KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Rabb yang patut kita
puji, memohon pertolongan dan meminta ampunan. Kita berlindung kepada Allah
SWT. dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan.
Shalawat serta salam tercurah pada Nabi kita
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman yang
terang menderang seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Alhamdulillah, akhirnya makalah yang berjudul “Konsep
baik-buruk, etika, dan susila serta hubungannya dengan akhlak Islam”
ini dapat terselesaikan. Dengan selesainya makalah ini tentunya tak lepas dari
peran serta pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya karya tulis ini,
oleh karena itu dengan rasa hormat penulis sampaikan terima kasih.
Hanya do’a dan ucapan terimah kasih banyak yang bisa
penulis sampaikan. Semoga jasa-jasa dan kebaikan mereka mendapat imbalan yang
lebih dari Allah SWT. Dzat yang Maha Pemberi.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman. penulis menyadari masa banyaknya kesalahan di sana sini. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
ini.
Akhirnya dengan penuh harap kepada Allah SWT. Semoga
makalah yang sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi peulis
khususnya dan bagi orang yang mempelajarinya.
Malang, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ................................................................................................................... 1
Daftar
Isi ............................................................................................................................ 2
Bab.
I Pendahuluan............................................................................................................. 3
Bab.
II Isi............................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Baik-Buruk,
Etika, Moral, dan Susila ........................................................ 4
2.2 Hubungan
Baik-Buruk, Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak Islam …………….. 7
Bab.
III Kesimpulan ......................................................................................................... 8
Daftar
Pustaka .................................................................................................................... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
Bila kita hendak mengetahui panjang
sesuatu bilik, kita memakai ukuran-ukuran yang tertentu, dan dengan ukuran
meter umpamanya kita mengetahui ukuran bilik itu. Demikian juga bila kita
hendak mengetahui timbangan sesuatu. Maka dengan ukuran dan timbangan apakah
kita dapat mengetahui baik dan buruk, serta etika, dan moral?
Kebanyakan manusia berselisih dalam
pandangannya mengenai sesuatu; diantara mereka ada yang melihatnya baik dan
diantara mereka ada yang melihatnya buruk; bahkan ada seorang yang melihat
sesuatu baik dalam dalam waktu ini, lalu melihatnyan buruk pada waktu lain.
Maka dengan ukuran apakah, sehingga dengan sesuatu pandangan, kita dapat
memberi hukum kepada sesuatu dengan pandangan baik dan buruk.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Baik-Buruk, Etika, Moral, dan Susila
Di dalam beberapa buah kamus dan
ensiklopedi diperoleh pengertian baik dan buruk ini sebagai berikut:
1.
Baik
(khair, bahasa Arab/good, bahasa Inggris).
a.
Sesuatu
yang telahb mencapai kesempurnaan[1]
b.
Sesuatu
yang mempunyai nilai kebenaran
c.
Sesuatu
hal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan baik bila
ia dihargai secara positif[2]
Orang yang baik akhlaknya ialah yang bersifat : lapang dada.
Peramah, pandai bergaul, tidak menyakiti hati orang lain, lurus benar, tidak
berdusta, sedikit bicara, banyak bekerja, sabar (tabah) dalan perjuangan, tahu
berterima kasih, dipercaya, tidak memfitnah, tidak dengki, baik dengan
tetangga, kata-kata dan perbuatannya disenangi orang lain dan lain-lain sifat
utama.
Orang yang baik akhlaknya banyak teman sejawatnya. Sedikit
musuhnya. Hatinya senang dan tenang. Hidupnya bahagia dan membahagiakan, itulah
sifat-sifat yang terpuji dikasihi Allah Firman Allah SWT :
Artinya :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah
ke dalam syurga-Ku.
Orang-orang yang arif bijaksana berkata : “ orang yang baik budi
pekertinya hatinya senag. Masyarakat sekitarnya tenang”.
Didalam suatu riwayat ada seseorang pemuda ganteng duduk dekat
ahnaf bin Qes. Qes berkata : “Wahai pemuda ganteng, apakah kamu juga menghiasi
wajahmu dengan sesuatu? Pemuda itu menjawab. “Ada. Jika saya bicara selalu
benar tidak berdusta. Jika saya berjanji selalu saya tepati. Jika saya
dipercayai selalu saya pelihara kepercayaan itu. Saya tidak berkhianat.” Lantas
Anhaf berkata : “Inilah budi pekerti baik”.[3]
2.
Buruk
(syarr, bahasa Arab/Bad, bahasa Inggris ):
a.
Tidak
baik, tidak seperti seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, di bawah standard,
kurang dalam nilai
b.
Adalah
segala yang tercela, lawan baik. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku[4]
Orang yang buruk akhlaknya ialah yang selalu bermuka masam, kasar
tabiatnya, tidak sopan, sombong, dengki, khianat, pendusta, penakut dan
berbagai sifat yang tidak baik.
Orang yang buruk akhlaknya menjadikan orang lain benci kepadanya.
Menjadi celaan orang. Tersisih dari pergaulan. Hidupnya susah dan menyusahkan
orang lain, hatinya selalu resah gelisah. Semua orang menjadi musuhnya. Tidak
ada teman sepergaulan. Hidupnya tersisih sendirian. Alangkah sialnya kehidupan
demikian. Firman Allah SWT :
Artinya:
Jika
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan lari dari padamu.
Orang-orang arif bijaksana berkata: “Akhlak yang buruk itu ibarat
racun yang membunuh; perbuatan-perbuatan keji memisahkan seseorang
darimasyarakat dan dari Tuhannya. Aia teman dengan syaitan yang selalu
merayunya untuk jatuh ke jurang kehinaan”
3.
Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa
Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya
yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang
melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai
untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata),
etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
4.
Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa
Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu
mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila
kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata
’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai
arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama
dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja
yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.
5.
Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat
awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa sangsekerta, yaitu
Su dan sila. Su berarti baik dan Sila berarti dasar, prinsip atau norma.
Kata Susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup
yang loebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik,
sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk.
Selanjutnya kata susila dapat pula berarti
sopan, beradab baik budi bahasanya. Dan kesusilaan lebih mengacu kepada upaya
membimbing, memadu, mengarahkan, dan membiasakan dan memasyarakatkan hiduo
sesuai dengam norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan
menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang
baik. Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing agar berjalan dengan
baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan
mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.[5]
2.2 Hubungan Baik-Buruk, Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak
Islam
Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa baik-buruk,
etika, moral dan susila sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua
istilah tersebut sama-sama menghendakiterciptanya keadaan masyarakat yang baik,
teratur, aman, damai , dan tentram sehingga sejahtera batiniyah dan lahiriyah.
Namun demikian etika, moral, susila, dan akhlak tetp saling
berhubungan dan membutuhkan. Dengan jelas bahwa etika, moral, susila berasal dari
produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang
bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal
dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk al-qur’an and al-sunnah
itu sifatnya dalam keadaan “belum siap pakai”. Jika al-qur’an misalnya menyuruh
kita berbuat baik kepada ibu-bapak, menghormati sesame kaum muslimin, dan
menyuruh menutup aurat, maka suruhan tersebut belum dibarengi dengan cara-cara,
sarana, bentuk dan lainnya. Bagaimanakah cara menghormati orang tua tidak kita
jumpai dalam al-qur’an. Cara-cara untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada
dalam al-qur’an dan al-hadis itu memerlukan penalaran atau ijtihad para
ulama dari waktu ke waktu. Cara menutup
aurat, model pakaian, ukuran dan potongannya yang sesuai dengan ketentuan
akhlak jelas memerlukan hasil pemikiran akal pikiran manusia dan kesepakatan
masyarakat untuk menggunakannya. Jika demikian adanya ketentuan baik dan buruk
yang terdapat dalam etika, moral. Dan susila yang merupakan produk akal pikiran
dan budaya masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan
akhlak yang terdapat pada al-qur’an. Tanpa bantuan usaha manusia dalam bentuk
etika, moral dan susila. Ketentuan akhlak yang terdapat daloam al-qur’an dan
al-sunnah akan lebih sulit dilaksanakan.
Dengan demikian keberadaan etika, moral, dan susila sangat
dibutuhkan dalam rangka menjabarkan dan mengoprasionalkan ketentuan akhlak yang
terdapat dalam al-qu’an. Disinilah letak peranan dan etika, moral, dan susila
terhadap akhlak.
BAB III
KESIMPULAN
Pada dasarnya perilaku baik-buruk, etika, moral dan kesuliaan
manusia sangat berkesinabungan, karena ukuran tiap-tiap bagian tidak dapat di
ukur dengan alat ukur apapun, hanya penilaian sajalah yang dapat mengetahui
nilai dari tiap masing-masing. Dan setiap orang dapat berbeda pendapat atau
berbeda pandangan tentang akhlak baik-buruk, etika, moral, dan susila
seseorang.
Hanya etika, moral dan akhlak baiklah yang dapat memberikan
pencerahan, ketenangan, serta kebahagian bagi kita. Begitupun sebaliknya jika
kita berbuat perilaku buruk, kita akan dijauhi, dicela orang lain, tersisih
dari pergaulan, dan hatinya selalu resah dan gelisah.
DAFTAR
PUSTAKA
v As, Drs Asmaran, M. A. 1992. Pengantar Studi Islam. Jakarta :
Rajawali Pers
v Ma’ruf, K. H. Farid. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta
: Bulan Bintang
v Bakry, H. Oemar. 1986. Akhlak Muslim. Bandung
: Angkasa
v http. Oktaviawardani.blogspot.com Etika, Moral, dan Susila~Welcome
To Blog
(diakses pada Selasa 8 Oktober
2013, 16.25 WIB)
v http://wikipedia akhlak
baik-buruk, etika, moral, susila.com/2013/10.
(diakses pada Selasa 8 Oktober
2013, 17.30 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata