11 Mar 2014

Syukur




BAB I

PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG    

Syukur  berarti Memuji, berterima kasih dan merasa berhutang budi kepada Allah atas karunia-Nya, bahagia atas karunia tersebut dan mencintai-Nya dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Allah telah memberikan apa yang telah diberikan-Nya kepada kita, seperti halnya semua alat indra kita serta nikmat kesehatan yang semua itu tidak bisa diukur dengan material kita. Akan tetapi bagaimana kita harus menyikapi pemberian yang Allah berikan kepada kita? Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan seperti ; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya. Perintah atau anjuran – anjuran tersebut diatas adalah merupakan alat ukur kita seberapa jauh kita dalam membalas rasa syukur, serta kenikmatan dalam hal kesehatan serta hal yang membuat kita mampu untuk memenuhi keinginan kita terhadap Allah. Akan tetapi tentu saja semua hal yang berkaitan kenikmatan di dunia semua itu merupakan hanya kenikmatan sementara yang nantinya akan diambil oleh Allah SWT.

Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah berikan kepada kita.










BAB II

PEMBAHASAN

A.     DEFINISI  SYUKUR

Syukur ialah  memuji si pemberi Nikmat atas kebaikan yang telah di lakukannya. Syukurnya seseorang hamba berkisar atas  tiga hal, yang apabila ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan  bersyukur, yaitu  : mengakui nikmat dalam batin membicarakannya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah. Jadi syukur itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan. Hati untuk ma’rifah dan mahabbah, lisan untuk memuja dan menyebut nama Allah, dan anggota badan untuk menggunakan nikmat yang di terima sebagai sarana untuk menjalankan  ketaatan kepada Allah dan menahan dri dari maksiat kepada – Nya.[1]
            Syukur memang berbeda dengan Al – Hamdu (pujian), karena syukur selalu sebagai respon terhadap nikmat atau pemberian yang di terima. Sedangkan al – hamdu menyangkut sifat terpujian yang melekat pada diri yang di puji tampa suatu keharusan sipemuji mendapatkan nikmat atau pemberian yang dipuji.  Misalnya mengatakan “saya memuji si A karena keberaniannya”, atau “saya memuji si B karena keluasan Ilmunya”. Si A dan B anda puji bukan karena anda mendapatkan manfaat dari keberanian dan ilmunya, tapi karena memang sifat berani sudah  melekat pada diri si A dan sifat berilmu melekat pada si B. anda tidak bisa mengatakan saya bersyukur kepada si A karena keberaniannya sementara anda secara langsung tidak mendapatkan manfaat dari keberaniannya itu.  Di samping itu syukur di ungkapkan dengan melibatkan dengan tiga Aspek sekaligus, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Sedangkan al – hamdu  atau pujian cukup dengan lisan.[2]
TIGA DIMENSI SYUKUR
Seperti yang sudah di singgung di atas, syukur harus melibatkan tiga dimensi  yaitu Hati, lisan dan jawarih (anggota badan). Seorang  Muslim misanya,  bersyukur kepada Allah SWT atas kejayaan harta benda yang di dapatkannya maka pertama  sekali harus di lakukannya adalah mengetahui dan mengetahui bahwa semua kekayaan yang didapatkannya itu adalah karunia dari Allah  SWT. Usaha yang dia lakukan hanyalah sebab atau ikhtiar semata. Ikhtiar tampa taufik dari Allah SWT tidak akan menghasilkan apa yang diinginkan. Oleh sebab itu dia harus bersyukur kepada Allah yang maha pemurah dan maha pemberi rezeki. Setelah itu baru dia mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk pujian – pujian seperti, al hamdulillah, as – syukurlillah dan lain sebagainya. Kemudian dia buktikan rasa Syukurnya  itu dengan amal perbuatan yang Nyata yaitu memanfaatkan harta kekayaan itu pada jalan yang diridhoi oleh Allah SWT, baik untuk keperluannya sendiri maupun untuk keperluan keluarga, umat atau fi’sabilillah lainnya.

 

B.     HAKIKAT  SYUKUR

Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik – baiknya dan diciptakan untuk menyembah – Nya seraya bersyukur atas hidup untuk mencapai kedudukan tertinggi di akhirat kelak. Jikalau kita fikir dahulunya kita tercipta dengan ilmu pengetahuan yang sedikit dan hanya bisa sedikit berbuat, kini kata memiliki banyak ilmu pengetahuan serta nikmat yang banyak. Lantas bagaimana kita tidak bersyukur? Sementara balasan yang di janjikan Allah SWT apabila hambanya mensyukuri nikmat – Nya, adalah kenikmatannya akan di tambah dan di lipat gandakan nikmat – nikmatnya yang lain.
Orang yang selalu bersyukur ia akan selalu mengingat Allah SWT dalam berdiri, duduk, sampa tidurnyapun, dari bangun tidur sampai tidur lagi ia akan selalu berzikir, dan tidurnyapun  untuk mengumpulkan energi untuk bersyukur atas nikmat Allah. Inilah hakikat stukur dari hati, akal, lisan dan jasad sebenarnya. Nikmat atau rezeki yang di terima adalah barokah Allah SWT  meskipun hanya kecil dan sedikit tetapi cukup dan menentramkan hati. Karena orang yang selalu bersyukur  akan diberikan kehidupan terasa menjadi tentram, damai, tenang, dan bahagia serta terhindar dari fitnah dan azab dunia serta akhirat.[3]

           

C.     KEUTAMAAN  SYUKUR

Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk bersyukur kepada – Nya. Firman – Nya :
فاذكر ونى أذكركم واشكرولى ولاتكفرون (البقرة:103 )
“karena itu, ingatlah kamu kepada – Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada – Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) Ku”.                 ( Q.S Al – Baqarah 2 : 152)
Manusia di Perintahkan bersyukur kepada Allah SWT bukanlah untuk kepentingan Allah itu sendiri, karena Allah SWT ghaniyun’anil’alamin ( tidak memelukan apa – apa dar alam semesta) tapi justru untuk  kepentingan manusia itu sendiri. Allah menyatakan :
ومن يشكر فإنمايشكرلنفسه , ومن كفرفإن الله غنى حميد ( لقمان :13)
“..... Dan barang siapa yang bersyukur(kepada Allah), maka sesungghnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S Lukman 31 : 12)
و إذتأذن ر بكم لىن شكر تم لأ زيد نكم ولىن كفرتم إن عذابى لشد يد ( إبراهم : 7 )
“ dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan : “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu ,mengingkari (nikmat – Ku), maka sesungguhnya Azab ku sangat Pedih.” (Q.S Ibrahim 14 : 7)[4]
فخذ ماءاتيتك وكن من الشاكرين
“maka  ambilah apa yang telah aku berikan kepadamu, dan jadilah kamu termasuk orang – orang yang bersyukur.” (Al – A’raf:144)
Dalam ayat ini terkandung dua unsur penting yakni:
Pertama : menerima pemberian dari Allah SWT
Kedua    : bersyukur kepada Allah SWT atas pemberian itu.[5]
Yakni, ridhalah dengan apa yang telah kami berikan kepadamu ; bergembiralah dengan keistimewaan yang kami khususkan bagimu ; bersyukurlah kepada Allah atas  dan nikmat tersebut dan jadikanlah ia sebagai kekuatan untuk beramal serta penolong untuk menjalankan ibadah. Nikmat, walaupun kecil, akan menjadi besar bila diterima dengan rasa puas, bersyukur, dan menjaganya dengan beramal shalih. Kesenangan tidak akan sempurna dan nikmat tidak menjadi besar kecuali dengan memutuskan angan – angan untuk memiliki seperti apa yang dimiliki oleh orang lain. Memupus harapan untuk memiliki apa – apa yang ada di tangan mereka. Inilah yang dinamakan kaya dan mulia.[6]
Diriwayatkan dari ‘Atha’ bahwa dirinya menemui ‘A’isyah r.a. ia berkata, “ beritahukanlah kepada kami sesuatu yang menakjubkan yang anda lihat dari Rasulullah Saw.”
            A’isyah menangis lantas berkata, “ bagaimana tidak menakjubkan pada suatu malam beliau mendatangiku, lalu pergi bersamaku ketempat tidur dan berselimut hingga kulitku menempel dengan kulitnya. Kemudian beliau berkata, “wahai putri Abu Bakar, biarkanlah aku beribadah kepada Tuhanku.”
                        Saya menjawab, ‘saya senang berdekatan dengan anda. Akan tetapi, saya tidak akan menghalangi keinginan anda.’
                        Saya mengijinkan beliau. Lalu beliau mengambil tempat air dan berwudhu tampa menuangkan banyak air. Kemudian dia berdiri untuk shalat, lalu menangis hingga Air matanya bercucuran membasahi dadanya. Beliau rukuk, dan menangis. Beliau sujud, lalu menangis. Beliau berdiri lagi lalu menangis. Demikian seterusnya beliau lakukan dengan menangis hingga datang bilal, lalu saya izinkan ia untuk shalat. Kemudian saya bertanya kepada Rasulullah, apa yang membuat anda menangis? Pada hal Allah telah mengampuni dosa – dosa anda yang lalu maupun yang akan datang.
                        Beliau menjawab. “tidak bolehkah aku menghendaki agar menjadi seorang hamba yang bersyukur? Allah SWT berfirman : sesungguhnya dalam penciptaan langit  dan bumi ; pertukaran malam dan siang ; kapal yang berlayar dilautan yang membawa manfaat bagi manusia ; air (hujan) yang diturunkan Allah dari langit, lalu dengan air itu dia menghidupkan bumi yang sudah mati ; berkeliarannya jenis binatang ;  serta dalam perkisaran angin dan awan itu,  terdapat bukti kebenaran untuk orang – orang yang berpikir. (Al – Baqarah ; 164).[7]
Bagi orang yang mau berfikir tentu akan  mengakui bahwa segala potensi yang ia miliki dan rezeki yang ia peroleh  pada dasarnya bukanlah atas dasarnya  bukanlah atas kekuasaannya sendiri  sehingga mereka akan tetap menyadari  bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah  dan sangat merasakan adanya kekuasaan dan pengaturan dari sang Maha Penci.pta. orang yang  memiliki hidup seperti  ini akan selalu mensyukuri  atas segala pemberian  ataupun perolehan serta akan dapat merasakan adanya kenikmatan dalam segalannya. Tetapi, bagi sebagian orang, yatu orang – orang yang sombong yang telah  tertutup akal sehatnya maka mereka akan lupa terhadap  keberadaan diri sebagai makhluk yang lemah serta lupa pula terhadap kekuasaan ilahi, dan ia akan menganggap bahwa dirinyalah yang memiliki kekuatan ataupun kemampuan, dan rezeki yang ia perolehpun  diakuinya sebagai hasil usahannya sendiri. Orang yang sudah terajangkit penyakit keombongan  seperti itu, sikapnya akan meremehkan terhadap segala sesuatu pemberian, dan baginya tidak akan terasa adanya kenikmatan pada pemberian tersebut. Dan orang seperti ini akan sulit untuk bisa mensyukuri nikmat – nikmat yang telah ia terima. “.... janganlah kamu seperti orang – orang yang lupa kepda Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada dirinya sendiri, mereka itulah orang – orang yang fasik.” ( Al – Hasyr : 19).
Agar kita menjadi orang yang pandai bersyukur maka ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, yaitu :
v  Jauhkan diri dari sifat sombong
v  Akuilah secara tulus bahwa kita adalah makhluk yang lemah, sedangkan yang maha kuasa hanyalah Allah.
v  Yakin bahwa Allahlah  pemilik serta pemberi  rezeki dan kenikmatan.
v  Yakin dan rasakan bahwa Allah maha pengasih dan penyayang.
v  Sadarilah bahwa potensi yang ada pada diri kita ini pada hakikatnya milik Allah.
v  Dalam urusan harta dan keberuntungan  hendaknya kita  melihat kebawah jangan melihat keatas. [8]

D.    CIRI – CIRI ORANG YANG BERSYUKUR

Dalam tausiyah yang di sampaikan oleh K.H.M Arifin Ilham menyebutkan bahwa ada 3 ciri – ciri orang yang bersyukur yaitu:
a.       Orang yang bersyukur akan banyak berzikir kepada Allah SWT
b.      Orang yang yang kurang bersyukur maka ia kurang berzikir kepada Allah swt.
c.       Orang yang tidak bersyukur maka ia tidak berzikir kepada Allah SWT.
 Dalam hal inipun Rasulullah SAW menjelaskan bahwa siapa saja yang pada pagi harinya membaca dzikir tersebut, maka ia telah menunaikan syukurnya pada hari itu. Dan siapa saja yang membaca dzikir tersebut pada sore harinya, maka ia telah menunaikan syukurnya pada malam hari itu.

E.     IMPLEMENTASI  SYUKUR   DALAM KEHDUPAN SEHARI – HARI

Rasa syukur yang ada dalam hati kita perlu diwujudkan atau di konkretkan dalam kehidupan sehari – hari. Bersyukur berarti mengetahui atau menyadari nikmat dari pemberi nikmat, bergembiralah atas nikmat yang di terima, dan melaksanakan apa yang menjadi tujuan pemberi nikmat, yaitu beribadah kepadan – Nya. Segala pikiran atau perilaku yang baik, yang dilakukan untuk mengharap ridho Allah adalah ibadah.sebagai contoh, menolong seorang kakek menyebrang di jalan raya  adalah suatu ibadah ketika dilakukan hanya untuk mencari ridho Allah.
Inilah beberapa bentuk syukur yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari – hari :
1.      Melaksanakan ibadah utama yang diperintahkan Allah kepada kita.
Ibadah merupakan tanda syukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kita. Ibadah yang dapat dilakukan misalnya, Shalat, zakat, dan haji bagi umat islam dll.
2.      Menjaga kesehatan fisik
Tidak melakukan aktivitas sesuatu yang membahaya fisik dan mental berarti menjaga nikmat kesehatan yang Tuhan berikan kepada kita. Makan teratur, olahraga, dan menjauhkan diri dari rokok, narkoba, seks bebas, atau apapun yang dapat merusak kesehatan fisik kita juga merupakan wujud dari rasa Syukur kita kepada Allah.
3.      Menjaga Kesehatan Mental dan Pikiran.
Tuhan menciptakan otak untuk berpikir, membantu kita dalam menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan sebaik mungkin. Oleh karena itu, kita patut mensyukurinya dengan melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan pikiran, saeperti rajin belajar, membaca, mengkaji ilmu sehingga pengetahuan kita semakin bertambah. Sebaliknya, kita juga perlu menjaga pikiran dari hal - hal yang merusak, misalnya dengan menjauhkan diri dari bacaan, tontonan, atau apapun yang mengandung pornografi dan pornoaksi karena dapat mengganggu konsentrasi dalam belajar dan bekerja.
4.      Mengembangkan Potensi untuk masa depan kita.
Cara kita menyiapkan masa depan merupakan bentuk syukur kita kepada Tuhan. Contoh aktivitas mengembangkan potensi yang Tuhan berikan  untuk kebaikan misalnya mengetahui diri kita berbakat dalam menulis, kita mengembangkannya dengan sering menulis cerpen atau ikut sanggar menulis agar semakin terasah kemampuannya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan diri agar di kemudian hari berhasil dan mencapai kesuksesan. kalaupun kita mengalami kegagalan dalam usaha mencapai sukses, jadikan itu pengalaman dan pelajaran yang berharga untuk mencapai keberhasilan.
5.      Manfaatkan potensi untuk membantu sesama.
Orang yang bersyukur ingin menjadi yang terbaik dengan memberikan manfaat bagi orang lain. Di sekitar kita, masih banyak orang yang menderita karena kemiskinan, pengangguran, cacat fisik, mental dan sosial, tertimpa bencana alam, penganiayaan, menderita sakit kronis, dan sebagainya. Gerakkan hati kita untuk bisa membantu orang yang menderita dengan cara menyisihkan uang jajan untuk mereka, memberi bantuan obat - obatan, memberi pakaian layak pakai, atau menyumbangkan tenaga untuk membantu kegiatan sosial.
6.       Tidak menyebabkan orang menderita.
 Menjauhkan diri dari sikap yang menyebabkan diri sendiri atau orang lain menderita merupakan wujud syukur kita kepada Tuhan. Misalnya, tidak menjerumuskan teman ke pergaulan yang buruk; tidak melakukan perusakan terhadap barang milik orang lain dengan mencoret - coret tembok; dan tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan orang lain dengan merokok, mengancam, menghina, membentak, menyindir, mencederai atau melakuka tawuran pelajar. Tindakan atau kata - kata yang baik saja terkadang bisa melukai teman kita, apalagi perbuatan atau kata - kata yang buruk. Oleh karena itu, kita perlu berhati - hati dalam berucap dan bertindak.[9]




















BAB III

PENUTUP

 

KESIMPULAN


Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat mengucapkan alhamdulilla, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat & berkah datangnya semata hanya dari ALLAH SWT   dan kita dapat mensyukuri nikmat ALLAH SWT dengan perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa  terimakasih kita kepada ALLAH SWT,  dan manusia yang tidak mau bersyukur  maka ia akan rugi karena ALLAH SWT tidak membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada dasarnya ALLAH SWT maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk dirinya sendiri.




















DAFTAR PUSTAKA


v  Ahmad Faridh, pembersih jiwa,hal 139
v  Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI.2001.
v  A’idh Al – Qarni. Menakjubkan potret hidup insane beriman. Solo :Aqwam. 2005
v  Ziarah, Al – Ghazali.menyikapi hati menghampiri ilahi. Bandung :pustaka hidayah.2004
v  Joko Suharto. Menuju ketenangan jiwa. Jakarta : Rineka cipta.2007




[1] Ahmad Faridh, pembersih jiwa,hal 139
[2] Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI.hal  50
[4] Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI.2001.hal  53
[5] A’idh Al – Qarni. Menakjubkan potret hidup insan beriman: Aqwam. 68
[6] A’idh Al – Qarni. Menakjubkan potret hidup insane beriman: Aqwam. Hal 58
[7] Ziarah, Al – Ghazali.menyikapi hati menghampiri ilahi : pustaka hidayah. Hal 63
[8] Joko Suharto. Menuju ketenangan jiwa: Rineka cipta. Hal 143 - 145

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata