12 Jun 2013

Obrolan Tentang Sastra Indonesia

Oleh MuFe El-Bageloka
 
Ini kubuat untuk data skripsi yang dicoret dan yang kuhapus. Karena sayang kalau dibuang dan tidak di daur ulang. Tulisan ini disebut Baksamaph Skripsiku

Latar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat,
waktu dan keadaan yang menimbulkan peristiwa dalam sebuah cerita. Peristiwa-peristiwa terjadi pada suatu waktu dan pada tempat tertentu. Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan Sudjiman. Ia mengungkapkan bahwa Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya membangun latar cerita
Hal serupa diungkapkan oleh Abram dalam Nurgiyantoro yang menyebutkan bahwa latar sebagai landas tumpu yang menyaran pada tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa diceritakan. Latar memberikan pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini sangat penting untuk memberikan kesan yang lebih realistis kepada pembaca, sehingga pembaca mampu menggunakan daya imajinasinya. Suasana yang diceritakan seolah-olah pernah terjadi.
Pentingnya latar dalam novel dikemukakan pula oleh Hartoko dan Rahmanto. Dikatakan bahwa latar adalah penempatan dalam ruang dan waktu seperti terjadi dengan karya naratif atau dramatis. Latar penting untuk menciptakan suasana dalam karya. Selanjutnya Maman Mahayana menjelaskan pengahadiran latar oleh pengarang tentu bukan tanpa maksud. Ada sesuatu yang hendak disampaikan, baik untuk keindahan, maupun untuk memperkuat tema. Hal tersebut merupakan bagian dari fungsi latar pada sebuah novel.
Lebih luas lagi Sumarjo menambahkan bahwa setting atau latar dalam karya fiksi bukan hanya sekedar background artinya bukan hanya menunjukan tempat kejadian dan kapan terjadinya. Sebuah novel memang harus terjadi di suatu tempat dan dalam suatu waktu, intinya sebuah cerita didasarkan atas tempat atau ruang terjadinya sebuah peristiwa.
Sedangkan Kenney dalam Sudjiman menegaskan bahwa latar meliputi penggambaran lokasi geografis, temasuk tipografi pemandangan, sampai kepada perincian perlengkapan sebuah ruangan. Misalnya pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu terjadinya peristiwa, masa sejarahnya, musim terjadinya termasuk lingkungan agama, moral, intelektual, sosial masyarakat serta emosional para tokoh.
Latar dibagi ke dalam dua jenis yaitu latar fisik dan latar spritual. Latar fisik terdiri dari latar tempat dan waktu. Nama-nama lokasi tertentu seperti nama kota, desa, jalan, sungai, dan lain-lain. Hubungan waktu seperti tahun, tanggal, pagi, siang, malam, dan lain-lain yang menyaran pada waktu tertentu merupakan latar waktu. Latar spritual dalam karya fiksi berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku ditempat bersangkutan. Ada juga yang menyebutnya sebagai latar sosial.
Seperti yang telah dikemukakan, unsur latar di bedakan atas tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Latar merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Plot adalah sturktur penyusunan kejadian-kejadian yang disusunan secara logis. Disusun secara logis maksudnya rangkaian tersebut terjalin dalam hubungan sebab akibat. Sejalan dengan pendapat ini M. Saleh Saad yang menyebut plot dengan sebutan alur menerangkan, “Alur ialah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hokum sebab penting ialah menjelaskan mengapa hal itu terjadi”.
Alur atau plot merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain.  Plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita . Dari uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa plot merupakan rangkaian peristiwa dalam suatu cerita berdasarkan hubungan sebab akibat dan maju mundurnya waktu.
Dalam penyampaian cerita, pengarang dapat menggunakan sudut pandang melalui cerita. Dalam hal ini, pencerita tidak sama dengan pengarang. Pencerita adalah tokoh yang menyampaikan cerita yang dapat dilakukan melalui pencerita orang pertama (aku) dan orang ketiga (dia).
Amanat adalah suatu ajakan moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implisit ataupun eskplisit. Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan di dalm tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, ujaran, larngan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari gagasan itu. Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan amanat adalah pesan atau nasihat pengarang yang disampaikan kepada pembaca, secara implisit ataupun eksplisit.
Jalan cerita dalam novel dilakukan oleh tokoh cerita. Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi juga dapat berwujud binatang atau benda-benda yang diinsankan. Individu ini semata-mata hanya bersifat rekaan, tidak ada dalam dunia nyata. Bila pun ada mungkin hanya kemirip-miripan dengan individu tertentu yang memiliki sifat-sifat yang sama yang kita kenal dalam kehidupan kita.
Pengertian tentang tokoh di ungkapkan pula oleh Abram yang di kutip dari Nurgiyantoro bahwa tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya fiksi, oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral yang diekspresikan dalam ucapan dan dalam tindakan. Tokoh yang baik dalam cerita adalah tokoh yang dianggap oleh pembaca sebagai tokoh konkret. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan, ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar.
Membicarakan masalah tokoh berarti membicarakan pula penokohan. Penokohan menyaran pada perwatakan, karakter dari tokoh yang menunjuk pada sifat dan sikap. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan tokoh-tokoh dalam cerita.
Berdasarkan definisi tentang tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku cerita yang ditampilkan pengerang sesuai dengan penggambaran aspek kejiwaan dan tinngkah laku seseorang dalam kehidupan. Sedangkan penokohan adaah watak yang dimilki oleh tokoh cerita.
Unsur ekstrinsik sebuah karya sastra bergantung pada pengarang menceritakan karya itu. Unsur ekstrinsik mengandung nilai dan norma yang telah dibuatnya. Norma adalah suatu ketentuan atau peraturan-peraturan yang berlaku dan harus ditaati oleh seseorang. Di dalam Dictionary Of Sociology and Related Sciences dikemukakan juga bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita membaca dengan hati plus mata