11 Mar 2014

TIGA PONDASI UTAMA PENDIDIKAN KARAKTER


Oleh M. Feri Firmansyah S. PdI[1]
Bersama sahabat-sahabatku


Abstrak
Secara umum Pendidikan Karakter bertujuan membentuk peserta didik yang cerdas dan berakhlak. Sehingga tidak heran jika isu ini baik itu konsep, wacana ataupun implementasinya sangat diperlukan dalam pendidikan terlebih lagi pada Pendidikan Indonesia.  Namun dibalik merebaknya konsep Pendidikan Karakter sebenarnya memiliki kesamaan dengan Pendidikan Akhlak yakni yang bermuara pada tiga pondasi utama, antara lain; Nilai fikr  (ilmiah), Nilai dzikr (spiritual) dan Nilai Akhlak.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pendidikan Akhlak, Nilai fikr (ilmiah), Nilai dzikr (Spritual) dan Nilai Akhlak.

PENDAHULUAN
Mengkaji tentang pendidikan karakter merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam pendidikan. Karena subtansi dari pendidikan karakter itu dapat membuat out put dari pendidikan itu menjadi lebih berkarakter atau dengan kata lain mempunyai identitas yang bisa dijadikan tauladan.
Pendidikan Karakter bukanlah sebuah topik baru dalam dunia pendidikan. Pada kenyataannya, pendidikan karakter (moral) ternyata sudah seumur pendidikan itu sendiri. Berdasarkan penelitian sejarah dari seluruh negara yang ada di dunia ini, pada dasarnya pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para generasi muda untuk menjadi cerdas dan memiliki perilaku berakhlak (berbudi). (Thomas Lickona. 2012: 7).
Tujuan inilah yang menjadikan pendidikan karakter menjadi wacana yang berkembang kian pesat di Indonesia sehingga tidak heran jika isu ini baik itu konsep, wacana ataupun implementasinya sangat diperlukan dalam pendidikan terlebih lagi pada Pendidikan Indonesia. Hal ini dikarenakan degradasi moral yang menimpa generasi muda bahkan anak-anak yang belum dewasapun terpengaruh, seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, tindak kriminal dan banyaknya beredar video porno baik di kalangan pelajar maupun di kalangan khalyak umum.
Menurut Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility bahwa salah penyebab degradasi moral pada generasi muda yakni berkembangnya tren anak muda yang sudah menjadi panutan, antara lain; kekerasan dan tindakan anarkis, pencurian, tindakan curang, pengabaian terhadap aturan yang berlaku, tawuran antarsiswa, ketidaktoleran, penggunaan bahasa yang tidak baik, kematangan seksual yang terlalu dini beserta penyimpangannya dan sikap perusakan diri (Thomas Lickona. 2012: 20).
Berdasarkan opini Thomas Lickona dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter itu ada kesamaan pengertian dengan pendidikan akhlak (Budi Pekerti) cuma yang menjadi pembedanya cuma istilahnya dan penempatannya saja. Kalau Pendidikan Karakter lebih sering digunakan pada pendidikan umum sedangkan Pendidikan Akhlak (Budi Pekerti) sering digunakan pada Pendidikan Islam. Untuk itu, penulis akan membahas tentang pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam dengan judul Tiga Pondasi Utama Pendidikan Karakter.

PEMBAHASAN
A.     Pengertian Pendidikan Karakter
Berbicara soal karakter, maka perlu disimak apa yang ada dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa…” Dalam UU ini secara jelas ada kata “karakter” kendati tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang apa yang dimaksudkan dengan karakter, sehingga menimbulkan berbagai tafsir tentang maksud dari kata tersebut.
 Ungkapan karakter mengandung multitafsir, sebab ungkapan ini pernah diungkapkan oleh Bung Karno maksudnya adalah watak bangsa harus dibangun, tetapi ketika diucapkan oleh Ki Hajar Dewantara, ungkapan itu bermakna pendidikan watak untuk para siswa, yang meliputi “cipta”, “rasa” dan “karsa”. (Sutarjo Adisusilo. 2012: 76). Jadi Watak itu merupakan sebuat stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Watak sebagai sifat seseorang yang dapat dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang dapat berbeda. Namun, watak sangat dipengaruhi oleh factor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan dan lain-lain. (S.M. Dumadi, 1995: 11).
Ahli Pendidikan Nilai Darmiyati Zuchdi (2008: 39) memaknai watak (karakter) sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan dan kematangan moral seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan watak adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab, rasa kasihan, displin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos kerja dan kecintaan kepada Tuhan dalam diri seseorang. Dilihat dari tujuan pendidikan watak, yaitu penanaman seperangkat nilai-nilai maka pendidikan watak dan pendidikan nilai pada dasarnya sama. Jadi pendidikan watak pada dasarnya adalah pendidikan nilai, yaitu penanaman nilai-nilai agar menjadi sifat pada diri seseorang dan karenanya mewarnai kepribadian atau watak seseorang.
Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Jadi karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang menyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain. Dengan karakter itulah kualitas seorang pribadi diukur. Sedangkan tujuan pendidikan karakter adalah terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap/nilai hidup yang dimilikinya. Jadi, pendidikan karakter dapat dilakukan dengan pendidikan nilai pada diri seseorang.
Kesimpulannya watak atau karakter itu sangat penting, karena kesuksesan hidup seseorang tidak ditentukan semata-mata pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) yang diperoleh lewat pendidikan, tetapi lebih kemampuan mengelola diri yang di dalamnya termasuk karakter dan orang lain (soft skill). Penelitian mengungkapkan, bahwa kesuksesan seseorang ditentukan sekitar 20 % oleh hard skill dan sisanya 80 %. Bahkan orang-orang yang tersukses di dunia bisa berhasil karena lebih banyak didukung oleh kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk dikembangkan (Sutarjo Adisusilo, J.R .2012: 78).

B.     Pendidikan Karakter dalam Perspektif  Pendidikan Islam
Membahas pendidikan Islam merupakan sesuatu yang sangat kompleks, karena di dalamnya banyak terdapat hal yang perlu dipelajari seperti, hakikat, tujuan, makna dan lain sebagainya. Pendidikan Islam itu sendiri merupakan pengetahuan tentang mendidik atau pemeliharaan jasmani dan rohani (Abuddin Nata, 2011: 333). Selain itu, menurut Abuddin Nata (2011) juga pendidikan Islam adalah membimbing, mengarahkan dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Ini juga senada dengan pendapat dari Tobroni (2008), pendidikan Islam adalah usaha sadar atau bersahaja dengan bantuan orang lain (pendidik) atau secara mandiri sebagai upaya pembinaan dan pemberdayaan atas segala potensi yang dimiliki (jasmani dan rohani) agar dapat menciptakan kehidupan fungsional dan bernilai bagi diri dan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat dari para pakar pendidikan Islam, maka menurut penulis pendidikan Islam itu adalah upaya pembinaan, penyadaran yang mencakupi perkembangan aspek rohaniah dan jasmniah peserta didik dengan berlandaskan pada sumber ajaran Islam, al-Quran dan al-Hadist. Seperti yang dilakukan oleh Luqman kepada anaknya, yakni memperhatikan perkembangan rohaniah anaknya. Dan ini telah difirmankan oleh Allah “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13)
Kata ya’ izhuhu terambil dari kata wa’zh yaitu nasihat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati. Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan larangan. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang. Sebagaimana dipahami dari panggilan mesra kepada anak. Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasihat itu dilakukannya dari saat ke saat, sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan masa mendatang pada kata ya’zhuhu.
Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelajaran pertama yang diberikan oleh Luqman kepada anaknya adalah tauhid, aqidah, akhlak dan amal. Di sini titik tekannya adalah bagaimana pendidikan itu sangat mengutamakan ilmu atau dengan kata lain, kalau mendidik itu harus dengan ilmu. Karena apabila keempat pelajaran itu diberikan kepada peserta didik maka sudah tentu peserta didik akan menjadi manusia yang rahmatan lil ‘alamin dan pendidikan Islam berusaha mengkontekskan keprihatinan iman atau panggilan hidup berdasarkan perintah keagamaan dengan masalah-masalah pendidikan. Karena pendidikan Islam itu menurut penulis merupakan pondasi pendidikan karena pendidikan Islam menawarkan pendidikan karakter (akhlak) yang banyak disoroti dalam dunia pendidikan hingga akhir zaman kelak.
Penulis berpendapat bahwa pendidikan Islam itu terdapat nilai-nilai karakter karena dalam kurikulum pendidikan Islam itu menawarkan nilai fikr (Ilmiah), nilai dzikr (spiritual), dan nilai akhlak (karakter/implementasi dari kedua nilai di atas). Sehingga tidak heran jika pendidikan Islam itu menjadi patokan bahkan menjadi acuan keberhasilan pendidikan secara umumnya dalam mencetak out put yang sukses dunia dan akhirat. Tidak hanya itu pendidikan Islam dalam mencetak generasinya mengharuskan pendidik harus mendidik dengan ilmu dan kebijaksanaan atau hikmah.
Selanjutnya realisasi pendidikan karakter tersebut juga harus ditopang oleh tiga pilar utama lembaga pendidikan yaitu, rumah tangga, sekolah dan masyarakat (negara). Pendidikan rumah tangga adalah pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dan anggota keluarga terdekat lainnya dengan dasar tanggung jawab moral keagamaan, yakni menganggap bahwa anak sebagai titipan dan amanah dari Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan. Apabila pendidikan rumah tangga dan sekolah sebagai pilar utama pendidikan sudah tidak efektif lagi, bahkan sudah hancur, maka pemerintah dan masyarakat harus bertanggung jawab terhadap pendidikan karakter (Abuddin Nata. 2012: 154).

C.     Telaah Pondasi Pendidikan Karakter (Akhlak) dalam Surat Luqman Ayat 13
Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa pendidikan Islam itu pada dasarnya adalah mencerdaskan peserta didiknya, artinya memperhatikan tumbuh kembang peserta didik baik jasmani maupun rohani. Berikut ini hakikat Pendidikan Karakter (Akhlak) yang terdapat dalam surat Luqman ayat 13 antara lain;
1)      Nilai fikr  (ilmiah),
Dalam ayat ini titik tekannya adalah Luqman untuk berfikir ilmiah yakni dengan tidak menyukutukan Allah SWT. Islam adalah ilmu dan al-Quran adalah ilmu. Karena hanya orang-orang yang berilmu yang dapat memahami Islam dan mengamalkan ajarannya. Di sini pendidikan Islam lebih mengarah pada aspek kognitifnya, seperti pengajaran tauhid. Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa dan individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
Islam telah meletakkan konsep yang benar bagi akal, agar hal tersebut dipergunakan untuk merenungkan dan memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah, serta menghayati berbagai hikmah yang tersirat di dalamnya, dengan penghayatan yang mendalam dan seksama. Allah SWT berfirman “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannyanya.” (QS. Al-Israa’ [17]: 36). Islam benar-benar telah mengarahkan akal manusia agar lebih terbuka terhadap fenomena-fenomena perkembangan di dalam komunitas masyarakat yang lain. Lebih dari itu, Islam juga telah mendorong manusia agar mampu menggunakan kekuatan akalnya dalam memikirkan dan merenungkan fenomena tersebut, serta mengkaji secara mendalam unsur-unsur dan akibat-akibat yang dihasilkan. Tidak hanya itu, Islam juga telah mengarahkan akal manusia untuk memberdayakan kekuatan materi yang ada di alam semesta, khususnya yang terdapat di muka bumi untuk kepentingan manusia.
2)      Nilai dzikr (spiritual)
Maksud dari nilai-nilai spiritual di sini adalah nilai-nilai rohani dan prinsip-prinsip moral dalam batin seseorang yang memberi warna pada pandangan dunia, etos dan tingkah laku seseorang. Pendidikan Islam harus memberikan nilai-nilai spiritual yang islami, yang kondusif dan fungsional bagi pembentukan pandangan dunia anak didik.
Islam benar-benar memperhatikan pendidikan rohani (spiritual) yang dianggap sebagai jalan mengenal Allah SWT. Adapun jalan yang digambarkan Islam adalah segala hal yang berupa ibadah. Yang dimaksud ibadah di sini bukan hanya sekedar ibadah dalam artian gerakan lahiriah saja, akan tetapi ibadah yang dilakukan dengna penuh penghayatan, sehingga dapat mempengaruhi dan membentuk perilaku lahir manusia dalam kehidupannya. Maka ibadah di sini harus berdasarkan pada prinsip yang mewujudkan ikatan yang kuat antara ruh manusia dengan Allah SWT, dan tentu saja semua itu sangat berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam dalam berperilaku, bekerja, berfikir dan merasa. Sebab, unsur-unsur inilah yang pada akhirnya dapat mendorong hati manusia untuk kembali kepada Allah, setiap saat. Inilah jaminan Islam bagi seorang muslim dalam menjalin hubungan dengan Sang Pencipta (Fuhaim Mustafa. 2004: 29).
3)      Nilai Akhlak
Nilai akhlak lazimnya sering disamakan dengan pendidikan sopan santun, tata karma, adab, budi pekerti, moral dan etika. Sedangkan menurut penulis nilai akhlak merupakan bentuk pengamalan atau impelementasi dari nilai dzikr dan nilai fikr. Hal ini senada dengan firman Allah SWT dalam Surat Luqman ayat 17-19 “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah manusia berbuat makruf dan mencegah mereka dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara penting. Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, Sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara Keledai”.
Dari ayat di atas bahwa titik tekannya adalah nilai akhlak, menjadi fokus utama dalam pendidikan Islam karena nilai akhlak itu sangat fundamental untuk mencetak generasi atau out put  dari pendidikan Islam itu sendiri. Dan ini senada dengan firman Allah SWT “Dan tidaklah aku mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam (Q.S. 21: 107)”. Selain itu, ada juga teks hadist yang sangat populer bagi umat Islam yakni sesungguhnya aku tidak diutus oleh Allah melainkan untuk memperbaiki akhlak manusia. Artinya nilai akhlak itu mendapat porsi lebih dalam pendidikan Islam. Jadi kesimpulan akhir dari artikel ini adalah hakikat dari pendidikan Islam ialah pendidikan Islam itu terdapat nilai-nilai yang sangat penting, antara lain; nilai dzikr, fikr dan akhlak yang dapat membentuk karakter dari peserta didik itu sendiri.



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini, antara lain:
1.      Pendidikan karakter bukan topik baru dalam dunia pendidikan
2.      Pendidikan karakter sangat urgen dalam dunia pendidikan karena isi dan tujuannya dapat mencetak out put yang cerdas dan berakhlak
3.      Pendidikan Karakter memiliki kesamaan konsep dengan Pendidikan Islam yakni pada istilah Pendidikan Akhlak (Budi Pekerti). Kalau Pendidikan Karakter lebih sering digunakan pada pendidikan umum sedangkan Pendidikan Akhlak (Budi Pekerti) sering digunakan pada Pendidikan Islam.
4.      Pendidikan Karakter (Akhlak) memiliki tiga pondasi utama antara lain: Nilai fikr  (ilmiah), Nilai dzikr (spiritual) dan Nilai Akhlak.
5.      Realisasi pendidikan karakter (akhlak) tersebut juga harus ditopang oleh tiga pilar utama lembaga pendidikan yaitu, rumah tangga, sekolah dan masyarakat (negara).

Saran
Paling tidak ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pendidik ataupun peserta didik:
1.      Karakter seorang peserta didik akan terealisasikan apabila ada kerjasama antara keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).
2.      Dalam mendidik peserta didik harus berlandaskan pada tiga pondasi ini, yakni Nilai fikr  (ilmiah), Nilai dzikr (spiritual) dan Nilai Akhlak.
3.      Yang pertama harus ditanamkan pada peserta didik yakni nilai fikr (ilmiah), yakni bertauhid kepada Allah.





Daftar Pustaka
Al-Quran dan Terjemah. Depok: PT. Sabiq
Adisusilo, J. R, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter; Kontruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendidikan Pembelajaran Afektif.  Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Lickona, Thomas. 2012. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, Terj. Suryani. Jakarta: Bumi Aksara.
Musthafa, Fuhaim. 2003. Manhaj Pendidikan Anak Muslim, Ter. Abdillah Obid dan Yessi HM. Basyaruddin, LC. Jakarta: Mustaqiim.
Tobroni. 2008. Pendidikan Islam; Paragdigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas. Malang: UMM Press
__. 2010. Rekonstruksi Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Malang: UMM Press
Nata, Abuddin. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajwali Pers
____. 2012. Kapita Selekta Pendidikan Islam; Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Zuchdi, Darmayati. 2008. Humaniasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara




[1] Alumni Fakultas Agama Islam/ jurusan Tarbiyah, pengelolah blog www.ferigramesa.blogspot.com, yakni sebuah blog yang bertemakan pendidikan (Warung Pendidikan). Subtansi dari blog ini antara lain; sastra (puisi, novel, cerpen dan pantun), Pendidikan, Kajian Rohani, Motivasi, Pemikiran Kontemporer serta fenomena sosial. Untuk lebih lanjutnya silahkan membaca sendiri tulisan-tulisan yang terdapat dalam blog ini. Nama pena penulis adalah MuFe El-Bageloka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata