BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syukur berarti Memuji, berterima
kasih dan merasa berhutang budi kepada Allah atas karunia-Nya, bahagia atas
karunia tersebut dan mencintai-Nya dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
Allah telah memberikan apa yang telah diberikan-Nya kepada kita, seperti halnya
semua alat indra kita serta nikmat kesehatan yang semua itu tidak bisa diukur
dengan material kita. Akan tetapi bagaimana kita harus menyikapi pemberian yang
Allah berikan kepada kita? Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya
untuk mensyukuri nikmat yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin
kadang manusia sendiri lupa apa yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk
Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan seperti ; Perintah
untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist,
Puasa, Zakat dan lain sebagainya. Perintah atau anjuran – anjuran tersebut
diatas adalah merupakan alat ukur kita seberapa jauh kita dalam membalas rasa
syukur, serta kenikmatan dalam hal kesehatan serta hal yang membuat kita mampu
untuk memenuhi keinginan kita terhadap Allah. Akan tetapi tentu saja semua hal
yang berkaitan kenikmatan di dunia semua itu merupakan hanya kenikmatan
sementara yang nantinya akan diambil oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan
keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh
besar yang telah Allah berikan kepada kita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI SYUKUR
Syukur ialah memuji si
pemberi Nikmat atas kebaikan yang telah di lakukannya. Syukurnya seseorang
hamba berkisar atas tiga hal, yang apabila
ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan bersyukur, yaitu : mengakui nikmat dalam batin membicarakannya
secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah. Jadi
syukur itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan. Hati untuk ma’rifah
dan mahabbah, lisan untuk memuja dan menyebut nama Allah, dan
anggota badan untuk menggunakan nikmat yang di terima sebagai sarana untuk
menjalankan ketaatan kepada Allah dan
menahan dri dari maksiat kepada – Nya.[1]
Syukur memang berbeda dengan Al –
Hamdu (pujian), karena syukur selalu sebagai respon terhadap nikmat atau
pemberian yang di terima. Sedangkan al – hamdu menyangkut sifat terpujian
yang melekat pada diri yang di puji tampa suatu keharusan sipemuji mendapatkan
nikmat atau pemberian yang dipuji.
Misalnya mengatakan “saya memuji si A karena keberaniannya”, atau “saya
memuji si B karena keluasan Ilmunya”. Si A dan B anda puji bukan karena anda
mendapatkan manfaat dari keberanian dan ilmunya, tapi karena memang sifat
berani sudah melekat pada diri si A dan
sifat berilmu melekat pada si B. anda tidak bisa mengatakan saya bersyukur
kepada si A karena keberaniannya sementara anda secara langsung tidak
mendapatkan manfaat dari keberaniannya itu.
Di samping itu syukur di ungkapkan dengan melibatkan dengan tiga Aspek
sekaligus, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Sedangkan al – hamdu atau pujian cukup dengan lisan.[2]
TIGA
DIMENSI SYUKUR
Seperti yang sudah di singgung di atas, syukur harus melibatkan
tiga dimensi yaitu Hati, lisan dan
jawarih (anggota badan). Seorang Muslim
misanya, bersyukur kepada Allah SWT atas
kejayaan harta benda yang di dapatkannya maka pertama sekali harus di lakukannya adalah mengetahui
dan mengetahui bahwa semua kekayaan yang didapatkannya itu adalah karunia dari
Allah SWT. Usaha yang dia lakukan
hanyalah sebab atau ikhtiar semata. Ikhtiar tampa taufik dari Allah SWT
tidak akan menghasilkan apa yang diinginkan. Oleh sebab itu dia harus bersyukur
kepada Allah yang maha pemurah dan maha pemberi rezeki. Setelah itu baru dia
mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk pujian – pujian seperti, al
hamdulillah, as – syukurlillah dan lain sebagainya. Kemudian dia buktikan
rasa Syukurnya itu dengan amal perbuatan
yang Nyata yaitu memanfaatkan harta kekayaan itu pada jalan yang diridhoi oleh
Allah SWT, baik untuk keperluannya sendiri maupun untuk keperluan keluarga,
umat atau fi’sabilillah lainnya.
B. HAKIKAT SYUKUR
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang
sebaik – baiknya dan diciptakan untuk menyembah – Nya seraya bersyukur atas
hidup untuk mencapai kedudukan tertinggi di akhirat kelak. Jikalau kita fikir
dahulunya kita tercipta dengan ilmu pengetahuan yang sedikit dan hanya bisa
sedikit berbuat, kini kata memiliki banyak ilmu pengetahuan serta nikmat yang
banyak. Lantas bagaimana kita tidak bersyukur? Sementara balasan yang di
janjikan Allah SWT apabila hambanya mensyukuri nikmat – Nya, adalah
kenikmatannya akan di tambah dan di lipat gandakan nikmat – nikmatnya yang
lain.
Orang yang selalu bersyukur ia akan selalu mengingat Allah SWT
dalam berdiri, duduk, sampa tidurnyapun, dari bangun tidur sampai tidur lagi ia
akan selalu berzikir, dan tidurnyapun
untuk mengumpulkan energi untuk bersyukur atas nikmat Allah. Inilah
hakikat stukur dari hati, akal, lisan dan jasad sebenarnya. Nikmat atau rezeki
yang di terima adalah barokah Allah SWT
meskipun hanya kecil dan sedikit tetapi cukup dan menentramkan hati.
Karena orang yang selalu bersyukur akan
diberikan kehidupan terasa menjadi tentram, damai, tenang, dan bahagia serta
terhindar dari fitnah dan azab dunia serta akhirat.[3]
C. KEUTAMAAN SYUKUR
Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk bersyukur kepada –
Nya. Firman – Nya :
فاذكر ونى أذكركم واشكرولى ولاتكفرون
(البقرة:103 )
“karena itu, ingatlah kamu kepada – Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada – Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)
Ku”. (
Q.S Al – Baqarah 2 : 152)
Manusia di Perintahkan bersyukur kepada Allah SWT bukanlah untuk
kepentingan Allah itu sendiri, karena Allah SWT ghaniyun’anil’alamin (
tidak memelukan apa – apa dar alam semesta) tapi justru untuk kepentingan manusia itu sendiri. Allah
menyatakan :
ومن يشكر فإنمايشكرلنفسه , ومن كفرفإن الله غنى
حميد ( لقمان :13)
“..... Dan barang siapa yang bersyukur(kepada
Allah), maka sesungghnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa
yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S Lukman 31 : 12)
و إذتأذن ر بكم لىن شكر تم لأ زيد نكم ولىن كفرتم
إن عذابى لشد يد ( إبراهم : 7 )
“ dan ingatlah tatkala
Tuhanmu memaklumkan : “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu ,mengingkari (nikmat – Ku), maka
sesungguhnya Azab ku sangat Pedih.” (Q.S Ibrahim 14 : 7)[4]
فخذ ماءاتيتك وكن من
الشاكرين
“maka
ambilah apa yang telah aku berikan kepadamu, dan jadilah kamu termasuk
orang – orang yang bersyukur.” (Al – A’raf:144)
Dalam ayat ini
terkandung dua unsur penting yakni:
Pertama :
menerima pemberian dari Allah SWT
Kedua : bersyukur kepada Allah SWT atas pemberian
itu.[5]
Yakni, ridhalah dengan apa yang telah kami berikan kepadamu ;
bergembiralah dengan keistimewaan yang kami khususkan bagimu ; bersyukurlah
kepada Allah atas dan nikmat tersebut
dan jadikanlah ia sebagai kekuatan untuk beramal serta penolong untuk
menjalankan ibadah. Nikmat, walaupun kecil, akan menjadi besar bila diterima
dengan rasa puas, bersyukur, dan menjaganya dengan beramal shalih. Kesenangan
tidak akan sempurna dan nikmat tidak menjadi besar kecuali dengan memutuskan
angan – angan untuk memiliki seperti apa yang dimiliki oleh orang lain. Memupus
harapan untuk memiliki apa – apa yang ada di tangan mereka. Inilah yang
dinamakan kaya dan mulia.[6]
Diriwayatkan
dari ‘Atha’ bahwa dirinya menemui ‘A’isyah r.a. ia berkata, “ beritahukanlah
kepada kami sesuatu yang menakjubkan yang anda lihat dari Rasulullah Saw.”
A’isyah menangis lantas berkata, “
bagaimana tidak menakjubkan pada suatu malam beliau mendatangiku, lalu pergi
bersamaku ketempat tidur dan berselimut hingga kulitku menempel dengan
kulitnya. Kemudian beliau berkata, “wahai putri Abu Bakar, biarkanlah aku
beribadah kepada Tuhanku.”
Saya menjawab, ‘saya
senang berdekatan dengan anda. Akan tetapi, saya tidak akan menghalangi
keinginan anda.’
Saya mengijinkan beliau.
Lalu beliau mengambil tempat air dan berwudhu tampa menuangkan banyak air.
Kemudian dia berdiri untuk shalat, lalu menangis hingga Air matanya bercucuran
membasahi dadanya. Beliau rukuk, dan menangis. Beliau sujud, lalu menangis.
Beliau berdiri lagi lalu menangis. Demikian seterusnya beliau lakukan dengan
menangis hingga datang bilal, lalu saya izinkan ia untuk shalat. Kemudian saya
bertanya kepada Rasulullah, apa yang membuat anda menangis? Pada hal Allah
telah mengampuni dosa – dosa anda yang lalu maupun yang akan datang.
Beliau menjawab. “tidak
bolehkah aku menghendaki agar menjadi seorang hamba yang bersyukur? Allah SWT
berfirman : sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi ; pertukaran malam dan siang ; kapal
yang berlayar dilautan yang membawa manfaat bagi manusia ; air (hujan) yang
diturunkan Allah dari langit, lalu dengan air itu dia menghidupkan bumi yang
sudah mati ; berkeliarannya jenis binatang ;
serta dalam perkisaran angin dan awan itu, terdapat bukti kebenaran untuk orang – orang
yang berpikir. (Al – Baqarah ; 164).[7]
Bagi orang yang mau berfikir tentu akan mengakui bahwa segala potensi yang ia miliki
dan rezeki yang ia peroleh pada dasarnya
bukanlah atas dasarnya bukanlah atas
kekuasaannya sendiri sehingga mereka
akan tetap menyadari bahwa dirinya
adalah makhluk yang lemah dan sangat
merasakan adanya kekuasaan dan pengaturan dari sang Maha Penci.pta. orang yang memiliki hidup seperti ini akan selalu mensyukuri atas segala pemberian ataupun perolehan serta akan dapat merasakan
adanya kenikmatan dalam segalannya. Tetapi, bagi sebagian orang, yatu orang –
orang yang sombong yang telah tertutup
akal sehatnya maka mereka akan lupa terhadap
keberadaan diri sebagai makhluk yang lemah serta lupa pula terhadap
kekuasaan ilahi, dan ia akan menganggap bahwa dirinyalah yang memiliki kekuatan
ataupun kemampuan, dan rezeki yang ia perolehpun diakuinya sebagai hasil usahannya sendiri.
Orang yang sudah terajangkit penyakit keombongan seperti itu, sikapnya akan meremehkan
terhadap segala sesuatu pemberian, dan baginya tidak akan terasa adanya
kenikmatan pada pemberian tersebut. Dan orang seperti ini akan sulit untuk bisa
mensyukuri nikmat – nikmat yang telah ia terima. “.... janganlah kamu seperti
orang – orang yang lupa kepda Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada
dirinya sendiri, mereka itulah orang – orang yang fasik.” ( Al – Hasyr : 19).
Agar
kita menjadi orang yang pandai bersyukur maka ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan, yaitu :
v Jauhkan diri dari
sifat sombong
v Akuilah secara
tulus bahwa kita adalah makhluk yang lemah, sedangkan yang maha kuasa hanyalah
Allah.
v Yakin bahwa
Allahlah pemilik serta pemberi rezeki dan kenikmatan.
v Yakin dan
rasakan bahwa Allah maha pengasih dan penyayang.
v Sadarilah bahwa
potensi yang ada pada diri kita ini pada hakikatnya milik Allah.
v Dalam urusan
harta dan keberuntungan hendaknya
kita melihat kebawah jangan melihat
keatas. [8]
D. CIRI – CIRI ORANG YANG BERSYUKUR
Dalam
tausiyah yang di sampaikan oleh K.H.M Arifin Ilham menyebutkan bahwa ada 3 ciri
– ciri orang yang bersyukur yaitu:
a.
Orang yang bersyukur akan banyak berzikir kepada Allah SWT
b.
Orang yang yang kurang bersyukur maka ia kurang berzikir kepada
Allah swt.
c.
Orang yang tidak bersyukur maka ia tidak berzikir kepada Allah SWT.
Dalam hal inipun Rasulullah SAW
menjelaskan bahwa siapa saja yang pada pagi harinya membaca dzikir tersebut,
maka ia telah menunaikan syukurnya pada hari itu. Dan siapa saja yang membaca dzikir
tersebut pada sore harinya, maka ia telah menunaikan syukurnya pada malam hari
itu.
E. IMPLEMENTASI SYUKUR DALAM KEHDUPAN SEHARI – HARI
Rasa syukur yang ada dalam hati kita perlu diwujudkan atau di
konkretkan dalam kehidupan sehari – hari. Bersyukur berarti mengetahui atau
menyadari nikmat dari pemberi nikmat, bergembiralah atas nikmat yang di terima,
dan melaksanakan apa yang menjadi tujuan pemberi nikmat, yaitu beribadah
kepadan – Nya. Segala pikiran atau perilaku yang baik, yang dilakukan untuk mengharap
ridho Allah adalah ibadah.sebagai contoh, menolong seorang kakek menyebrang di
jalan raya adalah suatu ibadah ketika
dilakukan hanya untuk mencari ridho Allah.
Inilah
beberapa bentuk syukur yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari – hari :
1.
Melaksanakan ibadah utama yang diperintahkan Allah kepada kita.
Ibadah merupakan tanda syukur atas apa yang telah Allah berikan
kepada kita. Ibadah yang dapat dilakukan misalnya, Shalat, zakat, dan haji bagi
umat islam dll.
2.
Menjaga kesehatan fisik
Tidak melakukan aktivitas sesuatu yang membahaya fisik dan mental
berarti menjaga nikmat kesehatan yang Tuhan berikan kepada kita. Makan teratur,
olahraga, dan menjauhkan diri dari rokok, narkoba, seks bebas, atau apapun yang
dapat merusak kesehatan fisik kita juga merupakan wujud dari rasa Syukur kita
kepada Allah.
3.
Menjaga Kesehatan Mental dan Pikiran.
Tuhan menciptakan otak untuk berpikir, membantu kita dalam menyelesaikan
masalah, dan membuat keputusan sebaik mungkin. Oleh karena itu, kita patut
mensyukurinya dengan melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan pikiran,
saeperti rajin belajar, membaca, mengkaji ilmu sehingga pengetahuan kita
semakin bertambah. Sebaliknya, kita juga perlu menjaga pikiran dari hal - hal
yang merusak, misalnya dengan menjauhkan diri dari bacaan, tontonan, atau
apapun yang mengandung pornografi dan pornoaksi karena dapat mengganggu
konsentrasi dalam belajar dan bekerja.
4.
Mengembangkan Potensi untuk masa depan kita.
Cara kita menyiapkan masa depan merupakan bentuk syukur kita kepada Tuhan. Contoh aktivitas mengembangkan potensi yang Tuhan berikan untuk kebaikan misalnya mengetahui diri kita berbakat dalam menulis, kita mengembangkannya dengan sering menulis cerpen atau ikut sanggar menulis agar semakin terasah kemampuannya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan diri agar di kemudian hari berhasil dan mencapai kesuksesan. kalaupun kita mengalami kegagalan dalam usaha mencapai sukses, jadikan itu pengalaman dan pelajaran yang berharga untuk mencapai keberhasilan.
Cara kita menyiapkan masa depan merupakan bentuk syukur kita kepada Tuhan. Contoh aktivitas mengembangkan potensi yang Tuhan berikan untuk kebaikan misalnya mengetahui diri kita berbakat dalam menulis, kita mengembangkannya dengan sering menulis cerpen atau ikut sanggar menulis agar semakin terasah kemampuannya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan diri agar di kemudian hari berhasil dan mencapai kesuksesan. kalaupun kita mengalami kegagalan dalam usaha mencapai sukses, jadikan itu pengalaman dan pelajaran yang berharga untuk mencapai keberhasilan.
5.
Manfaatkan potensi untuk membantu sesama.
Orang yang bersyukur ingin menjadi yang terbaik dengan memberikan manfaat bagi orang lain. Di sekitar kita, masih banyak orang yang menderita karena kemiskinan, pengangguran, cacat fisik, mental dan sosial, tertimpa bencana alam, penganiayaan, menderita sakit kronis, dan sebagainya. Gerakkan hati kita untuk bisa membantu orang yang menderita dengan cara menyisihkan uang jajan untuk mereka, memberi bantuan obat - obatan, memberi pakaian layak pakai, atau menyumbangkan tenaga untuk membantu kegiatan sosial.
Orang yang bersyukur ingin menjadi yang terbaik dengan memberikan manfaat bagi orang lain. Di sekitar kita, masih banyak orang yang menderita karena kemiskinan, pengangguran, cacat fisik, mental dan sosial, tertimpa bencana alam, penganiayaan, menderita sakit kronis, dan sebagainya. Gerakkan hati kita untuk bisa membantu orang yang menderita dengan cara menyisihkan uang jajan untuk mereka, memberi bantuan obat - obatan, memberi pakaian layak pakai, atau menyumbangkan tenaga untuk membantu kegiatan sosial.
6.
Tidak menyebabkan orang menderita.
Menjauhkan diri dari sikap yang menyebabkan diri sendiri atau orang lain menderita merupakan wujud syukur kita kepada Tuhan. Misalnya, tidak menjerumuskan teman ke pergaulan yang buruk; tidak melakukan perusakan terhadap barang milik orang lain dengan mencoret - coret tembok; dan tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan orang lain dengan merokok, mengancam, menghina, membentak, menyindir, mencederai atau melakuka tawuran pelajar. Tindakan atau kata - kata yang baik saja terkadang bisa melukai teman kita, apalagi perbuatan atau kata - kata yang buruk. Oleh karena itu, kita perlu berhati - hati dalam berucap dan bertindak.[9]
Menjauhkan diri dari sikap yang menyebabkan diri sendiri atau orang lain menderita merupakan wujud syukur kita kepada Tuhan. Misalnya, tidak menjerumuskan teman ke pergaulan yang buruk; tidak melakukan perusakan terhadap barang milik orang lain dengan mencoret - coret tembok; dan tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan orang lain dengan merokok, mengancam, menghina, membentak, menyindir, mencederai atau melakuka tawuran pelajar. Tindakan atau kata - kata yang baik saja terkadang bisa melukai teman kita, apalagi perbuatan atau kata - kata yang buruk. Oleh karena itu, kita perlu berhati - hati dalam berucap dan bertindak.[9]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita
dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia.
Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat
mengucapkan alhamdulilla, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala
bentuk nikmat & berkah datangnya semata hanya dari ALLAH SWT
dan kita dapat mensyukuri nikmat ALLAH SWT dengan perbuatan kita dengan
melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada
ALLAH SWT, dan manusia yang tidak mau bersyukur maka ia akan rugi
karena ALLAH SWT tidak membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang
pada dasarnya ALLAH SWT maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur
ia mensyukuri untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
v Ahmad Faridh, pembersih jiwa,hal 139
v Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI.2001.
v A’idh Al – Qarni. Menakjubkan potret
hidup insane beriman. Solo :Aqwam. 2005
v
Ziarah,
Al – Ghazali.menyikapi hati menghampiri ilahi. Bandung :pustaka hidayah.2004
v Joko Suharto. Menuju ketenangan jiwa. Jakarta : Rineka
cipta.2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata