NAMA: MOH. ANIS (09340119)
Ibu
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduhtempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahuengkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku
1966.
ANALISIS
1. Karya puisi ini merupakan karya yang cukup menyentuh pembaca, puisi ini menggambarkan betapa berharganya seorang ibu, seperti banyak orang pikirkan, pemikiran Zawawi juga sama, yakni seorang ibu adalah segala-galanya. Dalam puisi ini juga di gambarkan betapa berharganya seorang ibu, semua kebaikan ibu tidak bisa di bayar oleh seorang pengarang dengan barang apapun tidak ada yang bisa menandingi kebaikan seorang ibu. Puisi ini juga menggambarkan realitas kehidupan masyarakat pulau Madura yang kental dengan kehidupan laut, sering mengalami kemarau panjang, dan dalam puisi ini digambarkan juga situasi-situasi religius.
2. D. Zawawi Imron juga merupakan salah satu tokoh agama di daerahnya sehingga dalam penciptaan karya ini Zawawi tetap menyisipkan nilai-nilai agama dalam penciptaan puisi ini. hal itu tergambar pada kalimat “Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal”.
3. Latar belakang kehidupan selain tokoh agama juga mempengaruhi proses penciptaan puisi ini. D. Zawawi Imron lahir di pulau madura yang kondisi cuaca cukup panas. Dia menggambarkan kndisi itu dengan menuliskan kata-kata kemarau pada salah satu bait dalam puisi ini. selain itu kondisi geografis pulau madura adalah laut. Hal itu tergambar pada kata-kata yang cukup jelas digambarkan pada puisi ini. segala kehidupan sosial digambarkan ddalam puisi ini mulai dari para petani dan nelayan.
4. Pandangan D. Zawawi Imron dalam penciptaan puisi ini cukup luas. Berangkat dari kebaikan seorang ibu, hal-hal yang lain juga diangkat oleh pengarang, salah satu contohnya adalah nilai-niai agama, kehidupan sosial masyarakat, kekayaan alam, anugrah tuhan dll.
Ibu
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduhtempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahuengkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku
1966.
ANALISIS
1. Karya puisi ini merupakan karya yang cukup menyentuh pembaca, puisi ini menggambarkan betapa berharganya seorang ibu, seperti banyak orang pikirkan, pemikiran Zawawi juga sama, yakni seorang ibu adalah segala-galanya. Dalam puisi ini juga di gambarkan betapa berharganya seorang ibu, semua kebaikan ibu tidak bisa di bayar oleh seorang pengarang dengan barang apapun tidak ada yang bisa menandingi kebaikan seorang ibu. Puisi ini juga menggambarkan realitas kehidupan masyarakat pulau Madura yang kental dengan kehidupan laut, sering mengalami kemarau panjang, dan dalam puisi ini digambarkan juga situasi-situasi religius.
2. D. Zawawi Imron juga merupakan salah satu tokoh agama di daerahnya sehingga dalam penciptaan karya ini Zawawi tetap menyisipkan nilai-nilai agama dalam penciptaan puisi ini. hal itu tergambar pada kalimat “Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal”.
3. Latar belakang kehidupan selain tokoh agama juga mempengaruhi proses penciptaan puisi ini. D. Zawawi Imron lahir di pulau madura yang kondisi cuaca cukup panas. Dia menggambarkan kndisi itu dengan menuliskan kata-kata kemarau pada salah satu bait dalam puisi ini. selain itu kondisi geografis pulau madura adalah laut. Hal itu tergambar pada kata-kata yang cukup jelas digambarkan pada puisi ini. segala kehidupan sosial digambarkan ddalam puisi ini mulai dari para petani dan nelayan.
4. Pandangan D. Zawawi Imron dalam penciptaan puisi ini cukup luas. Berangkat dari kebaikan seorang ibu, hal-hal yang lain juga diangkat oleh pengarang, salah satu contohnya adalah nilai-niai agama, kehidupan sosial masyarakat, kekayaan alam, anugrah tuhan dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata