6 Jan 2014

Tujuan Mengkaji Sirah Nabawiyah

Oleh MuFe El-Bageloka



Orang yang patut dijadikan tauladan ialah Rasulullah SAW, ini disebabkan beliau tidak pernah berbicara melainkan dengan wahyu, ini telah termaktub dalam firman Allah SWT dalam Surat An-Najm ayat 1-4 “Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut keinginannya. Tidak lain adalah wahyu yang telah diwahyukan kepadanya”.

Secara gamblang ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pantas dijadikan idola dan teladan bagi generasi umat Islam. Namun fenomena yang terjadi sekarang, banyak diantara generasi Muslim masih kurang begitu mengenal idola yang patut diidolakan. Sehingga tidak heran jika sebagian besar umat Islam tidak mengenal Rasulullah SAW secara komperehensif (menyeluruh). Untuk mengenal Rasulullah SAW bagi sebaiknya pelajar ataupun khalayak umum untuk membaca dan mengkaji Sirah Nabawiyah. Dengan membaca dan mengkaji sirah Nabawiyah akan membantu seorang muslim untuk mengetahui Rasul SAW dari dekat, sehingga meningkatkan cintanya dan keinginan untuk mengikutinya. Terutama ketika ia membaca berita dan cerita tentang awal dakwah beserta kesulitan, kengerian, pendustaan dan penolakan yang menimpa Nabi dari kaum kafir Quraisy, penduduk Thaif dan lain-lain. Bagaimana kesabaran beliau atas gangguan mereka, hingga mreka memaksa beliay untuk berhijrah ke Madinah.
Sirah Nabawiyah pada hakikatnya merupakan ungkapan tentang risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW kepada masyarakat manusia. Dengan risalah itu, beliau mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, dari penyembahan terhadap hamba kepada penyembahan terhadap Allah sehingga garis sejarah berganti dan kehidupan manusia di dunia ini berubah.
Tujuan mengkaji sirah Nabawiyah bukan sekedar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah yang mengungkapkan kisah-kisah menarik ataupun hanya menampakkan aspek-aspek kemanusian ini secara keseluruhan, ang tercermin dalam suri teladan yang paling sempurna dan terbaik. Adapun tujuan mengkaji sirah Nabawiyah maka dirinci sebagai berikut, antara lain:
1.    Agar setiap Muslim memperoleh gambaran tentang hakikat Islam secara paripurna, yang tercermin di dalam kehidupan Nabi SAW, sesudah dipahami secara konseptual sebagai prinsip, kaidah dan hukum.
2.    Bentuk upaya aplikatif yang bertujuan memperjelas hakikat Islam secara utuh dalam keteladanannya yang tertinggi, yakni Muhammad SAW.
3.    Memahami pribadi kenabian Rasulullah saw melalui celah-celah kehidupan dan kondisi-kondisi yang pernah dihadapinya, untuk menegaskan bahwa Rasulullah saw bukan hanya seorang yang terkenal jujur diantara kaumnya, tetapi sebelum itu beliau adalah seorang Rasul yang didukung oleh Allah dengan wahyu dan taufiq dari-Nya.
4.    Agar manusia mendapatkan gamabaran al-Matsal al-A’la menyangkut seluruh aspek kehidupan yang utama untuk dijadikan undang-undang dan pedoman kehidupan. Tidak diragukan lagi betapun manusia mencari matsal a’la (tipe ideal) mengenai salah satau aspek kehidupan, dia pasti akan mendapatkan di dalam kehidupan Rasulullah SAW secara jelas dan sempurna. Karena itu, Allah menjadikannya qudwah bagi seluruh manusia. (QS. Al-Ahzab: 21).
5.    Dapat memahami kitab Allah secara paripurna beserta semangat tujuannya. Sebab, banyak ayat-ayat al-Quran yang baru bisa ditafsirkan dan dijelaskan maksudnya melalui peristiwa-peristiwa yang pernah dihadapi Rasulullah SAW dan disikapinya.
6.    Orang Islam dapat mengumpulkan sekian banyak tsaqafah dan pengetahuan Islam yang benar, baik menyangkut aqidah, hukum ataupun akhlak. Sebab, tidak diragukan lagi bahwa kehidupan Rasulullah SAW merupakan gambaran yang konkret dari sejumlah prinsip dan hukum Islam.
7.    Agar setiap Da’i, guru maupun ulama meneladani contoh yang menyangkut manhaj dakwah beliau selama berdakwah.
8.    Mempelajari Sirah Nabawiyah dapat melahirkan cinta kepada Rasulullah saw; dengan poin-poin sebagai berikut, antara lain;
a.    Belajar sirah dan sunnah
b.    Mengajarkan dan menghidupkan sunnah
c.    Membela syariat Islam
d.    Bershalawat kepada Nabi SAW
e.    Menjadikan beliau sebagai uswah dan qudwah
f.    Selalu merindukan beliau
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Rasulullah adalah panutan yang terbaik di dunia ini. Dan tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menjadikan beliau SAW sebagai panutan, tauladan serta idola, sebagaimana dalam surat Al-Ahzab ayat: 21. Menurut Al-Imam Ibnu Katsir “ayat ini merupakan dalil yang agung dalam menjelaskan tentang keteladanan yang patut diikuti, baik dalam ucapan, perbuatan serta keadaan beliau SAW”. Maka wajib bagi kita semua untuk menerima untuk kita menerima dan membenarkan apa yang beliau bawa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata