30 Mar 2014

Konsep baik-buruk, etika, dan susila serta hubungannya dengan akhlak Islam



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Rabb yang patut kita puji, memohon pertolongan dan meminta ampunan. Kita berlindung kepada Allah SWT. dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan.
Shalawat serta salam tercurah pada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman yang terang menderang seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Alhamdulillah, akhirnya makalah yang berjudul “Konsep baik-buruk, etika, dan susila serta hubungannya dengan akhlak Islam” ini dapat terselesaikan. Dengan selesainya makalah ini tentunya tak lepas dari peran serta pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya karya tulis ini, oleh karena itu dengan rasa hormat penulis sampaikan terima kasih.
Hanya do’a dan ucapan terimah kasih banyak yang bisa penulis sampaikan. Semoga jasa-jasa dan kebaikan mereka mendapat imbalan yang lebih dari Allah SWT. Dzat yang Maha Pemberi.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. penulis menyadari masa banyaknya kesalahan di sana sini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.
Akhirnya dengan penuh harap kepada Allah SWT. Semoga makalah yang sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi peulis khususnya dan bagi orang yang mempelajarinya.

Malang, Oktober  2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................           1
Daftar Isi ............................................................................................................................           2  
Bab. I Pendahuluan.............................................................................................................           3
Bab. II Isi............................................................................................................................           4
2.1  Pengertian Baik-Buruk, Etika, Moral, dan Susila ........................................................           4
2.2  Hubungan Baik-Buruk, Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak Islam ……………..         7        
Bab. III   Kesimpulan .........................................................................................................           8
Daftar Pustaka ....................................................................................................................           9













BAB I
PENDAHULUAN
Bila kita hendak mengetahui panjang sesuatu bilik, kita memakai ukuran-ukuran yang tertentu, dan dengan ukuran meter umpamanya kita mengetahui ukuran bilik itu. Demikian juga bila kita hendak mengetahui timbangan sesuatu. Maka dengan ukuran dan timbangan apakah kita dapat mengetahui baik dan buruk, serta etika, dan moral?
Kebanyakan manusia berselisih dalam pandangannya mengenai sesuatu; diantara mereka ada yang melihatnya baik dan diantara mereka ada yang melihatnya buruk; bahkan ada seorang yang melihat sesuatu baik dalam dalam waktu ini, lalu melihatnyan buruk pada waktu lain. Maka dengan ukuran apakah, sehingga dengan sesuatu pandangan, kita dapat memberi hukum kepada sesuatu dengan pandangan baik dan buruk.












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Baik-Buruk, Etika, Moral, dan Susila
Di dalam beberapa buah kamus dan ensiklopedi diperoleh pengertian baik dan buruk ini sebagai berikut:
1.      Baik (khair, bahasa Arab/good, bahasa Inggris).
a.       Sesuatu yang telahb mencapai kesempurnaan[1]
b.      Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran
c.       Sesuatu hal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan baik bila ia dihargai secara positif[2]
Orang yang baik akhlaknya ialah yang bersifat : lapang dada. Peramah, pandai bergaul, tidak menyakiti hati orang lain, lurus benar, tidak berdusta, sedikit bicara, banyak bekerja, sabar (tabah) dalan perjuangan, tahu berterima kasih, dipercaya, tidak memfitnah, tidak dengki, baik dengan tetangga, kata-kata dan perbuatannya disenangi orang lain dan lain-lain sifat utama.
Orang yang baik akhlaknya banyak teman sejawatnya. Sedikit musuhnya. Hatinya senang dan tenang. Hidupnya bahagia dan membahagiakan, itulah sifat-sifat yang terpuji dikasihi Allah Firman Allah SWT :
      
Artinya :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.
Orang-orang yang arif bijaksana berkata : “ orang yang baik budi pekertinya hatinya senag. Masyarakat sekitarnya tenang”.
Didalam suatu riwayat ada seseorang pemuda ganteng duduk dekat ahnaf bin Qes. Qes berkata : “Wahai pemuda ganteng, apakah kamu juga menghiasi wajahmu dengan sesuatu? Pemuda itu menjawab. “Ada. Jika saya bicara selalu benar tidak berdusta. Jika saya berjanji selalu saya tepati. Jika saya dipercayai selalu saya pelihara kepercayaan itu. Saya tidak berkhianat.” Lantas Anhaf berkata : “Inilah budi pekerti baik”.[3] 
2.      Buruk (syarr, bahasa Arab/Bad, bahasa Inggris ):
a.       Tidak baik, tidak seperti seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, di bawah standard, kurang dalam nilai
b.      Adalah segala yang tercela, lawan baik. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku[4]
Orang yang buruk akhlaknya ialah yang selalu bermuka masam, kasar tabiatnya, tidak sopan, sombong, dengki, khianat, pendusta, penakut dan berbagai sifat yang tidak baik.
Orang yang buruk akhlaknya menjadikan orang lain benci kepadanya. Menjadi celaan orang. Tersisih dari pergaulan. Hidupnya susah dan menyusahkan orang lain, hatinya selalu resah gelisah. Semua orang menjadi musuhnya. Tidak ada teman sepergaulan. Hidupnya tersisih sendirian. Alangkah sialnya kehidupan demikian. Firman Allah SWT :
Artinya:
Jika kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan lari dari padamu.
Orang-orang arif bijaksana berkata: “Akhlak yang buruk itu ibarat racun yang membunuh; perbuatan-perbuatan keji memisahkan seseorang darimasyarakat dan dari Tuhannya. Aia teman dengan syaitan yang selalu merayunya untuk jatuh ke jurang kehinaan”


3.      Etika   

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
4.      Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.
5.      Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa sangsekerta, yaitu Su dan sila. Su berarti baik dan Sila berarti dasar, prinsip atau norma.
Kata Susila selanjutnya  digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang loebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk.
Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab baik budi bahasanya. Dan kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memadu, mengarahkan, dan membiasakan dan memasyarakatkan hiduo sesuai dengam norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik. Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing agar berjalan dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.[5]

2.2 Hubungan Baik-Buruk, Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak Islam

Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa baik-buruk, etika, moral dan susila sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendakiterciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai , dan tentram sehingga sejahtera batiniyah dan lahiriyah.
Namun demikian etika, moral, susila, dan akhlak tetp saling berhubungan dan membutuhkan. Dengan jelas bahwa etika, moral, susila berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk al-qur’an and al-sunnah itu sifatnya dalam keadaan “belum siap pakai”. Jika al-qur’an misalnya menyuruh kita berbuat baik kepada ibu-bapak, menghormati sesame kaum muslimin, dan menyuruh menutup aurat, maka suruhan tersebut belum dibarengi dengan cara-cara, sarana, bentuk dan lainnya. Bagaimanakah cara menghormati orang tua tidak kita jumpai dalam al-qur’an. Cara-cara untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada dalam al-qur’an dan al-hadis itu memerlukan penalaran atau ijtihad para ulama  dari waktu ke waktu. Cara menutup aurat, model pakaian, ukuran dan potongannya yang sesuai dengan ketentuan akhlak jelas memerlukan hasil pemikiran akal pikiran manusia dan kesepakatan masyarakat untuk menggunakannya. Jika demikian adanya ketentuan baik dan buruk yang terdapat dalam etika, moral. Dan susila yang merupakan produk akal pikiran dan budaya masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan akhlak yang terdapat pada al-qur’an. Tanpa bantuan usaha manusia dalam bentuk etika, moral dan susila. Ketentuan akhlak yang terdapat daloam al-qur’an dan al-sunnah akan lebih sulit dilaksanakan.
Dengan demikian keberadaan etika, moral, dan susila sangat dibutuhkan dalam rangka menjabarkan dan mengoprasionalkan ketentuan akhlak yang terdapat dalam al-qu’an. Disinilah letak peranan dan etika, moral, dan susila terhadap akhlak.




BAB III
KESIMPULAN

Pada dasarnya perilaku baik-buruk, etika, moral dan kesuliaan manusia sangat berkesinabungan, karena ukuran tiap-tiap bagian tidak dapat di ukur dengan alat ukur apapun, hanya penilaian sajalah yang dapat mengetahui nilai dari tiap masing-masing. Dan setiap orang dapat berbeda pendapat atau berbeda pandangan tentang akhlak baik-buruk, etika, moral, dan susila seseorang.
Hanya etika, moral dan akhlak baiklah yang dapat memberikan pencerahan, ketenangan, serta kebahagian bagi kita. Begitupun sebaliknya jika kita berbuat perilaku buruk, kita akan dijauhi, dicela orang lain, tersisih dari pergaulan, dan hatinya selalu resah dan gelisah.













DAFTAR PUSTAKA
v  As, Drs Asmaran, M. A. 1992.  Pengantar Studi Islam. Jakarta : Rajawali Pers
v  Ma’ruf, K. H. Farid. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta : Bulan Bintang
v  Bakry, H. Oemar. 1986. Akhlak Muslim. Bandung : Angkasa
v  http. Oktaviawardani.blogspot.com Etika, Moral, dan Susila~Welcome To Blog
(diakses pada Selasa 8 Oktober 2013, 16.25 WIB)
v  http://wikipedia akhlak baik-buruk, etika, moral, susila.com/2013/10.
(diakses pada Selasa 8 Oktober 2013, 17.30 WIB)




[1] Al- Munjid, hlm 198
[2] Ensiklopedi Indonesia, I, hlm. 362
[3] H. Oemar Bakry. Akhlak Muslim. Hlm. 22. 1986. Angkasa Bandung
[4] Drs. Asmaran As., M.A. Pengantar Studi Akhlak. Hlm 25. Rajawali Pers Jakarta

[5] http. Oktaviawardani.blogspot.com Etika, Moral, dan Susila~Welcome To Blog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata