A. Potensi Intuisi Manusia
1. Pengertian potensi
Udo Yamin Efendi Majdi (2007: 86) menjelaskan, kata potensi itu adalah serapan dari bahasa Inggris: potencial. Artinya ada dua kata yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Intinya, secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan.
1. Pengertian potensi
Udo Yamin Efendi Majdi (2007: 86) menjelaskan, kata potensi itu adalah serapan dari bahasa Inggris: potencial. Artinya ada dua kata yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Intinya, secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan.
Menurut Slamet Wiyono (2006:37) potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut.
Menurut Endra K (2004: 6) potensi bisa disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Jadi pengertian potensi dalam pembahasan ini ialah kemampuan dasar (berupa kekuatan, kemampuan atau energi) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.
2. Pengertian Intuisi
Intuition atau intuisi dalam kamus diartikan sebagai ‘suara hati’. Pengetahuan tentang sesuatu tanpa memikirkan atau mempelajarinya. Instuisi adalah insight atau pemahaman mendadak tanpa penalaran sadar. Instuisi merupakan bisikan dari jiwa, memberikan tuntunan dan pengarahan. Instuisi adalah sumber informasi yang kuat, kreatif dan inspirasi.
Pengertian yang mendalam mengenai intuisi sampai saat ini masih terus diperdebatkan. Ada yang menyatakan bahwa intuisi adalah saat dimana ada ”sumber yang lebih tinggi ” yang memberikan input pada kesadaran kita secara tiba-tiba saja. Yang lainnya berpendapat bahwa intuisi adalah kemampuan kita untuk secara tidak sadar mendownload atau mengambil data atau info yang selalu tersedia di unconscious mind/pikiran bawah sadar kita. Ada juga yang berpendapat bahwa ia adalah kemampuan telepati tanpa sadar antara seseorang dengan orang lain ditempat yang berjauhan. Mungkin perbedaan pendapat ini akan berlanjut terus.
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datang dari dunia lain dan di luar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun.
Intuisi, jika ditelusuri dalam Bahasa latin adalah intueor atau intueri, yang berarti untuk merenungkan atau melihat (Zohar & Marshall 2000). Penjelasan yang paling umum adalah intuisi merupakan kemampuan individu untuk mengakses dan menyimpan pengalaman dan pengetahuan mereka dalam pikiran bawah sadar. Myers (2002) menambahkan bahwa perilaku intuitif juga mencerminkan sejarah individu pribadi. Dari disiplin psikologi Myers (2002) intuisi adalah dianggap sebagai sesuatu yang kita lakukan setiap menit setiap hari dan itu adalah hasil dari pikiran bawah sadar.
3. Potensi Intuisi Manusia menurut Islam
Sesuai dengan hadits Rasullullah yang artinya: “ Di dalam diri manusia terdapat segumpal darah, apabila segumpal darah itu baik maka baiklah seluruhnya, dan apabila segumpal darah itu rusak, maka rusaklah seluruhnya. Segumpal darah itu adalah hati.” Setiap manusia di lahirkan dengan dibekali dua potensi yaitu potensi rasioal dalam bentuk akal dan intuisi dalam bentuk hati, dari ke dua potensi tersebut manusia dapat menjalani hidup dan kehidupannya tergantung bagaimana manusia itu mendayagunakan kedua potensi yang dimilikinya.
Dalam Islam intuisi boleh disebut dengan “firasat” atau “ilham”, atau pandangan bashirah “tembus” yang dikaruniakan oleh Allah.
B. Kecerdasan Spiritual
1. Definisi Kecerdasan Spiritual
Penemu SQ adalah seorang ahli yang bernama Danah Zohar dan Ian Marshall, yang mendefinisikan SQ sebagai berikut:
1. Suatu keperluan penting yang dimiliki oleh para hamba Tuhan untuk dapat berhubungan dengan Tuhannya
2. Kemampuan untuk menghidupkan kebenaran yang paling dalam yaitu mewujudkan hal yang terbaik, utuh dan paling manusiawi dari dalam batin
3. Merupakan gagasan, energi, nilai, visi, dorongan dan arah panggilan hidup bersama cinta
4. SQ adalah bukti ilmiah, ini nyata ketika kami merasakan keamanan (Secure), kedamaian (peace), penuh cinta (love) dan bahagia (happy), ketika dibedakan dalam suatu kondisi yang dirasakan tidak aman, tidak bahagia dan tidak cinta (Paul Edwards)
5. SQ adalah pencarian manusia akan makna hidup dan merupakan motivasi utama dalam hidupnya. Kearifan spiritual adalah sikap hidup arif dan bijak secara spiritual yang cenderung mengisi lembaran hidup kita menjadi lebih bermakna dan bijak, bisa menyikapi segala sesuatu secara lebih jernih dan benar sesuai hati nuraninya, itulah kecerdasan spiritual (Viktor Frank-Psikolog)
6. SQ akan membimbing manusia dalam merencanakan sesuatu yang menjadi tujuan hidupnya, yaitu hidup yang penuh kedamaian secara spiritual. Mendidik hati menjadi benar.
Sementara SQ menurut Munandir (2001: 122) adalah sebuah istilah yang tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. Selanjutnya Munandir menyebutkan bahwa Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru.
Mimi Doe & Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non-fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral.
Berdasarkan arti dari dua kata tersebut kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi "Kecerdasan Spiritual” adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan". Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.
2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual
Mahayana menyebutkan beberapa ciri orang yang mempunyai kecerdasan spritual yang tinggi, antara lain :
a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat
Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia sebagai pedoman berperilaku yang mempunyai nilai yang langgeng dan produktif. Prinsip manusia secara jelas tidak akan berubah, yang berubah adalah cara kita mengerti dan melihat prinsip tersebut. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.
Paradigma adalah sumber dari semua tingkah laku dan sikap, dengan menempatkan kita pada prinsip yang benar dan mendasar maka kita juga menciptakan peta atau paradigma mendasar mengenai hidup yang benar, dan pada ujung - ujungnya adalah hidup yang efektif.
b. Kesatuan dan keragaman
Seorang dengan spiritualitas yang tinggi mampu melihat ketunggalan dalam keragaman. Ia adalah prinsip yang mendasari SQ, sebagaimana Tony Buzan dan Zohar menjelaskan pada pemaparan yang telah disebutkan diatas. Tony Buzan mengatakan bahwa “kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi oleh nilai pribadi yang mencangkup usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat”.
c. Memaknai
Makna bersifat substansial, berdimensi spiritual. Makna adalah penentu identitas sesuatu yang paling signifikan. Seorang yang memiliki SQ tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia Tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian dari-Nya, ia juga merupakan manifestasi kasih sayang dari-Nya. Ujiannya hanyalah wahana pendewasaan spiritual manusia.
Mengenai hal ini Covey meneguhkan tentang pemaknaan dan respon kita terhadap hidup. Ia mengatakan ”cobalah untuk mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri: Apa yang dituntut situasi hidup saya saat ini; yang yang harus saya lakukan dalam tanggung jawab saya, tugas-tugas saya saai ini; langkah bijaksana yang akan saya ambil?”. Jika kita hidup dengan menjalani hati nurani kita yang berbisik mengenai jawaban atas pertanyaan kita diatas maka, “ruang antara stimulus dan respon menjadi semakin besardan nurani akan makin terdengar jelas”.
d. Kesulitan dan penderitaan
Pelajaran yang paling berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu ia sadar bahwa itu adalah bagian penting dari substansi yang akan mengisi dan mendewasakan sehingga ia menjadi lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani kehidupan yang penuh rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan menguhkan pribadinya setelah ia dapat menjalani dan berhasil untuk mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi. Kesulitan akan mengasah menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan dimensi spiritual manusia. SQ mampu mentransformasikan kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang bermakna. SQ yang tinggi mampu memajukan seseorang karena pelajaran dari kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya.
3. Faktor yang mendukung Kecerdasan Spiritual
Menurut Sinetar (2001) otoritas intuitif, yaitu kejujuran, keadilan, kesamaan perlakuan terhadap semua orang, mampunyai faktor yang mendorong kecerdasan spiritual. Suatu dorongan yang disertai oleh pandangan luas tentang tuntutan hidup dan komitmen untuk memenuhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual menurut Agustian (2003) adalah inner value (nilai-nilai spiritual dari dalam) yang berasal dari dalam diri (suara hati), seperti transparency (keterbukaan), responsibilities (tanggung jawab), accountabilities (kepercayaan), fairness (keadilan) dan social wareness (kepedulian sosial). Faktor kedua adalah drive yaitu dorongan dan usaha untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan.
Zohar dan Marshall (2001) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual yaitu :
a. Sel saraf otak , Otak menjadi jembatan antara kehidupan bathin dan lahiriah kita. Ia mampu menjalankan semua ini karena bersifat kompleks, luwes, adaptif dan mampu mengorganisasikan diri. Menurut penelitian yang dilakukan pada era 1990-an dengan menggunakan WEG (Magneto – Encephalo – Graphy) membuktikan bahwa osilasi sel saraf otak pada rentang 40 Hz merupakan basis bagi kecerdasan spiritual.
b. Dalam peneltian Rama Chandra menemukan adanya bagian dalam otak, yaitu lobus temporal yang meningkat ketika pengalaman religius atau spiritual berlangsung. Dia menyebutnya sebagai titik Tuhan atau God Spot. Titik Tuhan memainkan peran biologis yang menentukan dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik Tuhan bukan merupakan syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual. Perlu adanya integrasi antara seluruh bagian otak, seluruh aspek dari dan seluruh segi kehidupan.
4. Pengasahan Kecerdasan Spiritual
Deretan kegiatan di bawah ini bisa di lakukan, di mana pun dan dalam kondisi apa pun, untuk memperbarui jiwa atau berlatih membuatmu cerdas secara spiritual:
a. Ibadah : sudah tentu hal ini ada berbagai cara sesuai dengan kepercayaan dan agama masing-masing, jadi lakukan dengan ikhlas dan tenang untuk mendapatkan ketenangan.
b. Berdoa : Menyemangati dirimu dengan memohon kekuatan dan perlindungan kepada Sang Kuasa.
c. tafakur atau merenung : Lakukanlah hal ini di tempat-tempat yang indah, tenang, dan yang intinya membuat pikiran segar kembali.
d. membaca dan menuliskan kalimat-kalimat inspiratif : Baca, pahami, dan gunakan sebagai kata yang dapat membakar semangat hidupmu. Bila perlu tulislah di setiap tempat di rumahmu, di dompetmu, dan atau tempat yang sering terlihat.
e. Orang yang mampu memahami orang lain bisa berkomunikasi lebih efektif. Untuk itu di perlukan kemauan dan kemampuan mendengar aktif, berempati, dan mengerti sudut pandang orang lain.
f. Orang cerdas punya kemampuan memberi umpan balik secara tepat, deskriptif, konkrit, praktis, dan bersifat helpful, tanpa bersikap menyerang.
g. Mereka yang cerdas bisa memotivasi dirinya, juga orang lain untuk melakukan action. Ia juga mesti ter- connect, memahami orang lain, dan membuat jaringan yang efektif di antara mereka.
h. Orang cerdas biasanya mampu memadamkan konflik, selagi orang lain berdebat dengan "tegangan tinggi" ia mampu mengedepankan masalah, lalu bisa memberikan solusi yang kreatif.
i. Pengukur Kecerdasan Spiritual
Menurut Khavari terdapat tiga bagian yang dapat kita lihat untuk menguji tingkat kecerdasan spritual seseorang, seperti :
a. Dari sudut pandang spiritual keagamaan (relasi vertikal, hubungan dengan yang Maha Kuasa).
Sudut pandang ini akan melihat sejauh manakah tingkat relasi spritual kita dengan Sang Pencipta, Hal ini dapat diukur dari “segi komunikasi dan intensitas spritual individu dengan Tuhannya”. Menifestasinya dapat terlihat dari pada frekwensi do’a, makhluq spritual, kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan rasa syukur kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk melakukan pengukuran tingkat kecerdasan spritual, karena ”apabila keharmonisan hubungan dan relasi spritual keagamaan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat kualitas kecerdasan spritualnya”.
b. Dari sudut pandang relasi sosial keagamaan.
Sudut pandang ini melihat konsekwensi psikologis spritual-keagamaan terhadap sikap sosial yang menekankan segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial. Kecerdasan spiritual akan tercermin pada ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap kesejahteraan orang lain dan makhluk hidup lain, bersikap dermawan. Perilaku marupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka kecerdasan spritual yang ada dalam diri individu akan termanifestasi dalam perilakunya. Dalam hal ini SQ akan termanifestasi dalam sikap sosial. Jadi kecerdasan ini tidak hanya berurusan dengan ke-Tuhanan atau masalah spiritual, namun akan mempengaruhi pada aspek yang lebih luas terutama hubungan antar manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita membaca dengan hati plus mata