabiskan malamnya dengan berbagai aktivitas absurd: bergadang sembari meniup terompet, meliuk-liukkan badan di atas panggung terbuka atau lantai remang-remang night-club/ discotiqhue sampai pagi. Bahkan untuk mabuk-mabukan dan pesta zina.
          Perayaan yang berisi hura-hura, kemaksiatan dan pemubaziran dilakukan di hampir seluruh pelosok negeri, tidak oleh kalangan muda-mudi saja tetapi juga oleh sebagian orang-orang tua. Pada tengah malam menjelang pergantian tahun, mereka berpesta pora dan lelap dalam gegap-gempita serta suara hiruk-pikuk musik yang menggila. Beramai-ramai dalam suasana sesak, saling himpit dan bergaya dengan berbagai mode yang ada. Entah apa yang terjadi manakala ada sekumpulan muda-mudi dalam suasana mabok seperti itu dan di tengah malam dengan saling bergandengan dan seterusnya. Perbuatan maksiat dimana-mana dan secara terang-terangan sudah semakin berani dipertontonkan.
    Nah, sekarang bagaimana hal-hal yang seperti itu bisa hindari dengan kembali merenungi  makna tahun baru itu sendiri, bagaimana merancang rencana-rencana baru, evaluasi diri dan bertekad untuk menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi diri, keluarga dan bangsa sehingga tahun demi tahun membuat kita menajdi insan-insan yang berbudi dan berakhlak mulia. Jangan sampai kita menjadi insan yang hari kemarinnya lebih baik dari hari esoknya ataupun tahun kemarin akan menjadi tahun yang lebih baik dari tahun berikutnya jika itu terjadi maka kita bisa di kategorikan orang-orang yang rugi. Orang dikatakan beruntung apabila hari kemarin membuatnya lebih sukses di hari esoknya .
Atsar sahabat umar ibnu al-khotob kiranya perlu kita renungkan. “ jika kamu berada dipagi hari janganlah menunggu sore hari, jika kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu di pagi hari. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu, gunakanlah masa hidupmu untuk masa matimu”. Di tahun baru ini kita jemput impian-impian itu tanpa harus menunggu, sehingga waktu-waktu yang kita lalui berlalu dengan meninggalkan makna.


* jurusan syari’ah 09.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata