30 Mar 2014

KAREKTIRISTIK PENDIDIKAN PASANTREN


Pesantren adalah pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan unik. Secara historis, pesantren termasuk pendidikan Islam yang paling awal dan masih bertahan sampai sekarang. adapun  Karakteristik dan Unsur -Unsur Kelembagaan Pesantren secara garis besar merupakan ciri khas dari masing-masing pesantren yang ada. Pesantren adalah bentuk pendidikan Islam yang sudah melembagai secara permanen di pedesaan, namun pesantren bukanlah satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang ada di pedesaan. Karena bentuk-bentuk pendidikan lembaga pendidikan Islam di pedesaan paling tidak dapat disebutkan; Program formal, serikat tolong menolong, seperti kelompok yasinan, majlis latihan seperti pesantren kilat dan kuliah tuju menit (kuntowijoyo, 1988:105). Ali dalam hasil penelitiannya di Putuk Rejo  kabupaten
Malang juga menyebut adanya lima bentuk lembaga pendidikan agama di pedesaan di luar perguruan formal dan pesantren, yaitu majlis taklim, yang bentuk pengajian rutin bulanan, pengajian rutin tiap tiga kali seminggu, kuliah subuh stiap hari Jum’at, khataman al-Qur’an dan jamaah tahlil (Ali, 1987:101)
Akhir-akhir ini pesantren juga mulai berkembang di lingkungan-lingkungan perkotaan, yaitu dengan munculnya beberapa pesantrenmahasiswa. Kecenderungan ini berangkat dari kesadaran bahwa system pendidikan pesantren masi di anggap efektif sebagai tempat menanamkan nilai-nilai agama. Lebih-lebih lagi untuk mahasiswa perguruan tinggi umum yang kelak akan menjadi ilmuwan-ilmuwan dalam disiplin ilmu non agama dirasa penting memiliki bekal pengetahuan agama.
A.    ASAL USUL PESANTREN
Perjalanan panjang pendidikan pesantren di Indonesia dapat ditelusuri melalu bentuk-bentuk pendidikan yang diselenggarakan di langgar, masjid atau rumah-rumah penduduk dan guru ngaji yang bersangkutan. Perkembangan selanjutnya, lembaga-lembaga pendidikan yang pada mulanya tidak lebih sekedar berupa kumpulan anak-anak yang belajar pengetahuan agama pada tingkat dasar seperti membaca Al-Qur’an, sholat dan semacam ini berubah bentuk isinya. Lembaga-lembaga tersebut menjelma menjadi madrasah diniyah, kemudian berkembang menjadi pondok pesantren dan seterusnya dalam bentuk yang lebih akhir berupa madrasah yang bertingkat-tingkat (Suprayogo, 1987:19). Perkembangan ini juga belum berhenti sampai di sini saja tapi masih ada kecenderungan mencari bentuk-bentuk baru yang lebih ideal menurut ukuran zaman dan tempatnya. Sebab, madrasah sudah menjadi sekolah umum dan juga banyak lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bentuk dalam sekolah umum dan perguruan tinggi umumdengan label keislaman.
Proses berdirinya sebuah pesantren itu sendri  biasanya diprakarsai sekelompok santri yang mengadakan perhitungan dan memperkira-kirakan kemungkinan kehidupan bersama ustadz atau kyainya. Tidak jarang pesantren juga berdiri atas inisiatif kyai untuk mengamalkan ilmunya sehinggah perlu membangun sebuah lembaga pendidikan. Atas dasar itu maka berdirilah sebuah pondok, tempat yang tetap untuk kehidupan bersama bagi para santri dengan parah ustadz dan kyainya ( Ziemek, 186: 187).  Kata pondok itu sendri berarti kamar, gubuk, rumah kecil dan asrama).
B.    BENTUK-BENTUK PESANTREN
Bentuk-bentuk pesantren yang tersebar luas di Indonesia Ziemek mengandung unsure-unsur sebgai cirinya; kyai sebagi pendiri, pelaksana dan guru, santri yang diajar naskah-naskah Arab tentang paham aqidah Islam. Kyai dan santri tinggal bersama-sama untuk masa yang lama, dimana terjadi proses belajar mengajar. Sedangkan unsure fisik pesantren itu sendri, yaitu masjid, langgar, atau surau yang dikelilingi bangunan tempat tinggal kyai dan asrama untuk tempat tinggal dan belajar  santri.
Seiring dengan laju perkembangan masyarakat, maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk hingga subtansinya telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tidak lagi sesederhana seperti yang dulu. Pesantren dewasa ini dapat diklasifikasikan menjadi pesantren salaf, khalaf,  kilat dan terintegrasi. Pembagian semacam ini ialah sebagaimana yang dijelaskan yacub (1985:70) dalam “Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa” sebagi berikut.
1.    Pesantren salaf adalah pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pelajarannya juga sebagaiman lazimnya diterapkan dalam pesantren salaf, yaitu dengan metode sorogan dan weton.
2.    Pesantren khalafi adalah pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasik (madras), memberikan ilmu umum dan ilmu agama dan juga memberikan pendidikan ilmu keterampilan .
3.    Pesantren kilat, pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu dalam waktu relatif singkat dan biasanya dilaksanakan dalam waktu libur sekolah. Hal-hal yang ditekankan dalam pesantren kilat adalah keterampilan ibadah dan kepemimpinan.
4.    Pesantren terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vocasional atau kejuruan sebagaimana pada balai latihan kerja Depertemen Tenaga Kerja dengan program berintegrasi begitu rupa dengan inti latihan kepesantrenan.

C.    SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN
Tujuan pendidikan pesantren di sini adalah setiap maksud dan cita-cita yang ingin dicapai pesantren. Ziemak (1986: 158), mengutip pendapat Kamla Bahsin, bahwa bahwa secara umum tujuan pesantren mengikuti dalil, bahwa “Pendidikan dalam sebuah pesantren ditujukan untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin akhlak dan keagamaan. Diharapkan bahwa para santri akan pulang ke masyarakat mereka sendri-sendri untuk menjadi pemimpin yang tidak resmi atau resmi di masyarakatnya.
Dewasa ini pembinaan dan pengembangan pesantren di samping di lakukan secar  intern, pe,erintah juga turut ambil bagian dalam upaya pengembangan pesantren dengan memberikan bimbingan. Bimbingan dan pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk:
1.    Meningkatkan dan membantu pondok pesantren dalam rangka membina dan mendinamisasi pondok pesantren di seluruh Indonesia sehingga mampu mencetak manusia Muslim selaku kader-kader penyuluh pembangunan yang bertakwa, cakap dan berbudi luhur dan bertanggung jawab atas pembangunan dan keselamatan bangsa.
2.    Menetapkan pesantren dalam mata rantai keseluruhan system pendidikan nasional, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal dalam rangka membangun manusia seutuhnya dan perencanaan ketenagakerjaan yang menghasilkan anggota-anggota masyarakat yang memiliki kecakapan sebagai tenaga pembangunan.
3.    Membangun warga Negara agar kepribadian Muslim sesuai ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang berguna bagi agama, masyarakat dan Negara.
Sedangkan secara khusus tujuan pembinaan dan pengembangan pesantren oleh pemerintah adalah :
1.    Mendidik siswa / santri menjadi anggota masyarakat seorang Muslim yang bertaqa kepada Allah SWT.
2.    Mendidik siswa / santri menjadi manusia Muslim dan kader-kader ulama yang berjiwa Ikhlas, tabah, tangguh, memiliki semangat wiraswasta serta mengamalkan syari’at Islam secara utuh dan dinamis.
3.    Mendidik siswa / santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan bangsa dan Negara.
4.    Mendidik para santri agar dapat menjadi tenaga-tenaga penyuluh pembangun makro, regional dan nasional.
5.    Mendidik para santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap serta terampil dalam berbagai sector pembangunan.
6.    Mendidik para santri agar dapat member bantuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Meskipun lulusan pesantren pada akhirnya tidak seideal harapan-harapan di atas, pesantren telah membuktikan dirinya mampu membentuk dan mengembangkan kepribadian santri menjadi manusia-manusia yang mandiri dan bertindak sebagai pelopor perubahan pada masyarakat. Kesulitan dalam menentukan tujuan pesantren yang seragam dari sejumlah besar pesantren ada di Indonesia, mengakibatkan kesulitan yang lebih besar lagi dalam mennetukan kurikulum yang berlaku secara menyeluruh pada tiap-tiap pesantren.
Di pesantren terbatas pada pemberian ilmu yang secara langsung membahas masalah;aqidah, syariah, dan bahasa Arab; yang meliputi antara lain Al-Qur’an dan tajwid serta tafsirnya, aqoid dengan ilmu kalamnya, fiqih dan usul fiqhnya, hadits dengan mustolah haditsnya, dan bahasa Arab dengan ilmu alatnay seperti nahwu, shorof, bayan, ma’ani, badi’ dan aurudl, tarikh, mntiq dan tasawuf. Metode pengajaran dipesantren umumnya secara agak seragam adalah metode sorogan dan weton. Yang pertama, santri menghadapi guru satu demi satu dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Kyai membaca, menerjemahkan, menjelaskan satu persatu dan santri mendengarkan. Metode weton adalah metode kuliah, dimana semua santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekliling kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah. Santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan. Pelajaran dengan metode ini biasanya diberikan sesudah sholay fardu.
Pesantren diatas lazimnya disebut pesantren modern. Program pendidikan dan pengajaran jauh lebih besar daripada pesantren tradisonal. Pesantren demikian biasanya mengintrodusir beberapa disiplin ilmu umum, seperti matematika, biologi, geografi, dan beberapa bahasa asing lainnya. Pelajaran ekstra kurikuler seperti kesenian;mteater, music, seni baca Al-Qur’an,. Begitu juga di bagian olahraga seperti bola kaki, bola volley,senam. Pendidikan keterampilan juga demikian. Pengajaranpun juga menggunakan system klasik dengan struktur kelas dan jenjangan pendidikannya bertingkat mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Daftar Pustaka:
Khozin. Jejak-jejak pendidikan Islam di Indonesia. UMM Press. 2001.
Abudin Nata Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga – Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta:PT Grafindo persada..2001)
HM..Amin Haedari, dkk. Masa Depan Pesantren.(Jakarta: IRD Press. 2004.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata