11 Mar 2014

Akhlak dalam Islam

MOH.ZAINUDDIN

A.    KONSEP AKHLAK DALAM ISLAM

      Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai kholifah yang bertugas untuk mengelola apa yang ada di dunia ini dengan cara yang baik sesuai dengan petunjuk dalam al-quran dan hadist. Hakekat seorang manusia adalah seorang makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang memiliki hak dan kewajiban untuk saling berinteraksi dengan sesama manusia.


     Manusia yang diciptakan dengan penuh kesempurnaan akal dan pikiran oleh Allah kemudian juga harus berinteraksi dengan sekitarnya dengan cara yang dibenarkan sehingga kehidupan bersama yang damai dan penuh dengan rasa aman dapat tercapai. Hal yang utama yang mengatur ini semua adalah Akhlak manusia. Akhlak memiliki peranan yang sangat penting pada diri manusia.

    Manusia terlahir dengan sebuah fitrah yang suci, lingkunganlah yang kemudian akan mengarahkan manusia hendak menjadi manusia yang baik ataukah sebaliknya menjadi manusia yang berakhlak kurang baik.Oleh karena itu, ilmu tentang akhlak dan membina manusia untuk menciptakan akhlak yang baik dalam dirinya sangat diperlukan oleh semua manusia agar hidupnya dalam masyarakat selalu tenang dan tentram.

B.    PENGERTIAN AKHLAK

     Secara etimologis; akhlak berarti budi pekerti,perangai,tingkah laku atau tabi’at. Akhlak merupakan  tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia,tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.
   Secara terminologi; ada beberapa definisi tentang akhlak:
1.    Menurut Imam al-Ghazali
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
2.    Menurut Ibrahim Anis
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk,tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
3.    Menurut Abdul Karim Zaidan
“Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk,untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya”.

     Ketiga definisi tersebut menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan  tanpa memerlukan pemikiran atau  pertimbangan lebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.

C.    RUANG LINGKUP AKHLAK

     Muhammad ‘Abdullah Draz membagi ruang lingkup akhlak kepada lima bagian:
1.    Akhlak Pribadi
2.    Akhlak Berkeluarga
3.    Akhlak Bermasyarakat
4.    Akhlak Bernegara
5.    Akhlak Beragama
     Dari sistematika diatas tampaklah bagi ita ruang lingkup akhlak itu sangat luas , mencakup seluruh aspek kehidupan ,baik secara vertikal dengan Allah swt maupun secara horizontal terhadap sesama makhluknya. Dari itu yunahar ilyas membagi ruang lingkup akhlak menjadi 6 yakni:a) akhlak terhadap Allah swt, b) akhlak terhadap Rasulullah saw, c) akhlak Pribadi, d) akhlak dalam keluarga, e) akhlak Bermasyarakat dan, f) akhlak Bernegara.
     Sifat Mahmudah atau juga dikenali dengan akhlak terpuji ialah sifat yang lahir didalam diri seseorang yang menjalani pembersihan jiwa dari sifat-sifat yang keji dan hina (sifat mazmumah). Sifat Mazmumah boleh dianggap seperti racun-racun yang boleh membunuh manusia secara tidak disedari dan sifat ini berlawanan dengan sifat mahmudah yang sentiasa mengajak dan menyuruh manusia melakukan kebaikan.

Oleh itu, dalam Islam, yang menjadi pengukur bagi menyatakan sifat seseorang itu sama ada baik atau buruk adalah berdasarkan kepada akhlak dan perilaku yang dimilik oleh seseorang.

Akar akhlak mazmumah(akhlak tercela):
1. penyakit syubhat. Penyakit ini menimpa wilayah akal manusia, dimana kebenaran tidak menjadi jelas (samar) dan bercampur dengan kebatilan (talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia memahami secara baik dan memilih secara tepat.
2. penyakit syahwat. Penyakit ini menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana dorongan kekuatan kejahatan dalam hatinya mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan. Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk mengendalikan diri dan bertekad secara kuat.
• Syahwat kekuasan, berarti bahwa dorongan berkuasa dalam diri seseorang begitu kuat sampai tingkat dimana ia mulai menyerap sebagan dari sifat yang hanya layak dimiliki Allah SWT. Hal ini dimulai dari yang terkecil-senang dikagumi (sum’ah), senang disanjung di depannya (riya’), dan merasa puas diri (ghuhur), sampai pada yang hal yang besar-sombong, angkuh, jabarut, mengintimidasi, dan zalim. Syahwat inilah yang kemudian mendorong manusia sampai pada tingkat yang lebih jauh lagi, yaitu syirik. Inilah dosa yang membuat Fir’aun terlaknat.
• Syahwat kesetanan, berarti bahwa ada dorongan yang kuat dalam diri seseorang untuk menyerupai setan dalam berbagai bentuk perilaku dasarnya. Misalnya, memiliki sifat benci, dengki dan dendam, gemar menipu, membuat ulah dan makar, menyebarkan gosip, memfitnah, menyesatkan orang lain, dan semacamnya. Syahwat ini biasanya mempertemukan antara kecerdasan di satu sisi, dengan dorongan setan di sisi lain. Karena itu, pelakunya cenderung licik dan culas dalam pergaulan serta berwajah ganda.
• Syahwat binatang buas, syahwat ini berasal dari nafsu amarah dan angkara murka, seperti api yang cenderung membakar dan membumihanguskan. Jika syahwat angkara murka bertemu dengan kekuatan fisik yang mendukung, maka lahirlah berbagai macam perilaku buruk, seperti permusuhan, debat, penjajahan, pembunuhan, tirani, penodongan, dan perkelahian.
• Syahwat binatang ternak, syahwat ini berasal dari naluri binatang dalam diri manusia dan mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan perut dan kemaluannya secara berlebihan. Penyakit syahwat ini mendorong manusia menjadi hedonis, permisif, dan berpikir jangka pendek. Dari syahwat perut lahirlah sifat-sifat serakah, rakus, memakan harta anak yatim, pelit, mencuri, korupsi, sifat pengecut, penakut, dan semacamnya. Adapun dari syahwat kemaluan lahirlah perzinaan.

AKHLAK KEPADA ALLAH
a. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c. Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e. Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f. Senantiasa mengingat Allah SWT.
g. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.

AKHLAK DALAM KELUARGA
     Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.

     Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.

AKHLAK DALAM MASYARAKAT
• Tolong-menolong
• Adil
• Menepati janji
• Bermusyawarah
• Menjaga ukhuwah

AKHLAK TERHADAP ALAM SEKITAR
• Melestarikan lingkungan
• Menjaga lingkungan dari pencemaran
• Memanfaatkan sumberdaya untuk kesejahteraan bersama
D.    SUMBER DAN LANDASAN AKHLAK
     Sumber akhlak adalah yang menjadi tolak ukur baik dan buruk atau baik dan tercela. Dalam konsep akhlak,segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela,semata-mata karena syara’ (al-qur’an dan sunnah) menilainya demikian.
   Dari uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa ukuran yang pasti ,obyektif,komprehensif, dan universal untuk  menentukan baik dan buruk hanyalah al-qur’an dan sunnah bukan yang lainnya.
E.    KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN AKHLAK DALAM ISLAM
     Dalam keseluruhan ajaran islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Agama Islam  adalah agama yang sangat mementingkan ajaran akhlaq, dalam kehidupan di dunia ini, manusia bukanlah makhluk individual yang hidup sendirian tetapi manusia juga membutuhkan orang lain atau makhluk sosial. Oleh karena itu, akhlaq karimah mutlak diperlukan dalam perwujudan tatanan hidup yang serasi dan berkesinambungan demi tercapainya kebahagiaan hidup. Akhlak karimah merupakan perwujudan seseorang, yaitu sebagai bukti konkret dari kualitas agama seseorang.Hal itu dapat dilihat dari uraian-urain berikut:
1.    Rasulullah saw menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi  pokok risalah islam.
2.    Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama islam
3.    Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat
4.    Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran  kualitas imannya
5.    Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada allah swt
6.    Nabi muhammad saw selalu berdo’a agar Allah swt membaikkan akhlak beliau
7.    Didalam al-qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak



F.    MANFAAT AKHLAK BAGI SETIAP MUSLIM
• Membersihkan kalbu dari kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci dan bersih
• Memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk
• Membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat
• Menetapkan perbuatan sebagai perbuatan baik dan buruk

G.    CIRI-CIRI AKHLAK DALAM ISLAM
1. Perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2. Perbuatan itu adalah dilakukan tanpa didahului oleh pertimbangan.

3. Perbuatan itu timbul dari dorongan hati atau keinginan hati, bukan karena terpaksa.

4. Perbuatan itu dilakukan dengan sesungguhnya hati, bukan sekadar bercanda dan kajian ilmiah.

5. Perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas ( untuk perbutan baik)

6. Tidak merasa bersalah atau malu setelah melakukannya, karena sudah menjadi kebiasaan sehari-sehari.

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.
1.Perbuatan yang baik atau buruk.
2.Kemampuan melakukan perbuatan.
3.Kesadaran akan perbuatan itu
4.Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk









DAFTAR PUSTAKA 

•     Wahyuddin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Grasindo: Jakarta
•    Ilyas,Yunahar.1999.Kuliah Akhlak LPPI:Yogyakarta
•    Tim Dosen Agama Islam. 1990. Pendidikan Agama Islam untuk Mahasiswa. IKIP: Malang
•    http://romipermadi.blogspot.com/2011/04/pengertianruang-lingkupdan-manfaat-ilmu.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata